Sabtu, 25 Januari 2014

*FIRST LOVE NEVER DIE*

Haloo readers and CiGi, Welcome to Blog My Princess Brigitta Cynthia ;)
Selamat Minggu siang CiGi dan Semuanya, Gimana nih weekendnya?? Seruu dong pasti... hehehe... oia Kali ini adm post CerPen lagiiii yeayyyyyyyyy *ehh hihhi, Seperti biasa CerPen yang Adm post di blog ini adalah Karya nya CiGi ;) Nah kalau kamu  mau CerPen/CerBung kamu di post di blog ini tinggal mensyen aja ke @PrincessCigi oke oke, 
Penasaran khan seperti apa cerpen nya ?? Yukkk capcussssssss
Okeee happy reading thisss CerPen……………………. ;)
 

Cast : Gigi Chibi
Bisma Smash
Billy Davidson
Rafael Smash,dll

-hope you like it

Gadis itu sedang berdiri di depan kaca besar yg menghadap halaman belakang rumahnya. Ia tak henti berdecak kagum memandang pemandangan hamparan rumput luas di belakang rumahnya. Walaupun hal itu sudah biasa di pandangnya, tetapi tetap saja ia selalu menikmati hal tersebut. Ya, gadis itu suka hal tenang, sepi dan menenangkan. Gemerlap kota Jakarta tak membuatnya suka menghabiskan waktunya di club2 malam. Ia lebih memilih duduk dan menghirup udara segar di belakang rumahnya yg luas dan banyak pepohonan.. ia berbalik badan dan menatap ponsel yg sedari tadi tergeletak di ranjang kamarnya.

“ada apa dengan nya?? Kenapa dia?? Kenapa belum menelfon?? Dasar...” gerutunya sambil menatap ponselnya kesal

“Nak.. makan dulu. Semua sudah menunggumu di bawah” ujar perempuan paruh baya yg tiba2 membuka pintu kamar gadis tersebut. Gadis itu tercekat, ia mendongak dan memandang wanita itu

“aduh, Ma. Kebiasaan..... ke.....” ujar gadis itu terpotong

“ketuk pintu sebelum masuk?? Sayang, Mama sudah lebih dari 12 kali mengetuk pintu kamarmu. Tapi sepertinya kamu.....” Ibunya mengangkat bahu dan kedua alisnya

“entahlah... mama tak tahu apa yg terjadi. Tapi yg pasti Papa dan kakakmu sudah menghabiskan makanan nya sejak 15 menit yg lalu. Ayo cepat turun jika tak mau badan kulit dan tulang itu hanya tersisa tulangnya saja.” Ujar ibunya merangkul bahu gadis itu, dan mendorongnya keluar dari kamar

“kau tak tahu betapa kelaparan nya kami hanya untuk menunggumu keluar dari kamar tuan puteri??!!” ujar pria jangkung dan tampan yg duduk di kursi makan yg terlihat lebih tua dari gadis tersebut. Bersama Ayahnya yg duduk dihadapan nya. Gadis itu memandangnya sinis

“kenapa tidak makan dulu saja jika kau ke-la-pa-ran pangeran? Kenapa harus menungguku? Dasar..” gadis tersebut duduk di samping Ayahnya dan Ibu nya duduk di samping pria tampan yg tak lain adalah kakaknya.

“hhh... kau sudah menghabiskan makananmu bodoh??!!!” Gadis itu melirik piring kakaknya yg sudah habis bersih.

“tentu saja. Jika aku harus menunggumu, pasti sekarang aku sudah mati kelaparan”

“baguslah.. mau mati kelaparan, kehabisan udara, kejang2, aku tak peduli!!”

“apa? Apa kau bilang???”

“hhh.. sudah!! Sudah!!! Kalian ini mengapa tidak bisa saling tersenyum walaupun hanya sedetik??!!” kata Ibu nya yg sedari tadi hanya melempar pandang antara kedua anaknya itu

“mm..” gumam gadis tersebut menyunggingkan senyum masamnya. Kakaknya Rafael, memandang tajam kepada adik semata wayangnya

“kenapa liat2? Baru tau kalau adikmu ini cantik? Menawan?” ujar gadis itu mengangkat sedikit dagunya

“uhuukk... jangan bicara seperti itu, jika anjingku mendengarnya, selera makan nya akan hilang! Kau mau tanggung jawab jika anjingku mati kelaparan???” ujarnya ketus lalu bangkit dari kursinya dan berlalu begitu saja

