Kamis, 27 Maret 2014

*CRAZY* Part 4

Okeee nexttt lagiiiiiiiiiii, gk alama kan??? hihihihihi
Happy Reading..

Cast :
- Gigi Chibi
- Bisma Smash
- Member Chibi & Smash
- Other

aku tak menjawab karena terlalu malu dan gugup untuk menjawab. jadi aku mengangguk saja.

"kalau membersihkan itu seperti ini!" kata Bisma sambil meraih wajahku dengan kedua tangannya dan mencium bibirku. kepalaku kosong seketika. aku sudah tak dapat berpikir apa2 lagi pada saat itu.

Skip

Hari ini aku tak bisa kemana2 setelah pulang sekolah, bahkan untuk bertemu Bisma sekalipun tak Bisa. Semua perhatian di kantin tertuju padaku, padahal aku hanya ingin membeli sedikit makanan, tapi perhatian lebih ditujukan untukku, ya, tak lain ini karena 2 monster ini selalu mengikutiku. Tak kusangka Mama se protektif ini, menyewa 2 bodyguard hanya untuk menguntitku. Berasa jadi anak presiden! Bahkan anak presiden saja tak seketat ini. Mereka mengikutiku kemana saja aku pergi, termasuk ke toilet. Untung saja aku berhasil menonjoknya saat aku akan masuk ke toilet. Steffy jadi menghindar dariku hari ini karena takut dengan 2 curut ini. Bahkan aku sengaja mengerjai guruku supaya mendapat hukuman yg ternyata berlari 5 mengelilingi lapangan pun, mereka tak kunjung lelah. Badan nya terbuat dari apa sih, sampai tak kewalahan mengikutiku sejak tadi. Okey, terpaksa aku pasrah membiarkan mereka mengikutiku seharian ini. Kenapa mereka tak disewa saat aku mendapat hukuman membersihkan toilet saja? Kalau begitu kan aku bisa menyuruh mereka membersihkan toilet bau itu! Huft.. hari ini aku pulang di jemput Mama, padahal aku sudah bilang aku ingin naik sepeda saja, tapi Mama tetap saja ngotot dan hasilnya, aku harus di jemput tepat saat pulang sekolah, tentu saja dengan 2 orang ini. Aku masuk mobil dengan raut wajah yg tak enak, kesal, marah, dan risih karena 2 bodyguard ini..

“Gigi, kenapa muka nya kusut gitu sih? mama ga mau ya, kalo sampai keluarga temen Mama jadi illfeel ngeliat muka kamu yg jutek itu” ujar Mama

“ih apaan sih, Mah! Biarin aja, kalo bisa sih mereka benci sama Gigi supaya ga jadi di jodo...hin” ujarku sambil menatap 2 bodyguard yg duduk di sebelahku. Sebenarnya aku malu oleh 2 bodyguard ini menyebut kata “di jodohin” aku sedikit mengaret saat menyebut kata itu. Mama diam tanpa sepatah katapun yg keluar dari mulutnya, ia masih fokus menyetir mobil. Kenapa sih, dia tidak menyuruh Pak sopir untuk menjemputku? Kalau begitukan aku tidak harus berdebat dengan nya!

“nah, sudah sampai” ujar Mama tiba2. Aku sedikit asing dengan tempat ini. Katanya mau pulang? Tapi.. tunggu! “Salon Mawarsari”
“Hah? Salon? Kok ke salon sih, Mah?!!” ujarku membaca spanduk
besar yg ada di depan salon itu

“udah, kamu diem aja! nurut sama Mama” ujar Mama

“ya udah, Gigi tunggu di mobil aja” kataku kesal

“kok di mobil sih? justru kamu yg mau Mama permak!!” ujar Mama

“Hah???” Pekikku

#‎Salon
“huaaaaaaaaaaaa............ nggakkk.......Gigi ga mauuu...!!!!!!!!” pekikku. Aku diseret oleh 2 bodyguard untuk memasuki salon itu. Aku membayangkan nya saja sudah bergidik ngeri.

“kyaaaaaaa...... nggak mau!!! Rambut gue nanti malah jadi sarang burung lagi!! Nggak!!!” protesku yg masih memekik

“seret dia” ujar Mama santai. Ish.. ibu macam apa dia, tega melihat anaknya di seret2 oleh monster jahat ini!!

“urusi dia” ujar Mama kepada pelayan salon itu sambil melirikku

“baik, Bu” jawab pelayan itu. Huft, sial!! Aku berhasil di tarik masuk. Aku lalu duduk di depan kaca besar yg dipepan nya terdapat alat make up lengkap dan alat2 untuk rambut yg sama sekali aku tak mengenali benda2 itu. Aku mulai di poles menggunakan kuas.

“Eh..eh.. lo ga punya buku gambar yah? Kalo mau ngelukis, jangan di muka gue!!” ujarku. Sial!! Pelaan itu hanya diam dan terkekeh mendengar ucapanku. Apa orang tua nya tak mengajari nya sopan santun. Bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan orang, bukan malah menertawakan nya. Sepertinya sudah selesai. Hmm.. tak seburuk yg ku kira, tak berlebihan.

“udah kan? Okey gue pergi” ujarku sambil berdiri

“eh, sebentar, mbak. Belum selesain” ujar pelayan itu mendudukkan ku lagi

“hah?” ujarku bingung. Oh, ternyata dia juga mau mem permak rambutku. Entah diapakan rambutku. Dia menjepit rambut bagian kananku dan meyilakan nya di belakang telingaku. Sebelah kirinya dibiarkan terurai dengan poniku yg sudah memanjang. Hmm.. simple juga, tapi aku akui aku suka yg ini. Dan yg terakhir...

“Eh.. lo mau bunuh gue ya??!! Obat nyamuk lo semprotin ke rambut gue!!” pekikku melihat pelayan itu akan menyemprotkan sebuah botol yg kurasa itu obat nyamuk. Eh, emang ada ya, obat nyamuk bermerek “Hair Spray”?

“ini bukan obat nyamuk, mbak. Ini hair spray, supaya rambutnya ga berantakan kalo banyak gerak” jelasnya

“oh” aku hanya bisa ber oh oh ria

“nah.. sudah selesai” ujar Pelayan tersebut

“aa.. terima kasih Tuhan.. engkau telah membebaskanku dari ritual yg menyiksa ini” haha.. ujarku berdiri

“sudah selesai?” tanya Mama. Aku hanya mengangguk cepat

“nah.. ginikan cantik, ga kaya bebek buluk. Nih, pake itu” ujar
Mama memberikan gaun yg pernah ia berikan kepadaku

“sekarang?” tanyaku

“iya dong, Gi. masa iya kemaren!!” ujar Mama

“oh, ruang pas sebelah sana ibu” ujar pelayan salon tersebut menunjukkan ruang ganti di sebelah pojok seberang ruangan. Aku berjalan menuju ruang ganti tersebut. Mama mengikutiku dari belakang dan menunggu di depan ruang ganti. Aku masuk dan mencoba gaun itu. Aku keluar dengan ekspresi jengkel serta menarik-narik gaun itu kebawah tanda aku sama sekali tak nyaman menggunakan nya.

“Gigi.. kenapa ga dari dulu kamu kaya gini!!” ujar Mama yg seperti nya terpana dengan penampilanku yg sekarang. Aku heran, mengapa setiap perempuan betah berlama2 memakai gaun seperti ini, belum lagi sepetu berhak yg tinggi nya 5 meter ini, okeh ini lebay. Gaun yg kukenakan saat ini, berwarna biru tua dengan potongan diatas lutut dengan permata2 indah di ujung bawah gaun, serta berlengan separo. Aku heran, apa kah baju ini sengaja di jual dengan model seperti ini, atau memang belum jadi? Lupakan. Dan sepatu hak tinggi dengan warna serupa dengan gaunku. Jujur, sepatu ini membuatku tersiksa!! Sudah lebih dari 15 kali aku hampir terpleset gara2 sepatu ini. Belum lagi tumitku yg sakit, karena belum terbiasa memakai sepatu seperti ini. Aku, mama, dan diikuti 2 body guard yg tak pernah jenuh mengikutiku sedari tadi, masuk ke mobil. Mama merapikan dandanan nya. Aku sebenarnya tak tau kita akan makan malam di rumah, atau keluar. Dengan dandanan ku seperti ini, rasanya tak mungkin hanya makan malam dirumah. Sudah berdandan susah payah, tapi hanya untuk makan malam dirumah,rasanya tak sebanding dengan pengorbananku teriak2 saat akan di permaks di salon tadi.
Ternyata kita akan malam di sebuah rumah yg kurasa itu adalah rumah pria yg akan dijodohkan denganku. Aku turun dari mobil dengan pendaratan yg sama sekali tak mulus. Higheels keparat ini selalu menyusahkanku berjalan. Bahkan, untuk berdiri saja butuh tenaga ekstra. Hampir saja aku jatuh dibuatnya. Aku menyingsingkan gaunku, berharap ada sedikit ruang utnukku bergerak. Hhh.. aku menghela nafas panjang. Mama mengisyaratkan 2 body guard ini untuk tinggal di mobil

“Gi, ayo masuk. Kita sudah di tunggu” ucap Mama lalu berjalan. Aku mengikutinya dari belakang

“tapi, Mah. Sepatu nya. Gigi ga bisa jalan” ujarku yg berhasil menghentikan langkah nya

“aduh, Gi!! ya udah sini, Mama gandeng” kata Mama sambil berjalan ke arahku dan menggenggam tanganku. Baru kali ini dia melakukan nya. Tapi aku tau, ini bukan karena dia kasihan padaku, pasti ini semua karena ia tak mau aku mempermalukan nya di depan keluarga itu. Aku berjalan menuju rumah nya. Di depan, sudah di sambut oleh seorang pria dan wanita yg seumuran dengan Mama, dan seorang pria yg sebaya denganku. Aku tak bisa melihat dengan jelas. Agak gelap rupanya, hanya di terangi oleh lampu lampu taman yg berwarna orange. Aku semakin mendekat dan sepertinya aku mengenali pria yg sebaya denganku itu. Ya, aku kenal betul dengan nya. Aku memfokuskan mataku. Tuhan!!! Itu, dia, dia Reza!!! Oh ya, kemarin, dia bilang jika hari ini dia ada acara dengan teman Mama nya. Dan teman Mama nya itu adalah Mama ku. Dan berarti, dia, dia yg akan dijodohkan denganku! Hhh... lututku mendadak lemas. Aku berhenti sejenak

“Gi!!” bentak Mama dengan volume super kecil

“hah?” aku lalu berjalan kembali mengikuti langkah Mama. Sepertinya Reza juga agak terkejut, tapi dia memandangiku seakan dia baru saja melihatku. Kami pun masuk, sepertinya aku tak akan menikmati makan malam ini. Makan malam ini hanya diisi dengan canda Mama dan Orangtua Reza saja, sedangkan aku dan Reza hanya diam dan sesekali pandangan kami bertabrakan. Belum lagi kakiku yg sudai mulai pegal.

“jadi, lo anak nya Tante Mary?” ujar Reza mencairkan suasana

“hah? He em” ujarku mengangguk

“jadi, kita dijodohin?” tanya Reza

“kata nya sih gitu. Tapi jangan harap gue mau!!” ujarku tajam

“siapa juga yg mau dijodohin sama lo??!! Cewek sarap, brutal, judes kek lo mah bukan tipe gue” balas Reza

“bagus deh. Aha, gue ada ide supaya kita ga jadi di jodohin” ujarku dengan bohlam lampu di atas kepalaku

“hah? Gimana gimana?” tanya Reza antusias

“gue punya kakak. Namanya Cherly, lo pura2 pacaran deh sama dia, biar kita sama2 punya pacar dan ga jadi dijodohin” ujarku

“hah? Harus yah?” ujar Reza nampak ragu2
“ya iya lah. kalo nggak, gimana nasib gue sama Bisma??!!” ujarku ketus

“ iya udah deh, besok gampang!” kata Reza. Tak terasa, makan malam yg cukup memuakkan ini telah berakhir. Oh.. terima kasih Tuhan!! Kau telah membebaskanku dari siksa gaun dan sepatu psikopat ini!! Setelah aku keluar dari rumah itu, dan keluarganya kembali masuk kerumah. Aku segera melepas sepatu berhak 5 meter ini! Huft..

“Gigi!!” pekik Mama

“aduh Mah!! Lagian makan malamnya juga udah selesai, mereka juga nggak liat kan??!” protesku

“seenggaknya nunggu sampe mobil kek. Dasar anak brutal” umpat nya

“Isshhh....” desahku
kami memasuki mobil. Aku bertemu lagi dengan 2 body guard ini. Rasanya, wajahnya memelas sekali, mungkin dia lelah*eh. Setelah sampai rumah, aku segera ganti baju, gaun itu ku buang jauh2 dari pandanganku. Gaun itu akan membunuhku!! Hhhhh..aku membersihkan make up yg masih menempel di wajahku. aku segera tidur dan mengakhiri hari yg melelahkan ini

skip

pulang sekolah

“Za, rumah gue ya” ujarku

“hah? Ngapain?” tanya Reza

“kan kemaren gue udh bilang, lo mau gue kenalin sama kakak gue” jelasku

“hah? Jadi semalem beneran?” kata Reza

"lo pikir gue boong? Udh ikut aja. lo ga mau kan di jodohin sama gue?” tanyaku meyakinkan