“dasar kepala emas!!” pekikku. Ya, kakaknya mempunyai rambut yg di cat emas. Sangat cocok untuk kulitnya yg putih. Tapi entah kenapa ia sangat sebal melihat kepala emas kakaknya itu

“ada apa dengan gaya bicara kalian? formal sekali” gumam Ibunya

“bukannya ini gaya bica Mama? Kita mah ngikut2 aja” kata Gadis itu. Seketika suasana di istana kerajaan yg gaya bicaranya dituntut sopan dan formal hilang seketika. Mungkin ibunya terobsesi menjadi bangsawan sehingga setiap hari berbicara seperti itu

Selesai makan, Gigi, Brigitta Cynthia masuk ke kamarnya yg ada di lantai 2. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang kamarnya dan memejamkan mata. Ia sangat lelah hari ini dan ingin cepat2 terlelap, ia berusaha keras tidur lebih awal, pasalnya gadis tomboy ini tak pernah tidur sebelum pukul 11 malam. Sekarang baru jam 9, ia harus tidur jika tidak mau badan mungilnya ini remuk karena sudah banyaknya kegiatan yg ia lakukan hari ini.
S
K
I
P
Gigi masih berada di kampus walaupun kelasnya sudah selesai 2 jam yg lalu.

“Gi!!” Gadis itu, menoleh mendengar namanya di panggil

“Billy? Lo masih di sini?” tanyaku

“gue nyariin lo tau!” ujarnya

“oh ya udah, sekarang udah ketemu gue kan. Pulang yuk” ajak Gigi beranjak dari bangku

“aelah.. gue udah muter2 keliling kampus. capek nih.. masa udah mau pulang” protes Billy

“trus mau kemana lagi? Katanya capek?” ujar Gigi. hmm.. ia memang tak memahami maksud lelaki yg satu ini

“kita makan dulu yuk”

“makan? Nggak ah.. gue udah kenyang” ujar Gigi bimbang

“kiiuukk...”

Billy menatap Gigi dengan sebelah alis yg terangkat. Sepertinya Billy mendengar erangan cacing perut teman nya itu

“haha.. itu yg namanya kenyang? Kalo lo kenyang, seenggaknya kasih makan tuh cacing di perut lo, biar ga protes. Malu2in tau” kata Billy lalu merangkulkan tangan nya di pundak Gigi. Gigi hanya menyunggingkan senyum masamnya. Ya, ia memang benar2 lapar.

“kita makan dimana?” kata Gigi sedikit memekik karena kebisingan jalan raya. Terlebih lagi Billy yg ada di depan nya sehingga tak bisa mendengarnya dengan jelas

“apa?”

“kita makan dimana?” ulang Gigi sekali lagi

“mm.. lo mau nya di mana? Gue makan apa aja mau kok” ujar Billy. Itu point plus dari Billy. Ia tidak memilih milih dalam hal makanan dan.. Gigi suka itu

“jadi apa aja bisa masuk mulut lo? lo ga milih2 makanan ato maruk? Haha..” Billy hanya bisa menoleh ke belakang dan menatap Gigi dengan tatapan mautnya dan berhasil membuat Gigi bungkam

“haha.. becanda kali.. gimana kalo kita makan sate kambing..!!” ujar Gigi

“eh buset!! Sate kambing?? Serius lo??” ujar Billy meyakinkan

“iyaa! Lo mau kan? Pasti mau dong? Lo sendiri yg bilang doyan apa aja..”

“tapi...”

“ah udah.. gue tau kok tempatnya”

“mm.. ya udah deh” ujar Billy pasrah
S
K
I
P
Gigi mengangkat sebelah tangan nya. Pelayan menghampirinya dengan membawa daftar menu. Gadis itu menunduk membaca dan memilih menu.

“lo mau apa Bill?”

“mm.. gue nasi goreng aja”

“beneran nih Cuma nasi goreng? Sate kambing di sini enak lhoh..” ujar Gigi meyakinkan

“iye.. nasi goreng doang. kaga pake kambing2an deh” kata Billy mantap

“yee.. bukan kambing2an. Kambing beneran tau!!” tegas Gigi

“ya udah deh. Nasi goreng 1 sate kambing nya 1 ya mbak.. oh iya, minumnya air putih aja” kata Gigi kepada pelayan tersebut.