“ya nggak lah!!” pekiknya

“ya udah, ikut aja!” bujukku sekali lagi

“i..iya udah deh” jawab Reza pasrah

~~~~~###~~~~~

“mm.. lo nggak bawain sesuatu gitu buat kakak gue?” tanyaku

“hah? Maksudnya?” ujarnya bingung

‘ya.. apa kek, masa ke sana Cuma bawa badan doang?” ujarku

“iya juga sih.. kakak lo suka apa?” tanya Reza

“buah.. ya, dia suka buah. Biasanya sih jeruk” ujarku

“oke, lo tunggu di sini, gue beli jeruk dulu” ujar Reza dan pergi. Perlahan badan nya hilang dari pandangan ku.

“Hey!!” terdengar suara pekikan dari belakang ku di sertai sebuah tangan yang menyentuh bahuku

“hhuua!!!” ujarku memekik

“heh, bisa nggak ga usah pake treak! Gue bisa di gebukin gara2 di kira mau nyopet lo tau!” ujar Reza mengomel yg sama sekali tak ku gubris

“ya udah, bentar2 gue cobain dul jeruknya. Siapa tau lo ngambil dari tempat sampah lagi. Lo kan pelit orang nya suka meres orang lagi” ujarku mengambil salah satu jeruk yg ada di kantong plastik

“sembarangan! Ini gue beli tau! Ya udah gih cobain kalo ga percaya” ujar Reza
Aku mengupas jeruk, dan ku lahap perlahan jeruk itu, sedikit ragu dan akhirnya...

“BUAAKHH... apaan nih??! Asem bener!! Lo mau bunuh kakak gue???” pekikku

“hah? Asem? Masa sih?” Reza merampas jeruk dan memakan nya juga

“eehm!! Iya, tapi tadi manis kok yg dikasih abang jualan nya” elak Reza

"makanya, jangan ketipu sama abang jualan dong. Lo gimana sih?!! ya udah, tu jeruk lo bawa pulang aja.. “ ujarku
Kamipun masuk mobil dan menuju rumah Cherly. Kami kesana dengan mobil Reza. Sebenarnya Reza teman mengobrol yg asyik, tapi entah kenapa aku tak mau di jodohkan dengan nya, bahkan untuk sekedar berpura2. Ya, jelas saja, bila aku dengan Reza? Bisma akan ku kemanakan? Walaupun ada keraguan di benakku atas perasaan Bisma terhadapku. Apa dia benar2 mencintaiku? entahlah

#‎Rumah Cherly

“lhoh.. katanya mau kerumah lo? Ini kan bukan rumah lo?” ujar Reza

"lhah? Kok lo tau ini bukan rumah gue? Lo pernah kerumah gue?” tanyaku heran

“pernah lah, waktu itu gue main ke rumah Tante Mary sama nyokap gue. Eh ternyata lo ga di rumah. Ya udah gue pulang duluan. Ortu gue pake ngerahasiain nama lo lagi!! Jadi gue ga tau kalo cwek yg mau dijodohin sama gue tu elo!” jelas Reza

“ooh. Jadi waktu gue pulang ke rumah Ryn, itu suara lo?” tanyaku

“mungkin” jawabnya singkat

“eh, lo belom jawab pertanyaan gue ya” ujar Reza mengalihkan pembicaraan

“hah? Oh iya, ini rumah bokap gue. Nah.. kakak gue juga tinggal di sini” jelasku

“ya udah masuk yuk” ajakku

“duduk dulu” ujarku. Lalu Reza duduk di sofa ruang tamu. Aku menghampiri Cherly yg sekarang mungkin sedang berada di kamarnya.

“Cher!!! Cherly!! Ini gue Gigi!!” panggilku

“iya, Gi! lo udah sampe?” ujar Cherly basa-basi

“iya. Lo masih inget kan kata gue semalem?” tanyaku

“semalem? Yg mana?” ujarnya mencoba menggali pikiran

“ haduh.. jadi gini.. gue bawa temen, dia mau dijodohin sama gue! Dan semua ini Mama yg mau. Jelas aja gue ga mau!! Lo bisa bantu gue kan?” ujarku

“bantu? Bantu jodohin lo gitu?” ujar Cherly polos

“haduh.. otak lo udah geser ya, Cher! Mm.. gini, lo pura2 pacaran sama Reza, kalo perlu pacaran beneran deh.. biar gue ga jadi di jodohin sama dia” jelasku

“hah?? Kok gue sih? kenapa ga temen lo aja? atau.. siapa gitu. Kenapa gue jadi bahan pelampiasan lo?” ujar Cherly

"aduh.. Cher... please... mau ya..?” ujarku dengan wajah memelas

“hhhhhh....”

Aku keluar lewat pintu belakang. Aku sengaja meninggalkan mereka berdua tanpa sepengetahuan Reza. Aku tau sekarang akan kemana

“Bis, lo dimana?” tanyaku

“gue di apartemen” jawab Bisma di ujung sana

“tunggu gue. Gue mau kesana” ujarku lalu kututup telfon nya
Aku akan ke apartemen Bisma. Sepertinya aku naik Bus saja. Uang ku sudah menipis sejak 3 hari yg lalu dan tidak akan cukup jika sekarang ini aku naik taksi. Aku menunggu di halte, nah Bus sudah datang sepertinya hari ini mendung. Perasaanku jadi tak karuan begini? Apa ada sesuatu yang......??? ah tidak!! Jangan berpikir macam2 Gigi.. aku menaiki Bus yang perlahan meninggalkan halte. Aku menatap lurus keluar kaca jendela. Sambil menyandarkan kepalaku di kaca. Hari yg melelahkan.. tapi tenang Gigi, sebentar lagi lelah itu terbayar dengan melihat senyum Bisma yg bisa membuat semangatku tumbuh kembali. Tiba2 lagu Mirrors milik Justin Timberlake terdengar nyaring.

“Hallo??”

“heh!! Kemana lo???!! Lo mau ninggalin gue berdua sam......”
Aku menjauhkan ponselku dari telingaku. Sungguh! Apa Reza mau memecahkan gendang telingaku? Dia terdengar berteriak. Aku malas mendengar ocehan nya yg pasti isinya hanya mengomeliku. Kubiarkan dia uring uringan di sana.. hmm.. rupanya sudah sampai. Aku masuk ke gedung apartemen, lalu berjalan melewati koridor2. Dan sampailah aku di koridor tempat dimana apartemen Bisma berada.

Bisma POV

“tut..tut..tut..’ belum sempat aku menjawabnya, dia sudah menutup telfonya, pacar macam apa dia?! Tapi, ada apa dia ke sini? Apa ada masalah? Oh.. ada sms rupanya

“Gue udah ada di depan apartemen lo..”

Kukira sms ini dari Gigi tapi nyatanya Christy.. hah? Christy? Christy di depan apartemenku? Bagaimana kalau Gigi datang dan melihat Christy di sini Pasti dia akan berpikir macam2. Sebaiknya tak usah kutemui

“keluar dan temui gue, atau.. lo akan tau akibatnya!”

Sebaiknya kutemui dia sekarang jika aku tak mau Gigi kenapa napa. Aku melangkah ragu, perlahan kubuka pintu dan benar saja. Christy tepat di depan pintu apartemen dengan senyumnya yg khas. Dan ketika itu juga aku mendengar suara langkah kaki memasuki koridor. Apa dia? Gigi? Christy melihat kejanggalan di wajahku

“dia Gigi? jangan sekali2 lo liat dia. Bis, kenapa sih lo ga bisa berpaling dari Gigi? ada gue, Bis..”

“Chris.. please, lo jangan maksa gue. Gigi salah satunya yg bisa bikin gue tertawa lepas, nyaman, dan dia juga bisa jadi sahabat buat gue. Dia selalu ada buat gue. Dia kuat, bahkan selama ini dia punya masalah yg besar, tanpa gue dia bisa ngatasin itu sendiri..”

“oh.. jadi gitu.. okey! Tinggal tunggu tanggal mainnya” ujar Christy yg akan melankah pergi. Aku tak tau maksudnya. Ku tarik tangannya. Sekarang dia dalam genggamanku. Tiba2 seorang wanita muncul di seberang sana. Gelap, karena memang koridor ini hanya diterangi sebuah lampu di ujung. Dia semakin mendekat, wajahnya mulai terlihat setelah terkena sinar lampu di depan pintu apartemeku. Dia tersentak, bisa kulihat perubahan ekspresi wajahnya yg mendadak pucat. Dia berbalik badan , berhenti sejenak dan kemudian pergi. Aku berniat menyusulnya, tadi Christy segera mencegatku

GIGI POV

“DEG!” ini terulang kembali. Dadaku sesak, lututku lemas, dan mataku memanas. Melihat dia, bersama Bisma untuk kesekian kalinya. Bisma menggenggam tanganya seolah tak mau dia pergi meninggalkannya. Aku tau sekarang wajahku passti wajahku pucat. Aku bisa merasakannya, air mata mulai keluar membasahi pipi. Aku berbalik badan, menghela nafas sejenak.. lalu pergi, ku putuskan untuk pergi. Christy yg pernah masuk kedalam kehidupannya bisa saja mengisi hatinya kembali. Aku tak mau mengganggunya, lagipula dada ini sudah terlalu sesak melihat itu semua. Aku pun pulang dan berdiam diri di kamar, sambil menonton tv yg kebetulan sedang menayangkan acara komedi. Semua orang yg ada di dalam tv tertawa, tapi entah kenapa aku tidak. Ya, aku memang melihat tv, tapi tapi pandanganku kosong. Entah sudah berapa kali kejadian tadi sore terngiang di kepalaku. Sungguh, ini membuatku tersiksa. “NYIT” memikirkannya saja sudah membuat hati ini nyeri dan semakin aku memikirkannya membuat dadaku sesak. Aku merebahkan tubuhku di punggung sofa yg ada di kamar dan menghela napas panjang, tapi itu justru membuat dadaku semakin sesak. Entah apa yg harus kulakukan sekarang. Aku melihat ponselku. Sedikit terkejut, Bisma sudah menelfonku tepatnya 13 kali.. begitu sakitkah hati ini sampai2 panggilan masuk 13 kali ku abaikan? Lagipula aku juga belum siap mendengar suaranya. Ya, mereka hanya bertemu. Tapi aku sama sekali tak tau di balik pertemuan itu menyimpn rasa yg tertinggal di benak mereka? Rasa yg dulu sempat hilang, bisa muncul kapan saja tanpa mereka kehendaki. Aku tersentak. Ponsel yg sekarang ini berada di genggamanku bergetar, lagu Mirrors bergema ke seluruh ruangan

“Hallo? Ada apa Za?” tanyaku

“Gi!! lo kemana sih? main pergi aja! gue mati gaya nih di depan kakak lo!!” ujar Reza di ujung sana. Dia sedikit menghiburku

“gue.. gue.. tadi di suruh pulang nyokap.. haha” ujarku memaksakan seulas senyum dan tertawa sumbang, benar2 sumbang.

“jadi.....?” tanya Reza

"jadi apa?” ujarku tak mengerti

“jadi rencana selanjutnya apa?” sambungnya

“tau deh.. gue lagi ga mood ngomongin itu. Udah dulu ya.. gue capek” ujarku lalu menutup flap ponselku dengan keras. Sekarang ini yg kubutuhkan adalah... sendiri, ya benar benar sendiri. Belum sempat aku menikmati keheningan dalam kesendirianku, ponselku kembali berdering. Ouh!! Tak bisakah benda ini berhenti menjerit?!! Nomor siapa ini

“hallo!!” ujarku dengan kesal tapi entah mengapa justru yg keluar seperti putus asa

“Hallo, ini saya client dari Bandung yg tempo hari bertemu dengan ibu.. bagaimana.......” aku menjauhkan ponsel dan memandangnya dengan kesal. Apa2an ini? Client? Dasar..

“maaf anda salah sambung!” ujarku kesal

“oh maaf, saya kira ini nomor ibu Mary. Tapi ibu Mary sendiri yg memberikan nomor ini.. apa anda masih ada hubungan saudara dengan ibu Mary?”

hh.. gaya bicaranya formal sekali. Bisa kupastikan aku tak akan bertahan 1 minggu bekerja seperti ini

“ya ya ya.. SAYA anaknya!”

“oh.. jadi anda yg bernama Gigi?” ujarnya di ujung sana. Haha.. lucu sekali, Mama menceritakan segalanya tentangku di depan client nya?!

“maaf, sebaiknya ANDA bicara langsung saja dengan mama SAYA!” ujarku lalu menutup telfon dengan kasar. Huhh.. benar2! Apakah aku tak bisa lebih sial dari ini?!

Reza POV

“tut..tutt..tuttt”

Apa2an ini? Dasar psikopat! Menutup telfon sembarangan disaat orang belum selesai bicara! Apa ini yg dia lakukan setiap orang lain menelfon nya?! Apa dia lebih suka menutup telfon lebih dulu! Haha.. aneh! Yahh.. pertemuan tadi sore dengan Cherly sebenarnya tak terlalu buruk.. dia asyik, supel dan pandai berbicara. Cantik, dan sepertinya tegas. Apa aku mulai menyukainya? Tapi ada sedikit keraguan terbesit di benakku. Ya, aku berusaha menyukainya demi gagalnya perjodohan ini

Atau mungkin.....

GIGI POV

“Semua ini demi kamu, Gi. mama sengaja cerita tentang kamu sama Client Mama. Itu akan mempermudah kamu saat kamu terjun langsung di dunia bisnis. Mereka juga akan lebih memahami kamu lebih dulu kalau mama cerita tentang kamu juga” ocehan mamaku terdengar panas di telingaku

“Mama tahu?! Mama ga pernah lakuin yg terbaik buat Gigi, justru ini yg memperburuk keadaan Gigi Mah. Mama ga tau beban dan pikiran yg Gigi tanggung sekarang! Jadi stop, Mah. Stop limpahin masalah ini semua sama Gigi. Gigi juga manusia, apa Mama ga pernah berpikir, Gigi capek hidup dalam tekanan, Gigi capek!!”

Hening sejenak, Mama mengalihkan pandangan nya. Aku memutuskan untuk pergi. Seperti biasa, dia selalu uring2an setiap aku pergi disaat dia belum selesai bicara. Tapi itu lebih baik dari pada membiarkan telingaku terbakar karena mendengar omelan nya.

“Gi!! Gigi!!!” pekik seseorang dari belakang. Aku menoleh dan membalikkan badan. Ilham? Aku memiringkan kepalaku

“Ilham? Lo...” ujarku menggantung

“gue kesini Cuma mau jelasin sesuatu.” Ujarnya. Aku membuka mulut, namun kututup kembali karena sepertinya dia sudah mulai bercerita

“Bisma, kemarin... ini semua nggak seperti yg lo pikir, Gi” katanya. Aku masih mendengarkan nya dengan hati yg perih. Semua kejadian itu terngiang kembali di telingaku.

“tapi.... kejadian itu, kenapa Bisma bisa cium Christy? Apa dia masih suka sama Christy?” tanyaku

“nggak,dia sayang banget sama lo, Gi. Dari cara Bisma lihat lo
ataupun dari cara dia ngomong sama lo. gue bisa lihat semuanya itu. Dia bahkan lebih cinta sama lo daripada Christy dulu." Jawab Ilham

Bisma selalu memaki2 ku dan melihatku dengan pandangan maut.. itu yang Ilham anggap cara Bisma mencintaiku? Ilham pasti sudah sinting..

"gue lihat Bisma cium Christy waktu selesai pertunjukan, itu bukti
kuat kalau Bisma masih cinta Christy? masalahnya, bukan Christy
yang cium Bisma. tapi Bisma yang cium Christy."

"ja... jadi, lo liat mereka ciuman...?" ujar Ilham kaget

"iya! lo kira kenapa selama ini gue ngehindar?!"

"hahaha, jadi lo cemburu karena masalah itu??" ledek Ilham

"ap- apa?! Gue nggak cemburu! Si- siapa bilang gue cemburu!" kataku sambil memalingkan wajahku. Bisa kurasakan wajahku memanas karena malu.

"hahaha, muka lo merah merah banget dan lo bilang lo nggak cemburu? Hahaha, lo lucu banget Gi."

“lo belum pernah makan sepatu hah??!!” ujarku sambil melepas sepatuku

“ahahaha, iya2... kalau tentang Bisma mencium Christy, tentu gue tau kenapa."

"kenapa?!" seruku

"yah,,, lo pasti tahu kan Bisma bukan tipe yang suka mencium cewek sembarangan?" aku menganggukkan kepalaku

"sebenarnya Bisma mencium Christy demi melindungi lo Gi."
Apa? Melindungiku? Tapi-

"lo tahu sendiri sifat rubah betina itu. gue juga bingung kenapa Bisma bisa suka sama dia dulu. Walaupun Christy sangat cantik tapi kepribadiannya benar2 memuakkan, untung aja dia punya wajah cantik jadi walaupun pribadinya busuk tapi masih ada orang yang menyukainya karena wajahnya itu." Ujar Ilham

"iya-iya gue tau dia begitu, terus apa maksudnya Bisma melindungi gue?" tanyaku tak sabar

“Ya,jadi Christy ngancem Bisma akan ngincer lo jadi bulan bulanannya. Dia akan menghentikan niatnya buat jadi in lo bulan bulanannya hanya dengan satu syarat.." kata Ilham

“cium?” ujarku ragu

"ya, betul sekali. Jadi Bisma menciumnya bukan karena Bisma suka sama dia, tapi dia mau ngelindungin lo..."
jadi.. jadi selama ini, dia...dia melindungiku! Bisma? Maafkan aku.. aku telah berfikir sempit!! Betapa bodohnya aku

"sekarang losudah tahu kebenarannya, jadi gue harap hubungan kalian sekarang baik2 aja.. dia benar2 kacau beberapa hari ini..." ujar Ilham membuyarkan lamunanku. Dan setelah berkata begitu, dia pergi meninggalkanku
Saat ini aku ingin sekali memeluk Bisma dan meminta maaf kepadanya.
Aku ingin sekali mendengar maki2annya, aku ingin sekali melihat wajahnya..
Tapi sebaiknya besok saja. Sekarang aku akan ke rumah Reza dan menanyakan soal “kencan” tadi sore dengan Cherly. Aku tau, perasaanku sedang kacau tadi sore. Jadi kuputuskan untuk mendengar langsung penjelasan dari Reza.

Setelah sampai di rumahnya, aku mendapat sambutan hangat dari keluarganya. Ya, tentu saja karena mereka tau aku lah calon “menantu” nya. Kami dibiarkan mengobrol berdua. Jadi, mereka tidak akan mengetahui rencana yg sudah kita.

“Gi, tadi main tutup aja sih!!” ujarnya mengomel

“hehe.. sorry, tadi ada masalah kecil” ujarku