“lo kenapa sih, Bill?” kata Gigi setelah pelayan itu pergi

“nggak, gue heran aja. ternyata lo demen yg sejenis kambing2an yah? Semangat banget lo makan kambing?” ujar Billy

“hahaha... enak tau!! Gue ga ngerti deh orang2 pada ga suka makan daging kambing. Padahal enak..” kata Gigi

“iye, bau nya yg ga enak.” Gerutu Billy. Gigi menatapnya sinis

“ooo gue tau!! Lo suka makan daging kambing?! Pantes aja selama ini bau badan lo kayak ga asing gitu” kata Billy tiba2

“hah?? Maksud lo gue bau kambing gitu???!!” ujar Gigi kesal

“eh, gue ga bilang ya...” elak Billy

“resek lo!!” kata Gigi meninju lengan Billy

“hahahahaha... aduh..aduh.. udah an! Perut gue sakit nih ketawa mulu! Hahah.. gue ke toilet dulu” kata Billy beranjak dari tempat duduk nya masih sambil tertawa
“hhhh.. dasar” gerutu Gigi

Gigi POV
Masih berapa lama dia di toilet? 2 tahun lagi?? Pesanan sudah datang tapi dia belum keluar juga. Apa ada masalah dengan perutnya? Keram karena tertawa? Gigi.. jangan melantur. Aku menatap kaca besar yg mengarah ke luar. Tubuh ku menegang, tanganku berkeringat, serta jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Apa ini? Mataku tak bisa lepas dari pria yg ada di seberang jalan. Memakai kemeja biru serta celana jeans panjang berwarna senada. Dadaku sesak.. aku hampir tak sadar, aku menahan nafas. Pandanganku masih melekat di wajahnya. Wajah yg 4 tahun lalu selalu muncul di hadapan nya, wajah yg selalu membuanya bahagia, wajah yg selalu ada di dekatnya. Sekarang terasa begitu jauh walaupun sekarang sudah jelas ada di depan mata. Rasa ini, persis seperti 4 tahun lalu. Jantungku selalu berdebar 2 kali lebih cepat dari biasanya setiap bertemu dengan nya, hatinya selalu nyaman setiap berada di dekatnya, rindu selalu menghadang setiap aku tak lagi bersamanya. Kenapa? Kenapa dia kembali? Kenapa dia ada di sini? Lagi? Tolong.. pergilah.. selama ini aku sudah bersusah payah berusaha melupakannya.. tapi usahaku selama ini sia2 karena dia kembali muncul di hadapanku dan... rasa ini belum berubah!

“Gi!!” aku tercekat. Billy sudah ada di sampingku dan duduk di depanku. Aku mencoba mengatur nafas dan berusaha agar tidak terlihat gugup

“lo kenapa Gi? lo sakit?” tanya Billy

“nggak.. gue nggak papa. Ya udah, makan gih” ujarku menyembunyikan wajah pucatku

“makasih ya buat hari ini” ujarku kepada Billy setelah ia mengentarku sampai di depan rumah

“iya. Tapi lain kali kalo mau makan sate kambing jangan ngajak gue ya.. haha” ujar Billy

“ya udah, gue pulang dulu.. besok gue jemput” kata Billy sambil mengenakan helm nya

“jemput? Ga usah lah.. gue bisa....”

“udah.. nurut aja kenapa sih?”

“mm.. ya udah deh. Ati2 ya..” ujarku melambaikan tangan. Aku masuk rumah setelah Billy hilang dari pandanganku. Aku menaiki tangga dan segera masuk ke kamar
Aku hampi tidak percaya dengan apa yg kulihat. Bisma.. dia kembali! Aku tahu, 4 tahun lalu, dia kekasih ku, cinta pertamaku. Tapi sekarang, aku sudah tidak berharap lagi pada nya, sejak ia meninggalkanku tanpa kabar, sejak dia berhasil mencabik2 perasaanku, dan sejak kutau dia pergi untuk wanita lain, aku sudah melepaskan harapan itu. Aku tak sanggup membiarkan diriku menggantungkan harapan yg begitu besar padanya lagi, tak sanggup terluka untuk yg ke 2 kalinya. Dan Bisma adalah penyebab aku tak pernah memiliki teman pria. Sikapku yg dingin kepada pria, cuek, dan yg lain sebagainya yg membuat pria tak mengerti jalan pikiranku. Semua itu kulakukan karenanya. Kecuali Billy, dia satu2 nya pria yg mengerti aku selain Bisma. Dia tidak akan meninggalkanku,menyakitiku, dan melukaiku, tidak seperti apa yg dilakukan Bisma kepadaku. Atau hanya BELUM. Mungkin suatu saat dia akan melakukan hal yg sama dengan Bisma.. meninggalkanku sebagai sahabat, aku takut dia menyukaiku. Jika itu terjadi, berarti aku sudah tak punya lagi teman pria?entahlah..

“Gii!!” pekikan Rafael berhasil membuyarkan lamunan nya

“apaan???” teriakku

“lo udah tau belon? Bisma udah balik dari Sydney” ada apa dengan nya? Kenapa tiba2 membicarakan Bisma? Kau tau? Mendengar namanya saja sudah membuat perasaanku tak karuan

“Gii!!!”

“hah? Apa? Iya, gue tau” ujarku gelagapan

“lo tau? Udah ketemu?”tanya Rafael

“gue tadi liat dia waktu makan sama Billy..”

“lagian ngapain sih ngomongin Bisma? Gue capek! Udah sana sana keluar” ujarku mendorong punggung Rfael

“cie.. yg masih patah hati” kata Refael

“apaan sih??!” gumamku

“brrakk!!” ku banting pintu kamar dan merebahkan tubuh ku di ranjang
Rafael adalah salah satu hal yg mempersulit usahaku untuk melupakan Bisma. Pasalnya Bisma adalah teman akrab nya dan dia yg mengenalkanku pada Bisma. Tapi aku tak pernah menanyakan Bisma padanya. Hati ini sudah terlanjur sakit

GIGI POV END

Gigi sudah berada di meja makan dan sarapan bersama dengan suasana seperti biasa. Gaa bicara ibunya yg sedikit agak dibuat buat. Membuat kedua anaknya terkekeh pelan.

“Mah, Gigi berangkat dulu ya..” ujar Gigi setelah menghabiskan sarapan paginya

“iya, hati2 ya nak..” kata Ibunya

Gigi berdiri di depan pintu rumahnya, duduk di bangku yg ada di depan rumahnya, berdiri lagi, dan duduk lagi.

“hhh..” ia mendesah keras

“nunggu jemputan? Manja banget sih lo pake di jemput segala. Biasanya juga naik angkot” Rafael sudah berada di samping gadis itu. Ia hanya menatap sinis kakak nya. Ponselnya berbunyi, ia mengaduk seluruh isi tasnya dan mengeluarkan sebuah ponsel

“hallo? Kemane aje lu?” ujar Gigi

“sorry, Gi. gue ga bisa jemput lo. Tadi ada kelas dadakan banget. Lo berangkat sendiri ga papa ya..”

“iya.. iya.. ga papa”

“hahaha... ga jadi di jemput kasiaann..” kata Rafael setelah Gigi menutup telfon nya

“diem lo!!”

Gigi melihat kakaknya menelfon seseorang. Aneh! Kenapa tiba2 kakaknya menelfon? Gigi baru saja akan berangkat

“eh, tunggu!” pekik Rafael

“apa lagi?”

“ada yg mau jemput lo. Tunggu di sini aja” kata Rafael

Gigi bergumam tak jelas dan kembali duduk. Kakaknya duduk di sampingnya. Tak lama, sebuah mobil sport terparkir di depan rumahnya dan seorang pria keluar. Kaos dan celana jeans yg ia kenakan membuatnya begitu memikat.

“nah.. nah.. itu dia” Rafael menunjuk pria yg baru saja keluar dari mobil
Gigi melihat ke arah yg di tunjuk kakaknya itu. Ia terlompat dari kursi, matanya terbelalak, berdiri menegang. Rasa itu, rasa itu kembali muncul di benaknya. Ada apa ini? Kenapa tiba2 jadi seperti ini? Apa yg telah di lakukan kakaknya? Apa dia tadi menelfon Bisma?

“Raf! Lo apa2an sih??!” mendengarnya kakaknya tersenyum puas dan berjalan menemui Bisma keluar pagar. Gigi masih berada di depan pintu rumah.