“eh, mata lo sembab. Lo abis nangis ya?” tanya Reza. Sejak kapan dia jadi perhatian begini? Biasanya lututku berdarah atau aku mati pun dia tak memperdulikanku bahkan itu menjadi keuntungan nya? Tapi sekarang? Entahlah.. mungkin karena kita sudah saling kenal.

“hey!! Lo masih denger gue?” pekiknya sambil melambaikan tangan nya yg berhasil membuyarkan lamunanku

“hah? Eh? Nggak! Eh, ngomong2 gimana tadi sore?” tanyaku mengalihkan pembicaraan

“yah.. gitu deh” ujarnya tak bersemangat

“gitu gimana?” tanyaku mendesak

“ya gitu, kayaknya lo ga perlu deh lakuin ini” kata Reza

“maksud lo?” kerutan di keningku mulai muncul

“ya lo ga perlu deket2in gue sama kakak lo. Kita cukup pura2 deket di depan orang tua kita. Seudahnya ya biasa aja” kata Reza

“ya itu kan supaya kalian saling kenal aja. nanti kalo ditanya macem2, seenggaknya kalian bisa jawab kompak” ujarku

“iya juga sih.. tapi...”

“udah.. ikut aja apa kata gue!” tiba2 lagu Mirrors terdengar nyaring. Aku segera mengeluarkan ponsel ku yg berada di kantong celana jeans

“hallo?” ujarku antusias

“mm?........... iya iya...... besok gue kesana....... nggak lah, ngapain marah?.......... iya bye!”

“siapa?” tanya Reza

“Bisma” jawabku sumringah

“oh..” ujar Reza

“lo kenapa sih?” tanyaku melihat perubahan ekspresi wajah yang...

“hhhh....” desahku. Ada panggilan masuk lagi. Aku membuka flap ponselku

“Gigi!!!” pekikkan Mama terdengar keras, mungkin Reza juga bisa mendengarnya. Aku menjauhkan ponsel dari telingaku jika tak mau mendadak tuli karena pekikan Mama ku sendiri. Aku menatap ponsel dengan kesal, lalu pandanganku tertuju pada Reza

“nyokap?” ujarnya dengan volume super kecil. Aku mengangguk

“iya iya... iya, Mah. Gigi pulang sekarang” ujarku lalu menutup ponselku

“mau pulang?” tanya Reza

“iya, nyokap udah treak2 di rumah” ujarku lalu berpamitan kepada orang tua Reza dan bergegas pulang.

S
K
I
P

Aku berjalan santai dengan masih memakai sragam sekolah.. ya, kemarin Bisma mengajakku bertemu di taman dekat kompleks rumahnya. Dia berpikir aku masih marah. Tentu saja tidak! Ilham sudah menceritakan semuanya. Kuharap itu benar. Langkahku terhenti, butiran tetes air membasahi pipiku. Hujan? Ya hari ini mendung dan akhirnya hujan. Layaknya seseorang yg menahan beban dan akhirnya tangisan pecah menjadi pelampiasan. Hujan mulai deras, semoga saja Bisma sudah ada di sana. Aku berlari menuju taman. Hhh.. aku mendesah pelan. Bisma tak terlihat disana, apa aku harus menunggunya? Tapi ini hujan. Sudahlah, hujan tak akan membunuhku. Menunggu Bisma lebih penting dari pada menghindar dari hujan. Aku duduk di bangku panjang yg ada di taman. Tentu saja di tengah guyuran hujan. Semoga aku tidak sakit setelah ini seperti sebelum2nya yg aku selalu sakit bila kehujanan. Itu dia, itu Bisma! Aku terpenjat dari bangku taman. Dan berdiri menatapnya dalam. Perlahan Bisma semakin mendekat.

“Hap!!”

Aku tercekat, Bisma tiba2 memeluk tubuhku erat. Seakan tak ingin kehilanganku untuk yg kesekian kalinya. Apa perasaan nya sama dengan yg kemarin saat bersama Christy??!!

“please.. jangan pernah berfikir begitu. Jangan pernah berfikir ada orang lain selain dirimu. Ga ada orang lain selain kamu.. Cuma kamu.. Cuma kamu yg bisa mengerti aku. Jangan pernah berfikir aku akan meninggalkanmu. Jangan pernah berfikir aku tak menginginkanmu. Jangan pernah berfikir aku tak membutuhkanmu, dan jangan pernah berifik aku tak mencintaimu. Karena kamu... belahan jiwaku. Aku selalu merindukanmu, tak peduli sesebentar apapun kita berpisah, sependek waktu kita tak bertemu.. aku mncintaimu...”

Aku masih tercekat. Bisma melepas pelukannya. Dan mendaratkan ciuman di keningku. Aku masih mencerna kata2 nya barusan. Aku masih belum percaya Bisma berkata seperti itu. Memang, dia pacarku, tapi selama ini aku belum pernah mendengar kata2 seromantis ini dari mulutnya. Tubuhku menegang..

“lama banget sih.. udah ngoyot nih.. mana ujan lagi” ujarku cepat2 mencairkan suasana

“iya, sayang.. maaf ya.. haha” ujar Bisma. Kita memang sering bermasalah, tapi kita cepat menyelesaikan masalah itu. Itu yg menjadi hubungan kami luar biasa

“iih.. sayang? Ga salah tuh? Udah jangan dipaksain panggil ‘sayang’ deh! Najis muke lu kepaksa banget” ujarku

“haha.. trus panggil apa odong?” ujar Bisma

“idih.. kok odong sih??!!” ujarku kesal

“haha.. iya tuh, panggilan bagus tuh.. ‘odong’” ujar Bisma sambil melangkah pergi

“heh!! Kok odong?? Ga ada yg lebih jelek lagi apa?” pekikku sambil menyusulnya

“haha.. iya tuh, panggilan bagus tuh.. ‘odong’” ujar Bisma sambil melangkah pergi

“heh!! Kok odong?? Ga ada yg lebih jelek lagi apa?” pekikku sambil menyusulnya

“hachiii..!!!”

Bisma menatapku yg sekarang duduk di sofa. Aku mengusap rambutku yg basah dengan handuk.

“lo sakit?” tanya Bisma khawatir

“nggak, Cuma flu gara2 kehujanan tadi. Bentar lagi juga sembuh kok” elak ku

“kalo dibiarin bahaya. Nih minum obat dulu” ujar Bisma mengambil sebuah obat dari kotak P3K yg ada di apartemen nya. Aku menatapnya ragu

“tenang aja.. ga ada obat bius ato apalah kek di fillm2 itu. Percaya deh.. obat nya manjur” ujar Bisma meyakinkan. Dengan penuh keraguan, ku minum obat itu. Hmm.. tidak buruk

“gimana?”

“lumayan..” jawabku. Bisma berjalan menuju dapur kecil dan membuka lemari yg ada di sana

“apa gue bilang.. nih minum. Buat hangatin badan” ujar Bisma sambil menyodorkan teh panas yg dibuatnya tadi

“hmmm...” gumamku menikmati aroma teh yg menenangkan. Aku meneguk teh yg ada di genggamanku “hah..” gumamku sekali lagi. Bisma menatapku heran sambil tetap meneguk teh nya. Aku meletakkan secangkir teh di meja. Merebahkan diri di sandaran sofa.

“hhh.. kayaknya gue juga harus punya apartemmen deh. Enak banget kaya gini. Tenang, nyaman, fasilitas juga lengkap. Dan yg paling penting, ga ada yg ngomel2 bikin kuping pedess!!” ujarku. Lagi lagi tatapan itu. Tatapan heran bercampur bingung, menjadi satu alhasil menjadi tatapan maut yg berhasil membuatku bungkam. Kenapa Bisma harus menatapku seperti itu??!!

“kenapa sih lo??!” tanyaku kesal

“kenapa sih lo ga bisa akur dikit sama nyokap lo?” ujarnya tiba2.
Aku menghela napas dan menegakkan badanku

“ya karena kita beda. Beda pemikiran, beda visi, beda gaya hidup, pokoknya ga ada alasan buat kita akur. Dan satu lagi....” ujarku sambil mengacungkan jari. Bisma mengankat kedua alisnya

“gue ga suka diatur atur, apalagi soal perjodoh......an” ujarku menggantung. Astaga Gigi!! kenapa kamu mengatakannya! Hampir saja aku menceritakan semuanya.

“hah? Apa? Perjodohan? Lo di jodohin? Sama siapa?” ujar Bisma

“hah? Ng..nggak.. maksud gue jodoh, tentang jodoh. Ya, nyokap gue selalu ngajuin syarat bla bla tentang calon jodoh gue” ujarku berbohong

“oh..” Bisma mendesah pelan. Aku kembali bersandar di sofa dengan kepala mendongak, menikmati suasana tenang

“gue udah denger semua dari Ilham” ujarku sambil memejamkan mata

“hm..hm.. dia ngerjain tugas dengan baik..” Bisma ikut merebahkan diri di sandaran sofa

“dan gue harap semua itu bener” ujarku masih memejamkan mata. Bisma bergerak cepat menegakkan badan. Aku meliriknya. Bisa kulihat matanya membulat

“Astaga! Jadi lo ga percaya sama kata2 Ilham tadi?” tanya Bisma

“bukan gitu.. tapi gue kan ga tau lo boong ato nggak.. haha” kataku mencondongkan badan ke depan

“hhhh.. diliat liat, lo cocok banget pake baju gue” ujar Bisma melihatku mengenakan pakaian nya. Ya, aku memang memakai pakaian nya karena memang sragamku basah kuyup diguyur hujan. Jadi terpaksa aku meminjam pakaiannya

“mm.. bukan bukan. Bukan cocok lagi tapi... Astaga.. pacar gue ternyata selama ini cowok!!” katanya dengan raut wajah bergurau

“Ish!!” desahku. “ kalo gue cowok. Berarti lo... jeruk makan jeruk dong!! haha” ujarku meninju pelan lengan nya

“hah? Iya juga ya.. eh kenapa jadi ngomongin jeruk sih?!” protesnya

“hmm.. kalo gitu gue pulang dulu ya. Udah sore nih” ujarku bangkit dari sofa

“mau gue anter?” tanya Bisma. Tentu saja!! Tapi aku tidak mungkin mengatakannya begitu saja. Aku tau aku sudah cukup merepotkannya.

“mau gue anter?” tanya nya sekali lagi

“ga usah, gue bisa pulang sendiri. Lagian ini sore belum malem” ujarku mencari alasan

“tapi gue nggak mungkin biarin cewek pulang sendiri. Walaupun masih sore, tapi ini udah gelap” ujar Bisma

“kata lo, gue cowok?” ujarku yg masih mengingat jelas kata2 Bisma tadi

“udah.. ga usah khawatir. Gue bisa jaga diri” tegasku sekali lagi. Tanpa menunggu jawaban dari Bisma. Aku berbalik dan berjalan menuju pintu, diikuti Bisma. Setelah diluar, aku melambaikan tanganku dan bergegas pulang.

Yah.. sepertinya keputusanku untuk pulang sendirian tadi salah! Aku benar2... benar2... takut! Hari sudah mulai gelap, belum lagi suara2 yg tak jelas asalnya dan angin kencang menembus baju tebal Bisma yg sukses membuat bulu kuduk ku merinding. Apakah aku akan melewati sebuah pemakaman? Kurasa tidak! Ya, aku hanya perlu berjalan menuju halte, tapi halte ada di ujung jalan sana. Apakah aku harus menelpon Bisma untuk mengantarku pulang?! Oh aku sudah gila! Jelas2 aku yg menolaknya untuk diantar pulang? Akan terdengar aneh jika tiba2 aku menelfon nya untuk meminta diantar. Lagipula, dia pasti terlalu capek untuk mengantarku. Aku menghela nafas berat dan membetulkan posisi tasku. Mencoba menenangkan diri. Tidak berhasil!! Aku berjalan cepat menyusuri jalan sepi dan remang2 yg hanya di terangi oleh lampu di tepi jalan menuju halte di ujung jalan. Semakin cepat aku berjalan. Tidak, kali ini aku berlari. Ya, ketika aku menyadari ada bayangan seseorang di belakangku. Apa dia mengikutiku? Oh Tuhan! Semoga dia bukan perampok! Pencopet! Atau... pembunuh bayaran??!! Semoga semua dugaan ku itu salah. Aku menjerit ketika tangan nya menyentuh kedua bahuku. Aku membalikkan badanku dengan cepat dan melayangkan pukulan ke wajahnya. Bisa kudengar pria itu menjerit kesakitan..

“hey..hey.. ini gue!! Stop!! Stop!!” ujar pria tersebut mencoba menghentikan pukulanku yg membabi buta. Tunggu. Sepertinya aku mengenal betul suara itu. Astaga! Bisma??!!

“lo ngapain di sini??!!” ujarku dengan mata terbelalak

“aduh.. lo kira2 dong kalo mukul! Ini bukan kasus nya farhat abbas!!”erangnya sambil memegang pipi kanannya

“eh, sorry2! Hubungan nya apa coba sma farhat abbas??!”ujarku bingung

“lupakan!!”kata Bisma acuh tak acuh

Kini aku telah sampai di halte. Seperti biasa, kotak P3K yg selalu kubawa, kali ini harus ku gunakan untuk mengobati luka di pipi Bisma akibat tonjokanku.

“aww” rintihnya pelan

“diem deh! Kyk cewek aja!” protesku

“sakit odong! Ini juga gara2 lo! Pake ngomel2 lagi!” ujarnya

“lagia sih, pake muncul tiba2” kataku sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya untuk melihat luka di pipinya.
Aku tak mendengar suara apapun dari mulut Bisma. Biasanya dia akan selalu menyaut jika aku berceloteh. Tapi kali ini... apa dia tidur? Aku mendongak, melihat wajahnya dengan jelas. Tidak, dia tidak tidur, matanya masih terjaga. Lalu? Astaga! Aku sama sekali tak sadar jarak wajah kita. Begitu dekat. Sangat dekat sampai aku tak sadar Bisma sedang melihatku dan memperhatikan wajahku. Pandangan kita bertemu. Jantungku berdebar hebat, 2 kali lebih cepat dari biasanya. Wajahku memanas, tanpa sadar aku menahan nafas. Bisma menaikkan sebelah tangan nya ke wajahku dan lebih mendekatkan wajahnya.. astaga itu terlalu dekat! Apa.. apa dia akan..... akan me... tiba2 lagu Mirrors terdengar. Aku tercekat dan menghembuskan nafas yg sedari tadi ku tahan.
“hall.. hallo?” ujarku berusaha agar suaraku tidak terdengar gugup, tapi sepertinya tidak berhasil
“..............gue ada di halte...........oh oke, gue pulang.............nggak usah, gue naik bus kok...............oke,bye!”
“siapa?” tanya Bisma

BISMA POV
“payah! Kenapa lo biarin dia pulang sendiri? Gimana kalo terjadi apa2 sama dia?? Iya gue tau dia cewek tangguh. Tapi setidaknya, gue ini cowoknya, gue yg harus lindungin dia”
Ya, ku mengikutinya sejak dia keluar dari apartemenku. Aku sengaja tak memberi tahunya, karena pasti aku akan dipaksanya untuk kembali ke apartemen dan berkata aku baik2 saja, tak perlu mencemaskanku. Dia.. dia benar2 berhasil membuatku cemas. Aku mengikutinya menyusuuri jalan sempit menuju halte. Ya sepertinya dia akan naik bus malam ini. Hahaha.. aku tau dia ketakutan sekarang, sedari tadi aku hanya menahan tawa mendengar celotehnya yg tak jelas. Apa dia benar2 takut gelap? Atau takut karena aku tak berada di sampingnya? Entahlah.. kurasa dua2 nya. Tunggu! Dia sudah menyadari keberadaanku. Dia menunduk menatap bayanganku yg ada di jalan. Aku bermaksud menenangkannya agar tidak panik, tetapi kurasa itu tidak berhasil, justru aku telah mengejutkannya. Ia memekik bersama pukulan tiada henti yg ia layangkan ke wajahku. Dasar gadis brutal?? Tak bisakah dia lebih terlihat gila dari ini? Dan tak bisakah dia memukulku lebih keras dari ini?! Tenaga nya begitu luarbiasa walau kutau betapa lelahnya dia hari ini. Tapi kurasa dalam keadaan terdesak, seseorang bisa melakukan apa saja. Dia terus memukulku, sampai ia berhenti saat ku bilang,

“hey..hey.. ini gue!! Stop!! Stop!!” ujarku sambil melindungi diriku dengan kedua tangan

“lo ngapain di sini??!!” ujarnya terkejut melihatku, ia membulatkan matanya, tentu saja ia tak berhasil, matanya yg hanya segaris itu tak akan membulat

“aduh.. lo kira2 dong kalo mukul! Ini bukan kasus nya farhat abbas!!” ujarku. Haha.. pukulan nya seperti amarah anak ahmad dhani yg menantang farhat abbas beradu di ring tinju. Sangat menggebu gebu

“eh, sorry2! Hubungan nya apa coba sma farhat abbas??!”astaga! pacarku ini memang tak tahu berita yg sedang hangat? Entahlah.. ya, aku tau dia tak suka menonton acara infotaiment

“lupakan!!” ujarku menyerah
Setelah cukup lama berjalan, aku dan Gigi sampai di halte. Aku tak heran melihatnya mengeluarkan kotak P3K dari dalam tasnya,karena aku sudah sering melihat pemandangan itu. Dia mengobatiku dengan baik. Meskipun aku harus merintih kesakitan. Dia mendekatkan wajahnya, tak kusangka dia melakukan itu. Ya, dia memang tidak menyadarinya. Aku memandang lekat2 seluruh sudut wajahnya, ya, dia memang cantik dan menarik, dia..... entah mengapa tanganku berubah dingin, tubuhku menegang ketika ia mendongak menatap mataku lekat2. Aku menyentuh wajahnya, dan... mencoba lebih dekat lagi dengannya.... lebih dekat.....kurasa ini bukan waktu yg tepat tapi aku.. sepertinya aku akan menciumnya.. tiba2 ponsel Gigi berdering. Ia merogoh tasnya dan segera menjawab telfon. Astaga Bisma!! Kau payah!! Bisa2 nya kau akan mencium Gigi di saat2 seperti ini. Waktu yg benar2 tidak tepat. Tapi aku senang aku bisa melihat wajahnya sedekat ini.

“siapa?” tanyaku setelah ia menutup telfon nya

“Reza” jawabnya singkat

“Reza?” tanyaku

“iya. Nah itu Bus nya. Makasih udah mau nemenin sampe ke halte. Gue tau tadi lo mau ngapain” kata Gigi yg berhasil membuat otakku kosong seketika. Jadi dia tau tadi aku akan menciumnya? Seulas senyum manis mengembang di sudut bibirnya.
“cups”
“itu ganti karena lo udah gagal di adegan tadi” ujarnya lalu masuk ke Bus. Apa? Gigi.. haha.. dia... dasar! Aku terus memegang pipiku. Ciuman mendarat di pipiku berhasil membuat aku lumpuh dibuatnya.

REZA POV
Aku heran hari ini Gigi terus tersenyum. Dia bahkan terus mengatakan bahwa ia ingin cepat2 pulang. Ya, aku ingat. Kemarin Bisma menelfon sewaktu dia di rumahku. Sepertinya Bisma mengajak Gigi bertemu di suatu tempat. Kuputuskan untuk mengikutinya setelah pulang sekolah. hari ini hujan. Tapi sepertinya Gigi ingin sekali bertemu dengan Bisma sampai2 ia rela hujan2 seperti ini. Kulihat Bisma datang mendekat. Dia.. dia memeluk Gigi. kenapa? Kenapa sepertinya aku sulit menerima bahwa Bisma adalah pacar Gigi? kenapa? Sepertinya Bisma mengatakan sesuatu dalam pelukannya itu, mengatakan sesuatu yg berhasil membuat Gigi hanyut dalam pelukannya. Entah kenapa dada ini menjadi sesak. Masih hujan, mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen Bisma. Tapi.. apa aku harus sampai disini? Apa aku harus pulang? Aku ragu, lalu kuputuskan untuk tetap menunggu sampai Gigi keluar dari apartemen Bisma. Cukup lama mereka di dalam. Lalu terbesit ribuan pertanyaan. Apa yg mereka lakukan di dalam? Sampai kapan Gigi akan berada di dalam? Apa yg mereka bicarakan? Astaga! Kenapa aku jadi kacau seperti ini? Untuk apa semua ini? Untuk apa aku mengikuti Gigi? untuk apa aku peduli dengannya? Untuk apa? Aku merasa tak punya hak atas semua ini. Kuputuskan untuk pulang sekarang juga. Aku baru akan melangkahkan kakiku, Gigi sudah keluar dari gedung apartemen Bisma. Apa aku harus menemuinya dan mengantarnya pulang? Tunggu! Dia memakai pakaian laki2? Apa itu punya Bisma? Ahkk!! Itu tidak penting Reza! Yg penting sekarang ini adalah menemani Gigi pulang! Lagipula jika ia jadi Bisma, ia pasti juga akan meminjamkan bajunya jika tak mau melihat Gigi memaka seragam basahnya dan akhirnya menggigil kedinginan. Baru aku akan menghampirinya, Bisma juga keluar dari apartemennya. Kupikir dia akan menemaninya, tetapi dia hanya mengikutinya dari belakang. Entah apa yg dipikirkan orang itu? Aneh sekali! Yah.. aku terpaksa mengikuti mereka lagi. Aku sedikit tercekat karena Gigi memukul Bisma. Ya kutau karena mungkin ia mengira Bisma seorang penguntit, perampok, atau semacamnya. Tapi yg membuat aku menahan nafas, membuat mataku memanas adalah saat kejadian di halte. Aku tau persis apa yg akan di lakukan Bisma. Ya, kutau dia akan mencium Gigi, karena aku tak mau melihatnya, jadi aku berusaha menghubungi Gigi. untung saja Gigi cepat2 mengangkat telfon, jadi Bisma mengurungkan niatnya untuk....yah.. menciumnya! Aku lega melihatnya.

“hallo Gi? lo dimana?” tanyaku berusaha mengatur nafas

“gue ada di halte” jawabnya. Syukurlah, dia tidak berbohong

“nyokap lo telfon nanyain lo tadi. Sebaiknya lo pulang sekarang” ujarku tentu saja berbohong

“oh oke, gue pulang” katanya

“mau gue jemput?” tawarku

“nggak usah, gue naik bus kok” kata Gigi

“oh, ya udah. Habis ini langsung pulang! Ga usah kemana2” ujarku

“oke, bye!” dan kata2 itu yg mengakhiri pembicaraan kita di telfon
Bisa kulihat Bus sudah datang, Gigi berbalik badan dan mengatakan sesuatu pada Bisma. Baru aku sedikit lega, dan sekarang aku dihadapkan pada kenyataan yg lain. Gigi mencium pipi Bisma. Tapi kenapa aku khawatir? Kenapa dadaku begitu sesak? Kenapa berusaha agar Bisma tak jadi menciumnya? Kenapa aku lega saat Bisma tak jadi menciumnya? Kenapa semua itu kulakukan?apa aku.. aku.. hh..entahlah

REZA POV End

“Steff, boring banget sih disini?" bisikku dengan suara sengau karena flu melanda

“terus ngapain kesini?” ujar Steffy ringan sambil mencatat apa yg pak guru jelaskan

“ya sekolah lah..” jawabku

“ya udah kalo emang mau sekolah ga usah banyak ngeluh” ujar Steffy masih tetap menulis

“kaya lo ga pernah aja” dumelku

“sstt.. udah deh. Nanti pak guru denger ocehan lo, gue lagi yg di bunuh. Lu kan pinter nyalahin orang” ledek Steffy

“hhh....”aku mendesah pelan

“pletakk!!”

“aww!! Aduh!!!” suara erangan itu berasal dari depan kelas. Semua isi kelas tertawa

“bolpoin siapa ini?” ujar pak guru sambil mengusap kepalanya yg tersambit(?) bolpoin. Pak guru mengacungkan bolpoin kuning yg diatasnya terdapat pernak pernik bergambar Spongebob. Steffy menatap bolpoin itu dengan mata terbelalak Steffy tahu persis bolpoin siapa itu. Steffy menoleh ke arahku dengan masih membulatkan mata, tatapan nya penuh tanya. Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum kecil.

“gila lo, Gi!! nekat banget lu!!” bisik Steffy

“udah.. diem aja! bakal jadi menarik” aku mengangkat kedua alisku

“itu bolpoin saya Pak!!” ujarku sambil mengacungkan jari. Lagi2 Steffy menoleh cepat dan menatapku dengan mata bulat, sampai2 aku bisa melihat jelas mata gelapnya. Aku tersenyum kepadanya. Sekarang pandangan seisi kelas tertuju padaku

“Brigitta Cynthia!!!!!” pekik pak guru mengguncang bumi dan langit seisinya(?) kurasa seisi sekolah dapat mendengar jeritan nya dengan jelas. Pak guru berjalan kearahku dengan geram

“aduh.. aduh.. sakit pak.. lepasin” ujarku setelah pak guru menarik dan memutar telingaku

“udah berapa ratus kali kamu buat onar kaya gini!! Sekarang bawa buku2 yg ada di depan ke perpustakaan!!” ujar pak guru menunjukkan 2 tumpuk buu tebal yg ada di depan kelas

“segitu banyaknya pak?” tanyaku

“iya!!” jawabnya tegas

“tapi pak. Saya tadi kan ga sengaja. Saya tadi Cuma... Cuma mainan bolpoin aja pak, eh ga taunya lepas trus akhirnya.....” ujarku menggantung

“kena kepala saya!!” ujarku memekik. Aku mencondongkan badan kebelakang, berharap dapat mengurangi kebisingan akibat teriakannya. Steffy tetap menatapku heran

“kalau begitu. Stefany Margaretha!! Kamu bantu dia!!”

“lhoh..lhoh.. kok jadi saya pak?”

“sudah, jangan banyak bicara. Cepat kerjakan!”

“Brakk!!” suara gebrakan meja, mengawali langkahku menuju perpustakaan

Astaga.. banyak sekali buku2 ini. Sampai2 aku tak bisa melihat dengan jelas jalan yg ada di depan. Aku harus berhati2 supaya buku2 ini tidak jatuh berhamburan di lantai. Hhh... kita baru saja ke luar kelas. Aku berbalik ke arah kiri.. GEDEBAKGEDIBUK!!

“aaduhhh!!!” erangku yg sudah tersungkur di lantai. Untung saja ini sudah di luar kelas.

“Steff!! Gimana sih??? pake acara nabrak2 segala!” ujarku kesal

“yyyyeee.. elu tuh yg gimana?! Perpustakaan ke arah kanan odong!! Ngapain lu balik kiri?” ujar Steffy kesal

“emang iya yak? Hehe.. sorry sorry” ujarku lalu membereskan buku2 yg tergeletak di lantai.

“nah.. sekarang ke kanan.. kanan.. kiri.. kanan..kiri” ujarku di sepanjang koridor menuju perpustakaan

#‎Perpus

“haa..hhhaa..haactt..”

“stop..stoppp..!!” Steffy berhasil membatalkan bersin ku

“jangan hadap depan. Nanti buku2 lo pada jatoh semua” ujarnya

“hhaa.. haa..hhatchiiii!!!!” aku memalingkan wajahku ke samping kanan

“Buuakkhh!! Sial!! Ketumpahan kuah sayur asem!!!” ujar seseorang di samping kananku. Aku menoleh cepat ke arah suara. Astaga!! Reza??

“ngapain kalian di sini???” tanya Reza sambil mengusap pelan wajahnya. Aku melirik buku2 tebal yg ku bawa. Reza mengangguk.

“ya udah.. sini gue bantu” kata Reza mengambil alih buku2 yg kubawa

“ehemm.. jadi Gigi doang nih yg di bantuin??” ujar Steffy tiba2

“eh, apaan sih? enggak kali Steff. Tenang.. buku2 ini biar gue yg ngurus”

“tumben lo baik..”

“dari dulu Reza emang udah baik kali, Gi.. lo aja yg ga pernah akur sama dia.. haha” Steffy meninju pelan lenganku

“haha.. eh, ngomong2 kalian ngapain bawa buku2 sebanyak ini?” tanya Reza

"ini nih.. semua ulah Gi...” aku segera mendekap mulutnya. Reza mengangkat sebelah alis dan menatap ku heran. Aku menyunggingkan senyum masam

“ikhh.. apaan sih Gi!! tangan lo asem!!” kata Steffy melepaskan tanganku

“wah.. parah lo, Gi! gue pikir lo udah tobat” kata Reza

“diem lo!!” pekiku

“Oh iya. Nanti malem lo ada acara ga?” tanya Reza

“kenapa? Lo mau ngajak gue kencan? Udah mulai seka sama gue?” ujarku. Ada apa dengan nya? Kenapa dia terkejut? Apa dia menganggap ini serius?

“hahah.. becanda kali.. mm.. nanti malem? Ga bisa, gue ada acara sama nyokap. Sebenernya gue juga males sih.. tapi gue bakal ngajak Bisma” jawabku

“Za!!” kataku. Ada apa dengan anak ini?

“ngajak Bisma? Yakin lo?” aku melihat raut wajah yg berbeda dari Reza. Ada apa dengan nya hari ini? Berubah baik dan sikapnya aneh sekali

“ya iya lah.. masa ngajak lo?!”

“ehem.. gue jadi nyamuk nih di sini!” ucap Steffy memainkan bola matanya

“haha.. sorry Steff. Masalah pribadi.” Kata Reza

“iye deh.. gue keluar” kata Steffy lalu beranjak keluar perpustakaan

“lo yakin nyokap lo ga bakal uring2an kalo lo ngajak Bisma?” tanya Reza

“iya sih.. tapi ga selamanya gue biarin perjodohan ini terjadi. Kalo gue biarin, ga bakal selesai. Gue harus nunjukin ke nyokap kalo pilihan gue ini bener!” kataku mengebu gebu

“jadi?” tanya Reza

“jadi.. gue mau makan sekarang! Laper! Haha..” kata ku sambil mengelus perut dan keluar dari perpustakaan

“eh..eh..!! kemana lo??” ujar Reza memekik
“ya lo pikir aja sendiri. Kalo orang laper tujuan nya kemana?!” kataku
“Steff, ke kantin yuk!” ajakku setelah melihat Steffy melihat ke dalam jendela perpus
“Gi! lo dijodohin sama Reza? Wah.. parah lo ga cerita sama gue!” kata Steffy
“lo nguping?” kataku mendesak
“hehe.. nggak, Cuma ga sengaja denger” kata Steffy cengengesan
“sama aja dodol!! Ya udah yuk ke kantin” ajakku sekali lagi

“eh.. ceritain dulu dong”

“udah.. nanti di kantin aja” kataku menarik lengannya

Reza POV

Aku berjalan menuju perpustakaan, mencari tugas yg diberikan kepadaku seorang. Ini akibat dari ulah Gigi 2 hari yg lalu. Anak itu benar2 sudah membuatku frustasi! Baru saja aku memikirkannya, kenapa wujudnya sudah ada di sampingku? Gadis ini kenapa selalu ada di mana2? dan mengapa setiap aku bertemu gadis ini selalu ada saja yg ia perbuat..

“hhaa.. haa..hhatchiiii!!!!” apa ku bilang? Baru sedetik aku bersamanya, aku sudah terkena semburan mulutnya. Satu pertanyaan muncul. Kenapa dia ada di sini dan membawa buku2 sebanyak itu?

“ini nih.. semua ulah Gi...” mendengarnya aku terkekeh pelan. Gigi mendekap mulut Steffy kasar. Sudah kuduga dia berulah lagi. Tapi anehnya aku tidak mengomelinya malah justru bertanya hal bodoh yg tak kusangka akan kutanyakan

“Oh iya. Nanti malem lo ada acara ga?” semoga Gigi tak berpikir yg tidak tidak

“kenapa? Lo mau ngajak gue kencan? Udah mulai suka sama gue?” aku tercekat mendengarnya. Nafasku terhenti di tenggorokan. Kenapa.. kenapa dia bicara seperti itu? Apa dia tau apa yg kurasakan? Reza!! Apa ini??!! Tidak..tidakk.. aku tidak merasakan apa2 terhadapnya! Ya.. memang begitu..

“hahah.. becanda kali.. mm.. nanti malem? Ga bisa, gue ada acara sama nyokap. Sebenernya gue juga males sih.. tapi gue bakal ngajak Bisma” hhhh... ternyata dia hanya bergurau. Tapi.. tapi apa yg ia katakan tadi? Mengajak Bisma? Ke acara ibunya? Kenapa bukan aku? Reza!! Jangan memulainya!! Kenapa harus aku? Biarkan saja, toh dia pacarnya, bukan aku... tapi.. tapi kenapa setiap menyadari kenyataan itu, kenyataan bahwa Gigi adalah pacar Bisma, dadaku sesak, tak bisa bernafas.

“Za!!” pekik Gigi membuyarkan lamunanku. Aku terus meyakinkan nya apa dia masih tetap mengajak Bisma jika ibunya uring2an nantinya? Entahlah.. sepertinya dia tetap bersikeras. Baiklah, jika itu memang maunya

Reza POV End

#‎Kantin

“ooo gitu”gumam Steffy setelah mendengar semua yg kuceritakan

“ngeselin banget kan!”

“trus, Reza jadian gitu sama kakak lo?” tanya Steffy

“Ishhh...” desahku menoyor kepala anak yg satu ini

“ih.. apaan sih Gi!!” protesnya

“kan gue udah bilang. Cuma pura2 aja”

“ooo.. eh udahan yuk.. balik ke kelas.. kalo ada yg liat kita di sini. Lagian jam nya udah selesai. Abis ini jamnya pak Bagyo. Kalo lo ga ada, mampus lo” ujar Steffy

“ya udah.. masuk yuk!” ajakku
S
K
I
P
“Bis, lo bisa jemput gue sekarang?” kataku pada Bisma di ujung sana

“mm.. bisa bisa. Lo dimana?”

“gue di rumah”

“ga papa nih gue jemput nya di rumah lo?”

“ya ga papa lah.. emang dimana lagi?”

“tapi nanti nyokap lo....”

“udah.. ga apa2. Nyokap gue ga ada di rumah. Lagi prepare buat acara nanti malem.”

“emang nanti malem ada acara apa?”

“nanti aja deh gue ceritanya.. lo jemput gue dulu”

“iya iya udah gue kesana sekarang”

“oke, gue tunggu” ujarku lalu menutup flap telepon. Tak lama kemudian, suara mobil berhenti di depan rumah dan saat itu juga aku mendengar suara Bisma meneriakkan namaku. Aku segera berlari menuju pintu depan.

“hai.. Gi! kita mau kemana?” Tuhan.. kenapa hanya melihat wajahnya saja bisa mengangkat semua beban yg ada di hidupku, memberi semangat dan rasa lelah ini seakan menguap dari tubuhku. Mungkin ini yg dinamakan ‘The Power Of Love’

“Gi...” panggilnya halus

“hah? mm.. kita jalan dulu aja deh” kataku

"tunggu. suara lo kenapa? lo masih flu?"

"iya!! obat lo manjurnya di depan doang. kesininya kumat lagi kaya yg punya!!" ujarku dengan nada cukup tinggi

"yee!! kok nyolot sih! masih untung gue kasih obat, kalo nggak, waktu itu lo ga bakal bisa pulang dalam keadaan cukup waras!!"

"biarin!! ih.. udah ah! cabut! keburu malem nih!" kataku

#‎Mobil
“jadi kita mau kemana?” kata Bisma sudah mulai jengkel, karena sedari tadi kami hanya berputar2 di pusat kota

“hhh.. kita mau cari kado” jawabku

“Astaga Gigi.. kenapa ga bilang dari tadi sih? Kita kan bisa ke toko pernak pernik di ujung jalan. Kita tadi udah lewatin tempat itu 4 kali! Mau abisin bensin gue dulu?” kata Bisma

“hah? masa sih? perasaan baru 3 kali..” ujarku polos

“aduh.. maka dari itu. Kita udah muter2 di sini lebih dari satu setengah jam. Ayo dong Sayang..” kata Bisma menyentuh puncak kepalaku. Sejak kapan dia seromantis ini? Dan sejak kapan dia memanggilku sayang?

“ya udah kita ke sana” kataku. Setelah sampai di sana, aku terkejut. Kenapa isinya punya anak muda semua? Aku melirik Bisma dengan kesal. Hh.. anak itu kenapa malah memasang wajah bangganya?

“Bisma!! Kenapa lo ngajak gue kesini??!! Lo kira gue mau kasih kado emak2 umur 17 tahun? Gila ini isinya udah pink pink semua!!” kataku kesal

“lhah? Emang mau ngado siapa?” tanya Bisma polos

“nyokap gue odong!!” kataku

“hah? abis lo nggak bilang sih!!” elaknya

“ya gue pikir toko nya ga se spesifik ini. Gue kita toko pernak pernik yg universal, ga buat abg umur 17 keatas! Sarap lo!!” kataku

“haha.. ya udah! Trus lo mau cari kado yg kaya gimana?” tanya Bisma
“belom tau!” kataku ringan


bersambung..

*haahahahaha mamang Bisma ada2 aja yah, masa iya buat mama sikasih yg berbau bau pink, emangnya anak abg apa?? hihihi
*Wahhh apa yah kira-kira kado yang bakal dikasi GiChi ke nyokapnya? emmmmm ada yang bisa jwab?? hihihihi

*Jangan lupa Kasi saran yah...
Kalau gk bisa diblog ini, kasi saran lewat twitter aja yah,
Caranya sukup mention SARAN kamu ke @PrincessCigi *iklannnlagiiii
Okeee  see you babayyyyy.... 
okee dehh see yuu Next Part.. :*
Sekian dan terima kasih *kedip

*CRAZY* Part 3

Okeee nexttt, gk alama kan??? hihihihihi
Happy Reading..

Cast :
- Gigi Chibi
- Bisma Smash
- Member Chibi & Smash
- Other


“kamu ini, anak baru udah telat aja” ujar satpam tersebut

“aduh ,Pak.. tinggal bukain aja apa susahnya sih? keburu jenggotan nih saya..” ujarku benar2 kesal dengan satpam yg satu ini

“neng, sekarang udah jam 7 lebih seperempat, sedangkan gerbbangnya di tutup jam 7 kurang 5 menit. Eneng udah telat 20 menit” ujar satpam tersebut yg ternyata sangat perhitungan

“aelah, Pak. Saya kan anak baru, jadi wajar dong, ga tau! Kalo saya tau jam segitu gerbangnya udah di tutup, saya ga bakal nyampe sini telat kali pak..” protesku

“iya juga ya.. ya udah eneng boleh masuk, tp lain kali jangan telat lagi” ujar satpam tersebut. Haha.. segitu mudahkah dia memberiku izin masuk? Aku berjalan di salah satu koridor, hmm.. nampaknya aku melihat sesuatu di ruang osis. Sejenak, aku menghentikan langkahku. Aku melihat dari celah kaca pintu ruang itu. Itu..itu Reza! Ya, itu Reza, untuk apa dia di ruang osis saat jam pelajaran begini? Oh, ayo lah Gi, dia ketua osis, jelas saja, dia bisa di panggil kapan saja oleh semua staff sekolah. heeehh.. biarlah untuk apa aku menggubrisnya, aku melangkahkan kaki ku 1 2 3, tunggu, dia, dia sedang bersama Pak Bagyo, dan aku kembali melihat ke ruang itu. Dia menunduk, dan Pak Bagyo sedang asyik memamerkan suara gemparnya. Yup, dia sedang dimarahi. Apa ini soal kamar mandi itu? Dia ku tinggalkan sebelum Pak Bagyo membuka pintu kamar mandi itu dan kuncinya? Kuncinya ku serahkan padanya, jelas saja ia kena marah. Pak Bagyo mengira dia yg telah menguncinya. Aku tahu, dia ingin sekali melawan, ingin sekali menceritakan hal yg sebenarnya, tapi apa daya Pak Bagyo terus saja berkicau. Huhh!! Gigi!! Untuk apa kau iba dengan nya?! Dia yg membuatku di hukum membersihkan toilet guru total selama 3 minggu, dan sekarang? Impas bila dia juga kena hukuman. Aku melihat arlojiku, jam sudah menunjukkan pukul 8.00. hahh?? Berjalan di koridor saja bisa menghabisakan waktu lebih dari 45 menit? Apa ini efek belum sarapan? Tidak! Aku tidak selemah itu. Apa memperhatikan dia yg membuatku tak sadar waktu berjalan begitu cepat? Hufftt.. sudahlah lebih baik aku ke kantin saja. Menunggu jam istirahat, daripada masuk saat jam pelajaran begini dan akhirnya mendapat hukuman juga. Itu memang sudah menjadi kebiasaanku..

#‎SMABaktiMulya

“Bis!!” ujar Ryn menepuk bahu Bisma

“hey Ryn! Ada apa?” tanya Bisma

“cewe lo kemaren nanya tuh” ujar Ryn menggantung

“hah? Nanya apaan?” ujar Bisma antusias

“cie elah, giliran soal Gigi aja semangat banget..” kata Ryn yg sama sekali tak menjawab pertanyaan Bisma

“iisshh.. biarin, toh dia juga cewe gue! Dia nanya apa nih?” tanya Bisma

“itu, dia masih bolaeh gabung ga ke club dance sekolah kita?” ujar Ryn

“hmm.. kalo itu sih enggak boleh, tapi gue ada club dance luar sekolah kok, kalo dia mau join sih bisa bisa aja” jawab Bisma

“ooh, ya udah. Nanti gue sampein deh” kata Ryn

“eh, ga usah. Gue kan cowoknya, gue aja yg bilang ke dia” kata Bisma

“hah? Ya udah deh. Nanti pulang sekolah lo temuin dia aja di taman deket kompleks rumah gue” kata Ryn

“Sip..” saut Bisma

#‎SMAPutraBangsa

“Slurrppp...”

Segelas Lemon Tea mampu melepas dahagaku setelah beradu mulut dengan satpam yg kurasa otaknya hannya sebesar kacang polong itu

“Kring.. kring..”

Ini sudah jam istirahat, sebaiknya aku kembali ke kelas sebelum ada guru yg melihatku di sini

S~~~~~K~~~~~I~~~~~P

“Gila lo gi! emang ya, kalo soal menyelinap gitu, lo jagonya” ujar Steffy

“hahahh.. iya dong, itu mah udah jadi makanan gue sehari2, ibarat nya tuh kelas kakap.haha”

“ya udah kita kerja lagi. Bersihin toilet guru. Masa aktif kita baru berakhir 2 minggu kedepan nih” kata Steffy

“sebenernya gue males banget nih bersihin tuh lubang neraka.. tapi..”

“heleh.. udah ga apap2 dari pada hukumanya di tambah” kata Steffy

“aku dan Steffy pun mengerjakan hal yg sudah menjadi kebiasaan semenjak aku bersekolah di sini. Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Ya, ini memang sudah menjadi kebiasaanku, pulang malam untuk hal yg menjijikan ini

“Steff, gue duluan ya.. mau ketemu seseorang nih” ujarku

“ciee.. siapa hayo??” goda Steffy

“aelah lu mah. Temen jaman gue di Bakti Mulya” jelasku

“ooh.. ya udah gih sono. Yg nungguin pasti udah lumutan tuh” kata Steffy

“haha.. duluan ye...” ujarku sambil berjalan melewati koridor. Hmm.. ruaong osis. Oh iya?! Gimana nasib si curut itu? Apa dia juga dihukum? Di hukum itu pasti, tapi.... ah!! Masa bodoh!! Untuk apa aku mengurusnya?!

“hey!! Kebetulan lo di sini!!” tiba2 muncul suara dari belakang

“haahh??! Lo? Nyari gue??!” tanyaku heran. Si curut Reza, suddah berhasil membuat jantungku breakdance seketika

“Hah? Nyari lo? Kurang kerjaan banget gue?! Oh iya, lo!! Lo yg bikin gue di hukum bersihin ruang guru plus nyiramin taneman abis pulang sekolah! tanggung jawab lo!!” ujarnya sambil menyodorkan telunjuknya di depan wajahku

“Bodo!! Itu sih derita lo!!” ujarku santai sambil menyingkirkan telunjuknya dari hadapanku

“ooh.. lo mau gue aduin?” ancam Reza

"eh.. kok maenan lo ngadu sih? dasar tukang ngadu!!” pekikku

“oh okey, gue aduin!!” ujarnya

“eh..eh.. jangan dong!!” kataku

“okey, lo harus nurutin semua permintaan gue. Setiap pagi, lo harus beliin gue kopi di kedai kopi depan sekolah, dan itu harus dalah keadaan hangat. Kalo ngga, lo tau sendiri akibatnya!!” ancamnya lagi

“Gila!! Lo mau meres gue?!” kataku kesal

“ter se rah!! Gue mau ke rumah temen nyokap!! BYE!!!” ujarnya lalu pergi begitu saja

“GA NANYA!!!” pekikku

“udah malem aje nih. Si Ryn pasti udah nunggu lama”

#‎Taman

“heh.? Itu bukannya Bisma ya? Ngapain dia di sini?” yup. Bisma sudah menyambutku dengan punggung nya, ouh!! Ini sama sekali tidak romantis, yg ku tau orang berpacaran, menyiapkan lilin dan bunga2an. Ini? Tak bisa di bandingkan, bahkan makanan atau setangkai bunga pun tak ada. Pertanyaannya, untuk apa dia di sini?

“Bisma??!” ujarku dengan nada ragu

“lo ngga bisa ya ngasih tau pulang jam berapa? Gue nunggu udah ngoyot nih!!” ujarnya membalikkan badannya dengan cepat

“yyeee!! Mana tau lo nunggu gue di sini, yg gue tau Ryn. Ryn yg bikin janji sama gue, nape lu yg dateng?” ujarku

“terserah gue dong! Oh iya, nih” ujar Bisma sambil memberikan 5 carik kertas undangan

“apaan nih?” tanyaku penasaran

“baca aja” jawabnya santai

Undangan itu adalah undangan pertunjukan Breakdance. Aku sedikit bingung

“ini??”

“ini club dance gue yg bakal ngadain bertunjukan 2 bulan lagi. Gue mau lo masuk club gue. Dan undangan itu, buat orang yg lo kehendaki buat nonton pertunjukan itu. Gimana?” ujar Bisma

“hah? Beneran nih?” tanyaku tak percaya

“buat apa gue bohong?!”

“aaaaaaaaaaa....... Baby!!!! Pacar gue emang tau apa yg gue mau!!!” pekikku kegirangan

“haha.. dasar pacar sarap” ujarnya

“biarin! :P” ujarku sambil menjulurkan lidahku

“traktir..traktir...!!” kataku

“traktir? Nanti yah, lagi bokek nih” kata Bisma

“payah!! Pacar seorang Gigi kaga punya duit?! Haha.. ya udah ga apa2. Lain kali aja. eh aku pulang dulu ya, udah malem nih. Dan makasih buat undangannya.. muach” ujarku dan mendaratkan ciumanku di pipi nya. Sedikit malu, aku langsung berlari meninggalkan nya. Bisa ku lihat Bisma yg masih berdiri tercengang

#‎RumahGigi

“makasih ya tante. Saya pulang dulu”

“iya, sama2. Hati2 ya”

Suara itu samar2 ku dengar. Ya, aku masuk lewat pintu belakang.

“Gigi! Ngapain kamu lewat pintu belakang? Pintu depan masih luas noh!” ujar Oma

“nggak, seneng aja sama pintu belakang” ujarku cuek dan segera menuju kamar

“Gigi, Oma mau bicara sebentar” kata Oma yg berhasil menghentikan langkahku, tapi hanya untuk mengatakan “ Gigi capek, Gigi mau istirahat” lalu kembali meneruskan langkahku

“Hhhhhh..... 5 undangan, 5 orang, 5 perhatian” ujarku sambil merebahkan tubuhku di ranjang

“mungkin Cherly,Steffy, Ryn. Sisa 2. Siapa?”

“2 orang 2 orang 2 orang????” kata2 itulah yg selalu ku ucap selama aku mengingat undangan itu. Aarghh.. ini tidak harus semua di gunakan kan? Jadi 3 juga boleh. iya, pasti begitu..oh!! Gigi!! Kenapa kau terlihat seperti orang bodoh seperti ini?!Sudahlah lebih baik aku tidur sekarang

Keesokan harinya di sekolah

“mampus!! Gue lupa beliin kopi buat si curut itu!!” ujarku sambil berlari menuju kedai kopi yg ada di depan sekolah dan jam sudah menunjukkan pukul 06.50 dan itu artinya 5 menit lagi gerbang akan ditutup. Aaargg..

“mbak, capucino 1 ya..” ujarku kepada pelayan
“mau di...”

“di bungkus!! Cepet ya mbak!!” ujarku

“iya, di tunggu sebentar ya..” ujar pelayan itu ramah

“aelah.. lama bener dah!! Mbak..mbak.. udah belom?” ujarku panik

“sebentar ya mbak, masih banyak yg pesan” kata pelayan tsb

“aduh!! Udah jam segini lagi. Ya udah mbak, ada yg udah dingin ga?” ujarku

“mm.. di meja ujung. Ambil aja” kata pelayan tsb

“makasih ya mbak” ujarku lalu bergegas mengambil kopi yg dimaksud dan segera kembali ke sekolah. Reza sudah menantiku di dalam gerbang.

“hosh..hosh.. untung dah.. masih bisa masuk” ujarku mengelus dada

“mana kopinya?” kata Reza

"enak banget idup lo? Nih!!” ujarku sambil menyodorkan kopi yg kubeli barusan

“lhah? Kok udah dingin sih?” ujar Reza

"aelah nanti gue kentutin juga anget lagi!! Jangan banyak omong deh! Minum dulu apa adanya! Gue mau masuk ke kelas!!” ujarku lalu bergegas masuk kelas

“dasar cewek sarap!!” pekik Reza
S
K
I
P
Sesudah membersihkan toilet, aku segera menemui Bisma. Aku tau kita harus banyak latihan sekarang. Tapi, dimana aku harus menemuinya? A, lebih baik aku ke sekolahnya

#‎SMABaktiMulya

Bisma, apa dia sudah pulang? Aku tak melihat batang hidungnya. Nah, itu dia!! Tapi, dia sedang bersama seorang perempuan. Oh, itu Christy. Tapi kenapa dia bisa ada di sini? Atau.. tidak, sudah 2 kali aku melihat mereka bersama, jadi mengapa aku harus cemburu? Lebih baik aku ke sana sekarang.

“Bis!!” sapaku

“Gigi? lo udah di sini?” tanya Bisma

“iya, ga ganggu kan?” tanyaku agak menyindir

“hah? Nggak lah.. ya udah kita latihan yuk!” ajak Bisma

“Christ, gue pergi dulu ya..” sambung Bisma kepada Christy

Mulai sekarang, setiap pulang sekolah, aku dan teman2 satu club latihan bersama. Makin sibuk aja nih.. pulang sekolah, membersihkan toilet, pergi latihan, dan yg terakhir, berdebat dengan Mama. Huft cukup melelahkan memang. Hari ini aku di antar Bisma, pulang agak malam. Sekitar jam 10 malam aku baru sampai di rumah, tapi itu belum seberapa. Mengingat biasanya aku bisa pulang sampai subuh sekalipun. Aneh nya Mamaku juga tidak panik mencariku.. aku sudah sampai di rumah, rasanya hari ini aku tak ingin debat dengan perempuan itu, terlalu letih dan ku sia2kan tenagaku untuk mengeluarkan suara keras di hadapannya. Sebenarnya aku jarang berbicara dengan volume suara yg keras,berbicara lembut tapi mengandung makna yg dalam, itu lebih efektif dari pada harus berteriak seperti orang gila. Aku masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di ranjang dan tanpa ku sadari aku tertidur, jadi aku tak sempat membersihkan diri. Setiap pulang sekolah kerjaanku hanya lah seperti itu hingga tak terasa waktu pertunjukan sudah dekat. Tingggal 3 hari lagi dan 2 tiket itu masih terbengkalai. Aku masih bingung siapa yg harus ku ajak. Mungkin itu bisa ku pikirkan besok

Keesokan harinya

Aku bangun lebih pagi karena ku tahu pasti Reza akan mengomel jika aku tidak membelikannya kopi. Si curut itu memang jenius dalam membuatku emosi. Kali ini rumah sudah sepi, mama berangkat lebih pagi dan Oma yg rutin check up seminggu sekali mengingat usia nya yg sudah cukup tua. Hh.. rasanya lebih tenang seperti ini, andai saja setiap hari begini, aku tak akan mengamuk seperti orang tak waras!
Selesai mandi, aku bergegas sarapan. Hanya ada sehelai roti tawar dan sekaleng selai strawberry tanpa pikir panjang, langsung ku santap roti itu karena perutku yg sudah lapar. Setelah sarapan, aku mengambil sepeda yg ada di garasi. Sial!! Mana sepedanya?! Pasti Mama, ya Mama adalah satu2 orang di rumah ini yg tak rela melihatku bahagia. Bukan begitu? Sudahlah, lebih baik aku berangkat sekarang
Awal yg bagus untuk hari ini, aku harus berjalan kaki dari rumah ke sekolah?! aku yakin pasti akan ada kesialan lain untuk hari ini, mengingat pagi2 begini aku sudah sial.

“Hey!!” pekik seorang yg tak asing bagiku. itu Reza. Aku harus segera bergegas jika tak mau tertimpa sial

“heh? Heh? Mau kemana?!” ujarnya mengejarku dan akhirnya dapat menjangkau tanganku

“apaan sih lo!!” ujarku kesal

“lagian, lo gue panggil malah kabur” ujar Reza
“oh, lo manggil gue? Ya sorry, lagian nama gue Gigi, bukan ‘Hey!!’” kataku

“hehe.. lo berangkat sendiri?” tanya Reza. aku melihat sekelilingku

“menurut lo??!” ujarku sinis

“galak amat sih lo ini ari? Kesambet setan kepedesan apa?” kata Reza

“udah, jangan banyak omong deh! Nanti gue telat beliin lo kopi, ngomel lagi lo. Dasar cumi!!” ujarku lalu pergi meninggalkannya

“hey!! Tunggu!! Cewek sarap!!” pekiknya yg samar2 ku dengar

#‎KedaiKopi

“mbak, capucino nya satu ya.. di bungkus aja” ujarku kepada pelayan toko

“nggak mbak, ga usah di bungkus. Minum di sini aja, capucino nya satu lagi ya..”kata Reza yg tiba2 sudah ada di hadapanku

“heh! Ngapain lo di sini?” tanyaku kaget

“suka2 gue dong. Udah, duduk sini” ujarnya sambil duduk di salah satu bangku

“mm.. menurut lo, di jodohin tuh enak ga sih?” tanya Reza tiba2

“lo tuh goblok apa bego sih? mana ada di jodohin enak?! Ternyata seorang ketua osis otaknya sama kaya satpam depan sekolah!” ujarku tajam

“aelah.. kan gue Cuma nanya” kata Reza

“ini capucino nya..” ujar seorang pelayan menaruh 2 cangkir capucino di meja

“makasih mbak..” ujar Reza sambil melayangkan senyum nya. Tiba2 aku teringat 2 tiket itu. Apa? Apa mungkkin salah satu tiket itu ku berikan kepada Reza? Hmm.. mungkin itu lebih baik dari pada membiarkan tiket ini terbengkalai

“Za..” panggilku yg sukses mengalihkan perhatiannya yg awalnya tertuju pada luar kaca besar

“iya?” tanya nya

“lo, lo mau ga dateng ke pertunukan ini?” tanyaku sambil memberikan satu salah satu tiket tersebut

“pertunukan apaan?” tanya Reza

“baca aja” jawabku singkat

“breakdance?” tanya nya yg melayangkan tatapan aneh

“lo ngajak gue liat pertunjukan breakdance? Lo suka breakdance? Mm.. pasti ini grub favorit lo ya?” ujarnya

“gue bukan ngajak lo, gue mau lo liat pertunjukan gue” jelasku

“jadi ini pertunjukan lo? Dan lo, berarti lo bisa breakdance?” ujarnya yg nampak bingung

“iya” jawabku singkat

“ya udah, gue ke kelas dulu, bentar lagi, gerbang di tutup!eh iya, ini satu tiket lagi titip buat Steffy” ujarku sambil menyruput capucino untuk yg terakhir sebelum aku meninggalkan kedai itu

“kenapa ga lo kasih sendiri, lo kan sekelas??” pekik Reza

“gue ga mau denger komentar nya yg pasti satu hari kaga kelar2!!” pekikku

“waw.. dia bisa breakdance juga! Ga aneh sih penampilan kek gitu ga aneh bisa breakdance” ujar Reza dalam hati

S
K
I
P

Pulang latihan

“Beib, kapan2 maen ke apartemen yuk” kata Bisma

“apaan sih? tiba2 panggil ‘Beib’? haha.. iya deh kapan2 kalo sempet bakal maen ke apart kamu” ujarku heran

“haha.. ya udah pulang yuk, aku anter” ujar Bisma. Hari ini entah kenapa Bisma menjadi mendadak romantis seperti ini. Mungkin dia lelah berdebat denganku, lagipula pertunjukan sudah dekat

“oh iya, tiketnya sisa satu nih.. gue balikin aja ya” ujarku

“lhoh kenapa? Ga apa2 kali. Buat Mama kamu mungkin?” kata Bisma

“hah? Mama? Lo tau kan hubungan gue sama nyokap gue kek gimana?” kataku kesal

“ya mungkin ini media buat perbaikin semua nya” kata Bisma

“iya udah deh, nanti gue coba ngomong sama dia” kataku

“nah gitu dong.. ya udah pulang yuk” ajak Bisma

#‎RumahGigi

“Gigi pulang!!” ujarku memekik

Aku memberanikan diri untuk memberikan tiket ini, meskipun aku sudah tau jawaban nya nanti. Pasti dia tidak akan datang. Aku menghampirinya yg sedang ada di meja makan dengan laptop di hadapan nya

“Mah..” panggilku lembut

“tumben panggil Mama? Ada apa?” ujar Mama yg masih tetap fokus pada laptopnya

“Gigi mau Mama besok dateng ke acara ini” ujarku walau dengan kata2 yg berantakan dan terkesan memaksa. Aku menaruh tiket itu di samping laptop nya. Ia mengalihkan pandangan nya kepada tiket itu.

“apa2an ini? Breakdance? Bukannya fokus belajar, malah ikut pertunjukan kek beginian?! Inget Gigi, perusahaan sekarang ada di tanganmu” ujar Mama

“heh.. kek ginian gimana maksud Mama? Mungkin bagi Mama ini ga penting, tapi buat Gigi, ini penting, Mah. Ini pertunjukan resmi perdana buat Gigi. dan perusahaan itu? Kenapa harus Gigi? kenapa ga Cherly aja?!” ujarku emosi

“Cherly udah bisa memilih mana yg terbaik buat dia. Dia juga udah terlanjur study di bidang yg berlainan dengan perusahaan kita. Jadi, satu2 nya harapan, ya Cuma kamu. Kamu Oma suruh buat ngambil jurusan Managenment keuangan , ya semua ini buat kamu..” ujar Oma yg tiba2 datang

“Ini semua ga adil!! Cherly boleh milih apa yg dia suka! Kenapa Gigi nggak? Dan ini semua bukan buat Gigi, ini buat bisnis kalian? Iya kan?! Emang, kalian ga pernah perlakuin Gigi dengan perasaan, selalu aja dengan paksaan dan tekanan! Gigi muak!! Dan Mama, terserah Mama mau dateng ato enggak, yg penting Gigi udah berusaha nunjukin apa yg Gigi bisa, apa yg Gigi suka! Mungkin itu bisa buat Mama dan Oma berubah!” ujarku lalu pergi ke kamar

“Gigi!! tunggu!! Kalo kamu masih mau ikut kek gitu! Putusin pacar kamu itu dan kamu akan Mama jodohin!! Camkan itu!!” pekik Mama. Aku berhenti sejenak ku tarik nafasku dalam2 dan kuhembuskan perlahan, berharap semoga emosi ini tidak lepas kontrol.

“okey, itu doang? Jangan harap dengan ancaman itu, Gigi bakal nurutin semua yg kalian mau! Gigi bukan boneka! Gigi bukan mainan!!” ujarku memekik lalu berlari ke kamar

#‎Kamar

“benerkan apa kata gue tadi pagi, hari ini bakal jadi hari sial!! Tadi pagi gue ngomongin dijodohin2 segala lagi sama Reza, nah sekarang kejadian kan? Nasib.. mending telfon Cherly aja deh”

“Hallo?ada apa Gi?”

“Lusa jadi dateng kan, Cher?”

“iya.. gue juga ga ada acara kok. Gimana enak ga di situ?”

“enak pale lu! Yg ada gue berantem mulu! Ni rumah berasa gerah banget tau ga ada mereka! Kek nya adem gitu mereka ga ada”ujarku

“heh! Ga boleh ngomong gitu! Eh udah dulu ya. Papa nyari kunci mobil nih! Bye” ujar Cherly menutup telfon nya

“Hall? Hallo? Cher??! Aelah!! Papa yg nyari kunci mobil, kenapa dia yg repot, ato jangan2 dia udah berubah jadi kunci mobil? Haha.. kenapa lo jadi stress gini Gi?”

Keesokan harinya..

Hari ini rasanya aku bolos saja(jangan ditiru ya..twibies) malas rasanya menghadap buku2 yg penuh dengan rumus dan kata2 asing itu. Lagipula, besok pertunjukan, aku juga akan memberikan ini pada Ryn. Aku keluar rumah, ya, ini masih pagi. Aku harus mengantar tiket ini kepada Ryn, sebelum dia berangkat sekolah. lebih baik aku ke rumahnya sekarang

“RYN!!! AURYN!!” pekikku

“ceklek!”

“Gigi.. ngapain lagi? Mau ngajak ke taman, atau..........”

“heleh.. bukan, gue mau nganter tiket ini buat besok, dateng ya..” ujarku memotong perkataannya

“hah? Apaan nih? Breakdance? Wiww... keren!! Pasti besok pasti gue dateng” ujar Ryn antusias

“Thanks ya.. ya udah gue pergi dulu ya.. buru2 nih” ujarku lalu pergi meninggalkan nya

“kesambet apaan tuh anak, biasanya betah di sini” batin Ryn

Kemana lagi aku harus pergi. Huh.. aku seperti anak hilang yg tak tau arah. Kemarin Bisma menawarkanku untuk datang ke apartemen nya. Mungkin sekarang aku bisa ke sana. Yup, siapa tau diasekarang ada di sana

“thanks ya, Bis. Besok, kapan2 gue ke sini lagi” ujar seorang perempuan yg samar2 ku dengar dari dalam

“ceklek”

Dan betapa terkejutnya aku, dia? Christy? Dia di sini, untuk apa dia di sini? Dia mengenakan sragam, dan mengapa pagi2 sekali dia di sini? Atau? Ah tidak!! Aku tidak boleh negative thinking!! Aku bisa menanyakan nya pada Bisma. Christy menatapku aneh sambil pergi dari apartemen Bisma

“Bis?” tanyaku

“oh, Christy pinjem tugas, dan tugasnya hari ini di kumpulin, jadi pagi2 dia harus kesini dan kebetulan gue semalem tidur di apartemen” jelas Bisma

“trus, lo ngapain ke sini? Bukannya sekolah malah klayapan, kaburnya ke apart gue lagi, nanti gue lagi yg kena haha” ujar Bisma

“aelah.. ama pacar ndiri juga, pengen aja, lagian besok juga udah pertunjukan nya, gue mau nenangin diri aja” ujarku langsung menerobos masuk

“eh..eh! siapa yg suruh masuk?” pekik Bisma yg menyusulku dari belakang. Aku duduk di sebuah sofa yg didepan nya terdapat layar televisi yg cukup besar

“mm..gimana? tiket nya jadi lo kasih ke camer gue?” tanya Bisma yg cukup menggelitik

“hahaha.. camer? Wkwkwk... mau aja lo punya camer kek gitu?” ujarku tertawa lepas

“lhah? Apa salahnya? Itukan nyokap lo, dan entar gue bakal nikah sama lo, jadi otomatis nyokap lo ya camer gue! Iya kan?” ujarnya dengan wajah polos

“hahah..iya deh..” jawabku singkat yg masih menahan tawa

“eh tapi gimana? Tiket nya jadi lo kasih ke nyokap lo?” tanya Bisma

“iya, tapi ga tau deh die bakal dateng ato kaga” jawabku

“ooh.. ya udah gpp” kata Bisma sambil beranjak dari sofa

“eh lo mau kemana?” tanyaku

“ya sekolah lah.. emang lo bolos mulu?” ujarnya ketus

“iih.. resek! Ya udah deh, mandi sono!! Muka bantal lo ga enak banget diliat!! Haha” ujarku tertawa

“dasar pacar sarap!!” ujar Bisma mengacak rambutku lalu bergegas menuju kamar mandi

“Reza? Cewek sarap?? Bisma? Pacar sarap?? Kenapa harus sama?? Aarrgghh. Udah lah, Gi! mungkin kata ‘Sarap’ lagi ngetren sekarang”
S
K
I
P
Bisma sudah berangkat dan sekarang aku di sini sendiri di apartemen orang pula, sekarang apa yg harus ku lakukan? Tv? Ya mungkin menonton salah satu program Tv bisa membuat stressku hilang. Aku menyalakan Tv yg ada di depan sofa sambil tiduran. Hmmm.. nampaknya tak ada acara yg bagus, tak terasa aku pun tertidur, begitu nyenyaknya aku tidur di sini, serasa tak ada beban seperti yg selama ini ku pikul tak ada Mama dan Oma yg terus memaksaku dengan tekanan2 yg sama setiap harinya. Setelah sekian lama aku tertidur, aku pun bangun. Tapi, ketika aku bangun, aku tak lagi berada di sofa. Ya, aku sekarang berada d sebuah kamar yg cukup besar. Aku berfikir sejenak. Lalu seketika aku terloncat dari ranjang kamar. Aku menatap sekitar ruangan. Lalu Bisma keluar dari kamar mandi yg ada di dalam kamar dengan hanya menggunakan handuk. Seketika aku berteriak

“aaaaaaaaaaaaaaaaa.................” pekikku

“heh!!heh!! sttt!!!! Diem!!” ujar Bisma lalu mengenakan celana dan kaos berwarna putih tulang

“eh..eng... kok gue..gue..” ujarku gugup

“hahaha.. tenang aja, gue ga bakal ngapa2in lo!! Jadi jangan mikir macem2, gue bukan cowok mesum..” jelas Bisma. Seketika ekspresi wajahku yg awalnya panik, sekarang seakan semua kepanikan hilang seketika. Haha.. Gigi, kau memang bodoh!! Untuk apa Bisma berlaku macam2 pada cewek sepertimu, cewek dekil dan brutal? Hahah...

“ya udah, gue beli makanan dulu buat dinner. Kalo mau pulang, sms ato telfon dulu biar gue ga khawatir nyari in lo” ujar Bisma meskipun kata2 nya manis, tapi cara penyampaian nya tetap menyebalkan

“hah? Pulang? Gak ah!! Siapa juga yg mau pulang? Gue bakal nginep di sini sampe pertunjukan, lagian gue juga udah bawa barang buat besok” ujarku ngotot

“hah? Kata orang tua, kalo cewek sama cowok yg belum terikat tali pernikahan tuh pamali tinggal seatap” ujar Bisma

“hhh.. omongan lo tua banget! Lagian gue juga ga tinggal di sini, gue kan Cuma nginep semalem aja. kalo gue sampe pulang, di jamin gue ga bakal boleh dateng ke pertunjukan. Boleh ya, please...” ujarku memelas

“mmm...”

“nanti gue tidur di sofa deh ga apa2, lo tidur di kamar.. oke?” bujukku sekali lagi

“hmm.. ya udah deh. Lo tunggu di sini, jangan kemana2, gue keluar dulu cari makanan” ujar Bisma lalu meninggalkanku. Tak lama kemudian, Bisma kembali dengan membawa 2 paket kentuchki Fried Chicken di tangan nya. Memang menu ini menjadi menu favorit kami jika sedang males mencari makanan kesana kemari karena harga nya yg murah dan ga ribet makan nya. Kita memang suka yg simple2.hehe..oke sekarang waktu nya makan..

“nih buat lo..” ujar Bisma memberiku sebuah porsi yg kurasa ini lebih sedikit dari miliknya

“hey.. curang!! Kok ini dikit banget, punya lo banyak! Lo ambil ya sebelum lo nyampe ke sini??” ujarku menyelidik

“enak aja, udah makan aja napa. Masih untung gue beliin” ujar Bisma

“iih.. gue ga trima!! Sini sini in !!” ujarku sambil merebut seporsi milik Bisma

“heh..heh.. ini punya gue!! Eh..eh.. nanti tumpah odong!!” ujar Bisma dan benar saja, se porsi yg ku rebut tumpah seketika. Aku hanya bisa menatap nanar nasi2 dan tentu saja fried chicken yg tergeletak di lantai.

“iiihhh... kan tumpah” ujarku

“yee.. lo sih maen embat aja punya orang. Trus gue makan apa dong?” ujar Bisma dengan wajah memelas

“hehe.. ya udah nih punya gue makan aja. gue udah kenyang kok” ujarku mengalah

“hah? Serius? Tapi dari tadi kan lo belum makan apa2” kata Bisma

“udah, ga apa2. Gue udah biasa telat makan” kataku

“ya udah, gue makan nih. Tapi lo jangan minta yah.. hahahah” ujar Bisma

“iissh.. apaan sih lo!!” desahku. Bisma mulai melahap makanan itu. Hmm.. sebenarnya aku juga lapar tapi, biarlah sesekali mengalah untuk pacar tercinta.haha..

“aak..” ujar Bisma menyodorkan sesuap nasi

“hah? Buat gue?” tanyaku

“ya iya lah.. udah cepet makan aja, ntar sakit gue juga yg repot” ujar Bisma

“apaan, masa Cuma nasi doang!” ujarku lalu melahap sesuap nasi yg Bisma berikan padaku

“heleh.. lo embat juga” ujar Bisma

Setelah adegan suap2an. Hehe.. perut sudah kenyang walau hanya dengan separo porsi. Kinipun kantuk melanda. Bisma sedang asyik menonton Tv, aku bersiap tidur di sofa. Mataku mulai terpejam. Aku tak sadar Bisma sedang melihatku, bukan! Tepatnya memperhatikanku

“hmm.. mungkin dia capek. Tidur nyenyak, sayang. Mimpi indah ya..”

“cup” sebuah kecupan mendarat di keningku dengan aku yg tertidur nyenyak. Bisma menggendongku ke kamarnya. Ya, aku tidur di kamar Bisma, sedangkan Bisma tidur di sofa. Mungkin dia tak sampai hati melihatku yg capek ini harus tidur di sofa.

Keesokan harinya..

Aku bangun pagi sekali, mungkin karena semalam aku tidur lebih awal. Aku pun segera mandi dan bersiap diri untuk pertunjukan yg akan diadakan hari ini tepat pukul 9 pagi. Hari ini memang libur dan kebetulan sekolah Bisma juga sedang libur karena ada persiapan event besar di sekolahnya. Bisma , dia tidak ada di sofa. Aku mencarinya ke seluruh sudut ruangan. Dia? Dia tidak ada di sini. Lalu kemana dia?

Bisma , dia tidak ada di sofa. Aku mencarinya ke seluruh sudut ruangan. Dia? Dia tidak ada di sini. Lalu kemana dia?
“ceklek"

“lhoh, Gi? udah bangun?” ujar Bisma yg tiba2 masuk

“lo dari mana aja, sih?” tanyaku

“nih, gue beli makanan buat sarapan” jawab Bisma mengatungkan makanan yg ia bawa

“ih, pesen kan bisa. Ga harus keluar” ujarku kesal karena ia telah sukses membuatku panik

“cie... khawatir ya?” ujar Bisma menggodaku

“iih.. apaan sih, ya udah lah. sarapan dulu, biar powerful nanti perform nya” ujarku
S
K
I
P
Kini aku dan Bisma telah berada di parkiran mobil. Kita akn berangkat bersama. Aku dan Bisma sudah bersiap dengan costum yg sama. Aku dan Bisma pun masuk mobil dan berangkat, kami sudah meninggalkan gedung apartemen itu.

“Bis..” ujarku menatap Bisma yg sedang fokus menyetir

“apaan sih?” ujar Bisma

Aku heran dengan nya, pacarnya ini tanya baik2, kenapa dia nyengak begitu? Lagipula, aku ini kan pacarnya, kenapa dia tak bisa berlaku sedikit lembut padaku? Huft..

“gue.. gue takut, gue takut gagal, gue takut ngecewain orang2 yg udah gue undang” ujarku
Bisma menghentikan laju mobilnya. Aku menatapnya bingung. Ekspresi yg awalnya cuek, sekarang menjadi lebih serius dan lembut. Bisma meraih tanganku dan menggenggamnya erat

“Gi.. percaya sama gue, lo bisa, lo pasti bisa. Lagiankan kita udah latihan berbulan2, kenapa lo harus takut? Gue di sini, kalo mereka ga suka performa lo, biarain aja. lo yg usaha, lo yg kerjain semua ini. Mereka ga tau perjuangan lo selama ini. Jangan pernah takut apapun, karena gue ada di samping lo..” ujar Bisma mengecup keningku. Aku terdiam sejenak, lalu ia kembali fokus menyetir.

“yg gue takutin adalah jika suatu hari nanti, lo bakal ninggalin gue, dan milih cewek lain, Bis..” batinku. Dan, anehnya setelah ia mencium keningku, bahkan dia berlaga seakan tak terjadi apa2, malu? Semburat malu di wajahnya pun tak ada. Oh iya, malu nya kan sudah di loak an di pasar kemarin sore.hahah...
Kami sudah tiba, aku menuju backstage untuk bersiap2..

“ayo, Guys!! Acara udah mau mulai nih.. 5 menit lagi kalian perform!!” ujar seorang yg nampaknya panitia pertunjukan ini. Memang, kami hanya tampil sekali, tapi setidaknya kami sudah mempersiapkannya dengan matang untuk acara se formal ini. Aku pun membenahi seluruh penampilanku dan berusaha mengingat kembali koreo yg telah tersusun rapi di kepalaku. Oh iya, aku lupa menceritakan tentang berakhirnya hukuman membersihkan toilet jahanam itu. Guru biologi itu memang benar2 menyebalkan!! Memang, hukumanku sudah habis masa berlakunya, tapi karena di hari terakhir aku ketahuan menyabotase adik kelasku, maka hukuman di tambah 3 hari lagi, tapi untungnya, hal itu tak menghambat latihanku. Okey, kurasa ini sudah 5 menit. Kini saatnya kami tampil.

“yyyaaakk!! Ini dia yg kita tunggu2!! Puncak acara!! Kita sambut Foltcruxh!!!!” suara MC acara ini memang sungguh menggelegar. Kami naik ke panggung, kini aku bisa melihat Cherly, Ryn, Steffy, Reza, dan... ya, sudah ku duga, mama tak akan datang. Aku turun ke panggung sejenak untuk menghampiri Cherly

“Cher, video in ya” ujarku cepat lalu aku kembali lagi ke stage. Musik sudah dimulai. Aku memandang Bisma

“lo pasti bisa” ujar Bisma meyakinkanku
Ketegangan memang melandaku, perlahan ketegangan itu mulai hilang bersama musik yg mulai kunikmati. Tubuhku pun reflek menyesuaikan irama musik dengan koreo. Ketukan musik, hentakan yg berpadu dengan beat yg membuatku menikmati semua ini. Sehingga terasa semua gerakan ini berada di luar kepala. Ya, percaya diriku mulai tumbuh, “Popping ku ga jelek2 amat” haha.. kata2 itu yg sekarang baru ku sadari. Ya, aku ini seorang styler yg seharusnya menguasai itu, dan teknik2 lain nya. Tak terasa, pertunjukan ini akan usai. Performa ini di ku akhiri dengan Baby Freeze. Lega rasanya sekarang. Tak kusangka, pertunjukan mendapat apresiasi baik dari penonton. Applause yg sangat luarbiasa. Baru kali ini aku mendapat pengalaman yg luarbiasa juga. Mungkin kedepan nya bisa lebih baik dari ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`++++``````````````````````

“yeay!! Sukses untuk hari ini!!!!” pekik Bisma kepada seluruh anggota grup ini.

“gimana? Puas ga? Lo tadi powerful banget! Bagus deh buat bebebku yg satu ini” ujar Bisma mengacak rambutku

“haha.. apaan sih! ya udah, gue ke Cherly dulu ya..” ujarku lalu meninggalkannya

“Gigi!!!!!!!! lo tadi keren banget!!!” pekik Ryn memelukku

“iya, Gi!! apalagi pas meliuk2 trus yg jungkir balik ntu!! Wiss... pokoknya keren dah!!” ujar Steffy

"haha.. bisa aja kalian semua” ujarku merendah. Aku menatap Reza

“iye.. gue akuin, lo emang keren” kata Reza

“gimana Cher?” tanyaku pada Cherly

“gue bangga punya adek kaya lo, walaupun susah di atur dan bandel nya minta ampun, yg pasti kalo Mama sama Oma liat lo begini, mereka bakal bangga” ujar Cherly. Aku menanggapinya dengan senyuman.

“ya udah, Gi! kita pulang dulu ya..” ujar Ryn

“cie.. yg udah kenal” ujarku menggoda

“haha.. kenal aja baru tadi pagi” ujar Steffy

“iya, ini maka nya mau hang out bareng. Wkwk.. sorry ye, lo ga gue ajak!” kata Ryn

“siapa juga yg mau ikut? Hahah” ujarku

“haha, ya udah pergi dulu ya” ujar Steffy dan Ryn

“gue juga balik dulu ya.. salam buat Mama dan Oma” ujar Cherly

“sip” jawabku singkat

“gue balik juga ya. Jangan lupa, besok pagi capucino nya!!” ujar Reza lalupergi begitu saja

“isshh!!” desahku. Aku lalu mengambil dua kaleng minuman bersoda yg disediakan panitia. Aku bergegas menghampiri Bisma

+DEG..!!+

Apa yg barusan ku lihat? Apa ini sungguhan? Aku melihatnya sekali lagi.

+DEG!+

Dia? Bisma? Bisma mencium Christy? bisa kurasakan tubuhku menegang. tanganku mulai gemetar.Hh.. tangan ini, tangan ini begitu lemas, rasanya aku tak kuat lagi melihat semua ini. Dengkul ku juga mulai melemas, air mata perlahan keluar tanpa ada perintah. 2 kaleng minuman ini, rasanya tak akan lama lagi, akan lepas dari genggamanku. Tapi jika kaleng ini terjatuh, Bisma pasti akan tau aku melihatnya seperti ini. Aku tidak mau membuatnya merasa bersalah. Tapi, aku sudah tak kuat lagi. Kaleng ini sudah melesat dari tanganku

“Happ!!” seseorang menangkap kaleng itu dan mendekapku, ia menutupi tubuh ku dengan jaket tebalnya.

“jangan dilihat” ujar pria tsb. Ya aku tidak akan protes, memang mau ku begini. Aku menenggelamkan wajahku di dada nya. aku mendengar suara langkah kaki, suara langkah kaki itu pasti suara langkah kaki Bisma.jangan sampai dia menyadari aku di sini.. tolong, jangan sampai dia tahu aku disini.. suara langkah kakinya makin mendekat. jantungku berdetak kencang, mungkin saking kencangnya orang ini bisa mendengarnya. suara langkah kaki Bisma mendekat, sampai akhirnya dia berhenti tepat di belakangku. Bisma terdiam, sepertinya dia sedang memperhatikan kami berdua. jangan sampai dia sadar aku disini, semoga saja jaket ini cukup untuk membuatnya tak mengenalku. Syukurlah, Bisma tak sepeduli itu dengan orang ini. Dia lalu melangkah pergi. setelah aku yakin Bisma telah pergi, aku membuat suara untuk menarik
perhatian orang ini. "ehem..."

“eh, sorry sorry..” kata pria ini.

“Reza? Lo? Lo bukan nya udah pulang?” tanyaku yg baru menyadari jika pria ini adalah Reza

"em.. gue ngambil tas gue, ketinggalan tadi di kursi” jawabnnya

“tolong tanganmu..." kataku karena Reza masih memegang kedua
tanganku dan masih merapatkan diriku ke dirinya

“hah? Eh.. maaf..” ujarnya gugup

“udah, ga apa2. Makasih ya buat yg tadi” ujarku
“lupain aja kali” jawabnya aneh
“ya udah, gue pulang dulu ya” kataku lalu bergegas pergi

#‎Rumah

“ohh.. jadi kamu jadi ikut pertunjukan sampah itu??!!” pekik Mama setelah melihatku tiba di rumah

“Sampah? Lebih nyampah mana sama proyek, bisnis, dan perusahaan murahan itu!!” ujarku memekik

+PLAKK!!” sebuah tamparan melayang di pipi kanan ku. Mataku memanas, menahan air mata yg segera jatuh

“murahan?? Perusahaan itu yg buat kamu hidup seperti ini! Hidup enak, sekolah, dan semua fasilitas yg Mama kasih buat kamu! Itu yg kamu bilang murahan??” ujarnya

“tapi Gigi ga pernah minta semua ini!! Gigi Cuma mau Mama tau apa yg Gigi rasain, Gigi Cuma mau hidup tenang kek anak2 lain!!” ujarku lalu berlari menaiki anak tangga menuju kamar

“Gigi!!!!” pekik Mama

Lengkap sudah kesedihanku hari ini. Mama memaki ku setelah pertunjukan. Dan...

“NYUT” setiap aku mengingat kejadian itu hatiku sakit rasanya. Dan kenapa Bisma tak mencariku seusai pertunjukan tadi? Apa.. apa dia sudah tak peduli denganku? Dia lebih memilih Christy? Sakit ini masih berdengung sampai menembus relungku. Tak kusangka Bisma bisa melakukan hal ini. Dia berjanji akan selalu ada di sampingku. Tapi nyatanya? Sesak dada ini bila mengingat semua itu.

Keesokan harinya di sekolah

Steffy P.O.V

Beberapa hari ini, sahabatku 'Gigi' aneeehh sekali. dia yang biasanya di kelas kerjaannya makan atau tidur,dan mengerjai teman sekelas sekarang malah bengong. dia yang biasanya cerewet, sekarang jadi agak pendiam. tidak cuma itu saja, kalau diajak ngomong, dia juga gak nyambung dan seperti tidak menyimak. aku jadi bingung. sepertinya dia sedang ada masalah deh, tapi setiap kali
aku tanya, pasti jawabannya 'tidak ada apa2 kok' atau'eh? memangnya aku kenapa?'. dia itu kenapaaa sihhhh?!!!!!!!
"hei Gi! lo kenapa sih?! kek orang stress aja! kenapa sih?! cerita
doongg!!!"
"uh, eh?emang gue kenapa?" tanya Gigi bingung.
tuh kan... benar apa kataku, dia pasti jawab begitu.
iih!! aku kesal!! kenapa sih dia tak mau cerita?! aku ini sahabatnya bukan sih?!!

"hhhh.... ya sudahlah, gue nyerah. nanti pulang sekolah, gue sama ilham mau pergi sama Bisma dan yang lainnya. Bisma bilang, kamu harus ikut."

"....." Gigi diam saja, matanya fokus memandangi lantai seperti tidak
menyimak perkataanku.

"hei Gi..."

"...."

"GIGI!!"

"eh?! apa apa?! ih, kenapa harus teriak2 sih?!" bisa2nya Gigi berkata begitu! kenapa sih dia tidak menyimakku dari tadi?!

"gak tau ah! gue kesal!" kataku pergi keluar kelas meninggalkan Gigi. aku hampir menangis dibuatnya. bukan karena Gigi meneriakiku, tapi aku merasa tidak dianggap. dia sama sekali tidak bicara apa2 padaku, padahal aku tahu sesuatu terjadi sama dia. apakah selama ini cuma aku yang menganggapnya sahabatku?! Aku berlari ke luar sekolah dan menelfon Ilham, ia menyuruhku datang ke sekolahnya. Terpaksa aku harus bolos untuk jam pelajaran Bahasa.oh iya, aku lupa. Seminggu yg lalu, aku sudah jadian dengan Ilham. Hehe.. aku merasa nyaman bila di dekatnya, apalagi sejak pertemuan pertamaku di cafe tempo hari. Sudah deh nostalgia nya. aku berlari ke kelas ilham dan membuka pintunya keras2,

"Ilham!" teriakku tak peduli pada orang2 yang mulai melihat ke arahku. Aku tau pasti mereka berpikir ada makhluk asing yg dtang ke sekolah mereka dengan cara brutal. Huft..

"Steffy? nah, ayo duduk, ayo duduk." kata Ilham sambil menarikkan bangku untukku di sebelah mejanya.

"eh? ternyata ada Bisma? halo selamat siang.." sapaku sambil
menundukkan kepalaku. si makhluk planet Bisma, diam saja, melihat ke arahku saja tidak. huh! dasar cowok dingin!
tapi aku sudah biasa sih...

"nanti Gigi ikut pergi?" tanya Ilham.

"hem??? oh, Gigi? ga tahu tuh"

"kenapa bisa lo bilang ga tahu?! bukannya gue udah suruh lo tanyain ke dia!?!" teriak Bisma sambil menggebrak meja. ih!! dasar diktator!! masih untung Gigi masih bertahan jadi pacarmu
sampai hari ini!
Gigi memang hebat, bisa pacaran sama cowok se-pemarah ini!!!

"udah gue tanyain kok, tapi dia ga nyimak gue.. gue kesel deh, jadinya gue tinggal aja." jawabku.

"apa sih maksud lo? ga nyimak!?! makanya kalau mengajak orang yang benar!"

"hmm... tidak menyimakmu ya? Gigi belakangan ini aneh..." kata Ilham.
oh syukurlah... akhirnya ada juga yang mengerti maksudku...

"iya! iya! dia aneh sekali belakangan ini!!" teriakku setuju.

Bisma mengangkat sebelah alisnya lagi,"..........?"

"iya! Guejuga ngerasa! Gigi jadi aneh banget! masa dia ga marah saat gue katain 'perempuan berdada papan biasanya aja kalo gue ngomong kek gitu ke dia pasti gue di gampar!!!" ujar Ilham

“iya jadi gue tadi pagi ketemu dia. Gue panggil dia kek gitu. Tapi dia malah ngelamun, trus pas gue tegur pasti gelagapan gitu” lanjut ilham

"lo ga ngerasa aneh Bis?" tanya ilham.

"aneh ya...? hmm....", pikir Bisma.

"iya, belakangan ini dia ga ngebales atau pun proteskan? Tadi pagi aja juga kek gitu." Ujar ILham

"itu yang lo maksud aneh...? bukannya itu cuma karena dia udah mulai merasakan aura-gue ? ya, itu jawabannya!! bagus kan?! dia udah mulai menurutiku dan gak banyak tanya lagi! itu perubahan yang baik!" kata Bisma.

aura pantatku! sungguh, baru kali ini aku bertemu orang se-bolot laki2 ini!!
Gigiii!!! malang nian nasibmuuu!!!!!

" bukan2, bukan itu maksud gue.. hhh...." sepertinya Ilham sudah menyerah
ih! membuatku kesal! kenapa sih dia bolot sekali!?!

"bukan itu aja!! belakangan ini, Gigi sering bengong! walaupun dia berada disini, tapi rohnya seperti di tempat lain! dia juga suka ga menyimak dan gak nyambung setiap kali diajak ngomong!" teriakku tak sabar
"......? jadi.... roh-nya dimana?" tanya Bisma dengan mimik muka serius.
dia sungguh bertanya begitu padaku?! otaknya ada dimana sih?!
aaah!! Ilham!!! aku tak tahan lagi!!! huhuhu, Gigiiiii!!!!!

+pulang sekolah+

"lo ikut kan?" tanyaku kepada Gigi sambil memasukkan buku2ku ke dalam tas.

"eh, huh? ikut kemana?"

"hhh... dari tadi kan gue udah bilang. Bisma cs ngajak kita pergi hari ini.. mau ke cafe X2X, trus ke game center deh kayaknya.. gue juga kurang tahu." ini kali ke 3 aku membicarakan tempat tujuan kami ke Gigi,semoga saja kali ini dia menyimakku..

"eh? mau cafe dan game center? sepertinya aku tidak-"

"hei ingus!" teriak Bisma sambil membuka pintu kelas sekencang2nya dan berjalan ke arah kami..
tadi Gigi mau ngomong apa ya? sepertinya dia baru saja mau menolak, tapi sudah keburu dipotong oleh Bisma.

"eh...? i- iya ada apa?" tanya Gigi gugup kepada Bisma.
ini benar2 aneh.. kenapa Gigi tidak marah, padahal dia dipanggil 'ingus'. dan lagi, sepertinya Gigi menghindari kontak mata dengan Bisma. Gigi terus2an melihat ke samping atau pura2 sibuk membereskan buku. pasti dia sedang ada masalah sama Bisma, aku yakin itu!

"nanti kau harus ikut kami pergi!" teriak Bisma dengan gaya arogannya.

"eh, ehm.. tapi...." jawab Gigi ragu, masih tetap mengalihkan matanya dari Bisma.

"tidak ada tapi2an! itu sudah jelas, kau.harus.ikut!"

"eh, ya.. ba- baiklah...."mendengar Gigi menyetujui perintah Bisma, Bisma melirikku dan memberikan senyum puas seakan dia berkata, "bagaimana..? benar'kan dia nurut kepadaku sekarang..?".
dasar cowok super bego! masa sih dia gak sadar akan keanehan Gigi!!!! malah bangga lagi!!! iiih!!!

setelah itu, kami berjalan menuju halaman belakang sekolah dimana yang lainnya menunggu kami. disana ada Ilham, dan beberapa teman Bismama yang kukenali wajahnya. begitu melihat Ilham, rasanya aku hidup kembali. kekhawatiranku rasanya hilang begitu saja. pasti ini yang namanya kekuatan cinta!!! KYAAAA!!!

"ilham!!!" teriakku sambil berlari Ilham.

"Aay!!!" teriak Ilham sambil melambai kepadaku.

"jadi, kita mau kemana?" tanyaku semangat.

"kita mau nonton film!! asikk!!" jawab Ilham.

"lho? tidak jadi ke cafe?"

"uhm, tidak. tiba2 saja, mood Bisma berubah. dia ingin nonton film."

"huh?? kenapa kita harus menuruti kemauan Bisma??" bisikku, takut terdengaran Bisma yang sedang sibuk ngobrol di belakangku.

"tidak tahu ya... habis, Bisma tahu tempat yang asik2. lagipula dia yang bayar."

“eh, wah gue denger ada yg mau nonton nih.. gue ikut boleh ga nih?” ujar Reza yg tiba2 datang. Jika memang benar Gigi tak apa2, pasti dia akan marah dan memaki Reza dan pasti dia akan mengatakan “eh! Apa2an sih lo! Ikut nimbrung aja! ini acara gue sama temen2 sekolah gue dulu. Kalo Steffy mah udah jadi sahabat gue! Lhah elu? Lu siape?” yah.. aku yakin jika Gigi memang baik2 saja, pasti ia akan mengatakan nya

“eh, main ikut aja!” ujar Bisma

“yee.. biarain! Orang gue ngomong sama Gigi” balas Reza

"udah lah Bis.. biarin aja dia ikut” ujar Gigi. hah? Aku tak percaya dia akan mengatakan nya. Biasanya dia tak suka dengan orang seperti itu,dan akhirnya pasti akan dimakinya. Tapi sekarang? Sudah kuduga pasti ada yg disembunyikan

Akhirnya kami pun berangkat, dengan jalan kaki karena kebetulan tempat nya tak jauh dari sekolahku. Bisma berjalan diikuti dengan Gigi baru kami semua. Gigi memang berjalan mengikuti Bisma, tapi dia hanya memandangi tanah, dan sepertinya dia sedang berpikir keras. sedangkan Bisma? dia masih tetap menyunggingkan senyum kepuasan karena telah membuat Gigi menjadi penurut.. = =' aku sungguh ingin tahu apa isi otak Bisma, bisa2nya dia sebolot itu..
untung saja aku tidak punya pacar seperti dia!!

tiba2, langkah Gigi berhenti. dia menarik ujung baju Bisma dan berkata,

"Bis, maaf gue nggak bisa ikut..."
setelah itu dia berlari meninggalkan kami. kami semua hanya terbengong2 melihat tingkah Gigi dan hanya memandangi sosoknya yang berlari menjauh. tak lama setelah itu, Bisma berkata,

" hei kalian......."
pandangan kami semua beralih ke Bisma, "Gigi aneh........" komentar
Bisma heran.

????????!!!! baru sekarang dia sadar?!!!

Hei Bisma kemana saja kau!!!

"kita 'kan udah bilang kalau dia aneh!!!" teriakku dan ilham serentak.

"kenapa gue bisa baru sadar ya..?" Bisma bertanya2.
aku ingin sekali berteriak padanya, "KARENA LO OON!!" tapi tidak kulakukan lantaran takut. tapi ini benar2 aneh.. aku yakin sekali dia sedang ada masalah!

"gue mau ngejar Gigi."kataku.

"ngejar Gigi? gue juga ikut!" kata Bisma

“lo pikir kejar2an?” kata Reza

"nggak, jangan. biar gue sendiri aja!" kataku.
kalau mereka ber 2 ikut, pasti Gigi malah tambah kacau..

“seharusnya gue yg ngejar Gigi. gue kan pacarnya!!” pekik Bisma

"terkadang, masalah wanita, hanya wanitalah yang bisa menyelesaikannya. ini bukan saatnya kita, kaum pria, untuk ikut campur." kata Reza kepada Bisma. Aku pun berlari menuju rumah Gigi

``````````````+++~~~~~~~

aku menekan bel rumah Gigi. semoga saja dia berada di rumah, aku benar2 harus mencari tahu apa masalahnya sampai dia uring2an beberapa hari ini!

+ting tong~ ting tong~ ting tong ting tong ting tong!!!!!+

pencetku berkali2 karena tidak sabar.

"iya... siapa..?" kata Gigi lesu, sambil membuka pintu.

kenapa sih dia?! kalau Gigi yang biasa, dia pasti sudah teriak2 marah karena aku memencet bel seperti itu.

"Steffy..?kenapa kesini? bukkannya lo mau pergi?"

"nggak.. gue mau bicara sama lo.." jawabku.
aku langsung nyelonong masuk sebelum dia menawariku masuk, lalu aku duduk di sofa ruang tamu.

"nggak ada orang di rumah?" tanyaku.

"hem, nggak ada. pada pergi semua. lo mau minum apa?"

"apa saja. eh, kalau bisa orange juice."
setelah itu Gigi pergi dan kembali membawa 2 gelas orang juice dingin. dia duduk di sebelahku.

"hari ini panas banget ya?" basa-basi Gigi.

"...." aku diam saja sambil meneguk orange juice-ku.

"coba kalau hari ini hujan, pasti asyik deh-"

"lo kenapa sih?" potongku.

"heh? gue? nggak kenapa2 kok. emangnya gue kenapa?" tanya Gigi.

"belakangan ini lo aneh. lo kenapa sih? ada yang gak mau lo ceritain ya, ke gue?"

"ah, enggak kok. Perasaan lo aja kali.. oh iya, ngomong2 gue beli dvd yang lo bilang pengen banget nonton selama ini lho."

"......"

"harganya sih emang mahal, tapi rasanya setimpal karena gambarnya juga bagus."

“Gi...” panggilku

"gimana kalau kita nonton bareng? kebetulan gue juga belum nonton."

"Gigi..."

"dan juga, pasti asyik kalau kita nontonnya sambil makan popcorn-"

"Gigi!!!" potongku.
dia itu kenapa sih?! kenapa tiba2 mengganti topik pembicaraan?! kalau memang benar tidak terjadi apa2, kenapa dia aneh begini?! kenapa dia tidak mau menceritakannya padaku?! bukannya aku ini
sahabatnya?! bisa kurasakan, wajah dan mataku memanas saking marahnya. Air mulai mengalir deras di pipiku.

"lo itu kenapa sih?! kenapa selama ini lo diem aja?! kenapa lo gak
mau cerita?! padahal, gue kira selama ini lo sahabat gue!! tapi kenapa lo nggak cerita masalah lo sama gue?!!! atau jangan2, selama ini hanya gue yang nganggap lo sahabat gue...? huhuhu..
hiks"

"Steff..."

"lo jahat... hiks... "

"....." Gigi mulai menangis

"gue khawatir tahu......!!"

"......"

"hiks....."

Gigi memelukku,"maafin gue Steff! gue nggak bermaksud buat lo khawatir!"

tangisanku makin deras "huweeeeeee!!!!"

"akan gue cerita in semuanya ... maafin gue... maafin gue udah buat lo khawatir.."

hari itu, aku dan Gigi menangis lamaaaaa sekali sambil berpelukan. setelah itu, Gigi menceritakan semua kesulitannya kepadaku. nah, Gigi. mulai sekarang, persahabatan kita pasti lebih erat dari sebelumnya

Steffy P.O.V End

setelah menangis sekian lama dan mencurahkan kesulitanku kepada Steffy, rasanya semua bebanku seperti terangkat. memendam masalah sendiri itu memang tak baik. selain menyakiti diri sendiri, juga menyakiti orang2 yang berada di sekitar kita. aku bersyukur mempunyai sahabat seperti Steffy yang begitu memperhatikanku, dan aku takkan membiarkannya sedih lagi seperti kemarin. karena dia, teman yang berharga. selain itu, aku menjadi sadar bahwa sebenarnya ini semua adalah
kesalahanku karena mempermasalahkan masalah kecil. Jika memang Bisma tidak mencintaiku, pasti kemarin dia lebih memilih jalan bersama Christy atau bahkan mengajak Christy jalan bersamaku kemarin dan membiarkanku melihat semua kemesraan mereka. Tapi aku yakin, cinta Bisma hanya untukku.

“Gigi!!!” pekikan siapa lagi kalau bukan perempuan yg hobinya hanya memekikkan suara nya. Aku heran, selama ini apa pita suara nya masih normal dengan cara bicaranya yg seperti ini. Jarak hanya beberapa meter saja seperti bicara dengan jarak 5 kilo meter, okeh ini lebay..

“iya, Gigi didalem” jawabku. Lalu Mama masuk ke dalam rumahku, tanpa basa basi, dia melempar gaun ke sampingku. Gaun? Untuk apa Mama memberiku sebuah gaun?

“kain pel nya bagus amat, Mah!” ujarku tajam

“kain pel? Kain pel kamu bilang? Gaun yg harganya 8 kali lipat dari uang jajan kamu, kamu bilang kain pel? Kamu tuh ya, kebiasaan ga bisa ngehargain apa yg udah Mama usahain!” ujar Mama yg lagi lagi memekik

“bukan nya Mama yg ga pernah hargai keberadaan Gigi?” kataku

“udah deh, Gi.. mama lagi ga mau debat sama kamu! Pokoknya Mama ga mau tau, lusa, kamu pakai gaun ini” ujar Mama

“buat apa sih, Mah? Gigi ga suka pake kaya ginian!” ujarku kesal

“bukan nya ini yg kamu mau? Mama udah bilang ya, Gi. kalo kamu masih ikut pertunjukan kek begituan, terpaksa Mama akan jodohin kamu” ujar Mama

“ya ampun, Mah. Mama ga inget? Gigi udah punya pacar!! Mama bener mau jodohin Gigi? haha.. Gigi kira itu Cuma lelucon bodoh yg ga masuk di akal anak muda jaman sekarang” balasku

“jadi kamu kira Mama becanda? Nggak, jadi kalo di bilangin ga usah ngebantah!! Pokoknya lusa, kamu harus kosongin semua kegiatan kamu kecuali sekolah” ujar Mama bersikukuh

“serah Mama deh!!” kataku lalu membalikkan badanku memandang keluar jendela. Bisa kudengar Mama melangkah keluar kamarku. Aku duduk di bibir jendela. Masih menatap keluar.

Keesokan harinya di sekolah

Hari ini sepertinya aku libur membelikan kopi untuk Reza. Mungkin karena dia tau kejadian kemarin. Aku langsung masuk ke dalam kelas. Bisa kurasakan suasana meriah seperti biasanya.

“Hei, Gi!!” pekik Steffy

“gue harap, Gigi udah kembali seperti Gigi yg dulu” kata Steffy dalam hati

“hey, kampret!! Nape semalem ga bales sms gue??! Gue kan mau curhat!!” ujarku dengan wajah bodohku

“hah?” kata Steffy bingung

“yeey!! Gigi gue udah balik!!” pekiknya kegirangan

“hah? Emang Gigi lo ilang?”semprotku

“iiihhh.. resek lo!!” ujar Steffy

“hey, Gi! lo ga apa2?” tanya Reza yg tiba2 masuk ke kelas

“hah? Euh.. nggak, gue ga apa2 kok” jawabku gelagapan

“eh, besok pulang sekolah kita makan bareng” ajak Steffy

"besok? Kenapa ga nanti aja, besok gue ada acara sama nyokap” jawabku

“iya, gue juga mau ke rumah temen nyokap gue” sambung Reza

“yaahh.. nanti gue ada les. Ya udah deh.. kapan2 aja” kata Steffy
K
I
P
Pulang sekolah

Di depan gerbang, sudah ada Bisma yg menunggu ku di depan. Tak kusangka Bisma se so sweet ini.

“Hei ingus!! Jalan nya cepet dikit napa??!!” pekik Bisma. TWEW..TWEW..TWEW.. kutarik kembali perkataanku. Cih so sweet apa nya. Memanggilku saja dengan sebutan ‘ingus’ huft dasar dungu!!

“iya” jawabku singkat. Aku telah berada di sampingnya

“tumben kesini, ada apa?” tanyaku

“ayo!!” ujarnya menarik tangankku dan meninggalkan sekolah dengan bergandeng tangan

“kemana?” tanyaku

“ya pulang lah, lo kira mau kemana?” kata Bisma

“iishh..” ujarku. Aku menghentikan langkahnya.

“kenapa?” tanya Bisma

"karena aku harus membersihkan bibirmu yang sudah dikotori oleh Christy, rubah betina itu!" kataku. lalu aku mengumpulkan keberanian dan aku meraih wajah Bisma dengan kedua tanganku.
aku memejamkan mataku. lalu aku mengecupnya. ya. aku yang pengecut ini terlalu takut untuk mencium bibirnya. jadi aku mencium pipi Bisma.

"itu yang kau bilang membersihkan?"

bersambung... *gk lama juga kok, hehehe *search sendiri ya di blog ini.. :)