“Bis, jagain adek gue ya. Gue percaya sama lo” Bisma tersenyum masam. Rafael pergi meninggalkan mereka berdua. Gigi masih tercengang. Perlahan, Bisma menghampiri gadis yg dulu sangat ia cintai. Mungkin sekarang masih. Ia sekarang sadar betapa rindunya ia dengan gadis itu. Rindu wajahnya, rambut pendeknya, celoteh2 nya, dan senyum manisnya. Sekarang, ia sudah berada di hadapan nya.

Gigi tak sanggup berkata apa2. Bisma sekarang sudah berada di hadapan nya. Begitu dekat. Wajahnya, caranya berjalan, dan senyumnya tak berubah. Masih hangat seperti dulu.

“hai, Gi. apa kabar?” kata Bisma agak sedikit caggung

“eh..m.. baik. Ra.. Rafael mana?” ujar Gigi megatur nafas agar tidak gugup, namun usahanya itu sia2

“baru aja pergi. Ada urusan katanya.. ya udah, berangkat yuk” kata Bisma. Ia berjalan menuju mobil. Gigi mengikutinya dari belakang, berusaha menjaga jarak dengannya

Suasana hening mewarnai perjalanan mereka. Gigi yg sedari tadi hanya menatap keluar jendela dan memalingkan wajahnya dari Bisma. Ia memang sengaja menghindari kontak mata dengan Bisma ia tak mau kembali luluh dengan tatapan matanya. Sedangkan Bisma fokus menyetir dan sesekali beralih kepada gadis mungil di sampingnya, mencuri curi pandang bukanlah perkerjaan yg ia sukai. Tetapi rindu yg sudah akut ini tak bisa menahan nya untuk tidak melihat gadis itu.

“gimana kuliah kamu?” tanya Bisma

“baik”

“keluarga sehat?”

“sehat”

“masih suka sate kambing?” tanya Bisma. Kali ini Gigi menoleh cepat. Dia masih ingat?

“masih” jawab Gigi lalu mengalihkan wajahnya kmbali. Bisma tahu apa yg membuat Gigi seperti ini. Berawal dari ambisi Ibu Bisma yg ingin anaknya sekolah di luar negeri dan memiliki calon menantu yg baik pula. Tapi sekarang ibunya sadar bahwa itu hanya akan membuat anaknya menjadi pendiam, frustasi, dan malah akan menjadi penghambat pendidikan nya. Dan sekarang, ia bebas memilih tambatan hatinya setelah kuliah di negeri kanguru. Bisma menghentikan mobilnya

“kenapa berhenti? Kampus gue masih di depan sana” ujar Gigi. Bisma menatap Gigi lekat2

“oh.. lo malu nganter gue? Oke, gue turun di sini” kata Gigi. ini semua tak seperti yg Bisma kira. Kenapa gadis itu begitu sensitive sekarang

“bukan gitu, Gi. Gi! tunggu!!” pekik Bisma namun tak dihiraukan oleh Gigi. gadis itu masih tetap berjalan cepat meninggalkannya

“gue tau, pasti lo bakal ngebahas waktu itu kan Bis? Gue nggak mau lo ngasih kabar yg ga mau gue denger. Gue takut, gue takut hati gue lo sakitin lagi Bis.. cukup sekali..”

“Gi!! diem aja di sini? Idih jorok banget sih?!! makan bakso nyampe kemana2!” ujar Billy membuyarkan lamunannya. Gigi tercekat, bakso dan seisi nya tak sampai ke mulutnya namun tumpah di meja makan kantin

“lo lagi mikirin apa sih, Gi?” tanya Billy. Tak ada jawaban

“gue tau lo. Kalo lo udah ga nafsu makan gini, ngelamun terus. Berart ada yg ga beres. Cerita sama gue!” kata Billy

“hiks..hiks.. sia sia, Bill! Sia sia”

“apa yg sia sia?”

“usaha gue lupa in dia sia sia. Sekarang dia muncul lagi. Dan gue ga sanggung ngadepin kenyataan yg ada nantinya.. hiks..hikss..”

“Bisma?” ujar Billy. Ya, Gigi sudah pernah menceritakan cinta pertamanya itu kepadanya

“perasaan lo masih sama?” kata Billy. Gigi mengangguk

“sekarang gini. Lo mau lupain dia?” Gigi memngangguk lagi

“pacaran sama gue” kata Billy. Mata Gigi terbelalak

“apa2an sih lo Bill?? Lo itu sahabat gue!!” kata Gigi dengan air mata yg terus membanjiri pipinya

“tapi ini satu satunya cara. Gue.. gue suka sama lo. Gue janji ga akan nyakitin lo” ujar Billy

“ini.. ini yg selama ini gue takutin! Semua berubah!! Mungkin sekarang ga, tapi suatu saat nanti lo bakal nyakitin gue”

“tapi Gi..”

“cukup Bill.. jangan buat gue kaya gini” ujar Gigi menutup wajahnya dengan kedua tangan, tangis nya pecah

“okey. Kalo itu buat lo bahagia, gue bakal jadi sahabat lo. Dan gue dukung semua keputusan lo. Termasuk kalo lo mau.. balikan lagi sama Bisma”

“Bill..” ucap Gigi pelan

“Makasih” kata Gigi memeluk erat tubuh Bily

“lo Bisma?” kata Billy

“lo yg nelfon gue kemaren? Ada perlu apa ya?” tanya Bisma

“ini soal Gigi”

“Gigi? lo.. lo kenal sama Gigi?” tanya Bisma lagi

“gue temen nya”

“kenapa? Ada apa sama Gigi?”

“gue percaya lo masih sayang banget sama Gigi. dan gue minta lo jelasin semuanya sama Gigi. jangan buat Gigi kaya gini. Dia kacau! Dan satu lagi. Jaga dia baik2” Bisma masih mencerna kata2 yg keluar dari mulut Billy

“tunggu apa lagi? Temui Gigi sekarang! Dia sekarang ada di taman dekat kompleks nya. Jangan buat dia kecewe” ujar Billy menepuk pundak Bisma. Setelah ragu sejenak, Bisma melesat pergi dan menemui Gigi di taman.

#Taman

“Gi..”

“Bisma!!!” Gigi terpenjat

“Hap!!” Bisma memeluknya

“Bis..” kata Gigi berusaha melepas pelukannya

“biarkan seperti ini.. sebentar saja.. aku ingin mengobati rinduku yg membuatku uring uringan!”
Gigi pasrah dan membiarkan Bisma memeluknya.

“Bodoh! Kenapa ga nanya sama Rafael kenapa gue pergi? Kenapa nyimpulin hal yg belum pasti! Itu Cuma buat kamu sakit” Gigi menatapnya heran. Bisma menjelaskan semua. Semuanya.. semua yg terjadi, dari kuliahnya di Sydney sampai gadis yg di jodohkan dengan nya

“gimana? Udah jelaskan?” ujar Bisma. Ia senang melihat gadis itu tersenyum kembali. Kini, semuanya sudah selesai, tak ada lagi yg mengganjal di hatinya

"i love u 'cause first love never die" ucap Gigi

Bisma mendekatkan wajahnya. Gigi menatapnya heran, sepertinya Gigi belum tau apa yg akan di lakukan Bisma. Mata Gigi terbelalak, sekarang ia tahu apa yg akan di lakukan Bisma. Melihat jarak wajah mereka.

“tutup matamu. Mau liat adegan mesum?” kata Bisma

“iiihh...” gumam Gigi mendorong Bisma pelan

“dasar mesum!” ujar Gigi

“haha.. jadi, ga jadi nih?” kata Bisma

“cowok mesum!!” kata Gigi

Kini luka di hati Gigi sudah mulai terobati. Hidupnya sudah bahagia. Ia punya orang tua yg menyenangkan, kakak yg walau judes tetapi ia selalu melakukan hal yg penting bagi dirinya. Punya sahabat seperti Billy yg mengerti dirinya. Dan.. kekasih nya yg selalu berhasil membuatnya tersenyum. Mungkin ia harus mencari lebih banyak teman wanita untuk mendapat banyak pengalaman? entahlah

The End
 
Karya : CiGi
*Gimana Twibies cerpennya??? Bagus gk?? Atau kependekan?? Hmmm
Kasi saran yah???
Kalau gk bisa diblog ini, kasi saran lewat twitter aja yah,
Caranya sukup mention SARAN kamu ke @PrincessCigi *beuhhhkayakiklanpula hehe
Okeee  see you babayyyyy…. Sampai jumpa di CerPen berikutnya.. ;)
Happy READING,…………

Maaf kalau pendek dan endingnya gaje… hihihi

Sekian dan terima kasih *kedip
 

Tidak ada komentar: