Minggu, 13 Juli 2014

~PUTERI SENJA~ Part 1

Haloo readers and CiGi, Welcome to Blog My Princess Brigitta Cynthia ;)

Selamat sorehhhh semuanyaahhh, heyyoo adm mau post cerbung lagi nih, awalnya nya si ini cerbung tapi dujadiin satu, ehh tapi karena kepanjangan adm bagi dua dehh hehehe...
Cerbung ini udh lama sii, tapi adm post ulangdi blog ini, gk ada kerjaan kan?? bingung mw ngapain?? yukk ahh baca ini aja hahahaha
Oke oke yukk ahh capcussssssss.....


Cast : Gigi ChiBi
Steffy ChiBi
Ryn ChiBi
Bisma Smash
Rangga Smash
Rafael Smash, dll

Genre : Horror & Romance

Senja datang.. seperti biasa aku duduk ditepi danau dekat hutan. Menikmati indahnya matahari kembali ke peraduan, menikmati pantulan sinar matahari senja di air danau, menikmati hembusan angin sore dan berbaring di atas rerumputan di bibir danau. Setiap sore, setiap senja, kegiatan inilah yg menjadi favoritku.
“kemana gadis itu?” aku bergumam. Biasanya dia sudah terlihat sebelum aku datang. Beberapa bulan yg lalu, saat aku pertama kali ke danau, ia duduk di akar pohon yg besar. Gadis dengan kulit putih pucat, mata gelap dan tajam, dan rambut coklat pendek seleher, tatapan nya dingin. Dan saat pandangan kita bertemu, dengan sigap dia berdiri dan berlari menjauh, masuk ke dalam hutan. Sangat cepat, aku bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa kaki nya sehingga dapat berlari secepat itu. Dan anehnya, setiap kali aku datang kesini, setiap kali ia melihatku disini, dia selalu menghindar, tiba2 saja menghilang. Tapi sekarang dia tak disini.
“apa dia sakit?”
“bosan datang ke sini?”
“atau.. takut denganku?”
Semua itu berkelebat di dalam benakku. Tapi kenapa dia harus takut? Kenapa dia harus menghindar? Kenapa dia harus pergi ketika melihatku? Kenapa harus takut? Entahlah.. lebih baik aku pulang sekarang. Mungkin besok aku akan kembali dan bertemu dengan nya.
“Bisma!! Ngapain lo disini? Udah sore! Nanti dicuik genderuwo lhoh..” seseorang memanggilku
“hahaha.. gue bukan anak kecil, nggak mempan lo ngomong kayak gitu, bodoh..!” aku menoleh dan mendapati temanku, Rangga telah berada di sampingku
“ayo cepat pulang! Disini serem tauk!” kata Rangga sambil bergidik ngeri
“bawel kayak nyokap gue lu!” desah Bisma
“lo takut! Hiiii.. nanti diculik mbak kunti lhoh..” ujarku menakut2i Rangga. Akhirnya aku menyerah karena ia sama sekali tidak takut, ia malah menjitak kepalaku dan menyuruhku pulang. Akupun menurut, aku berjalan di belakang Rangga. Tiba2 terasa suasana dingin menusuk, aku menoleh ke belakang dia.. gadis itu berada di balik pohon di ujung hutan. Mata tajamnya menangkap sesosok diriku, ia membuang muka dan kembali masuk ke hutan. Sebenarnya siapa dia? Kenapa ke hutan? Hampir petang begini?
“Bis!! Ayooo!!” pekik Rangga menarik lengan jaketku

“i-iiya iya” gumamku
S
K
I
P
“Biissmaa!!!! Sudah berapa kali Ibu bilang?! Jangan main PS sampai larut malam!! Kalau sudah begini, kamu menyiksa ibu! Harus susah payah teriak2 pagi2 begini! huuh!” pekik Ibu Bisma. Ia menggeliat malas.
“sudah..sudah! cepat mandi!” Bisma menurut dengan mata masih terpejam, ia berjalan ke kamar mandi. Ibunya bergumam tak jelas, meratapi anaknya yg semakin hari semakin tak karuan.
“Bu, Bisma berangkat dulu” ujar Bisma mencium tangan Ibu nya. Ibunya tersenyum manis dan mencium kening anak nya
“Rangga!” pekik Bisma setelah melihat Rangga di depan rumahnya. Mereka bersekolah di sebuah sekolah tingkat SMA, namun mengusung konsep sekolah Eropa, tanpa seragam. Sekolah itu terletak di seberang lembah(?) melewati jembatan besar, bergaya kuno dengan sungai mengalir deras di bawahnya. Hutan lebat di antaranya. Udaranya sangat sejuk, damai, dan menenangkan. Tak heran, Bisma sangat menyukai tempat ini. Satu tahun yg lalu, ia pindah ke tempat ini, dan baru beberapa bulan terakhir ia menemukan tempat yg menurutnya sangat menarik, yaitu danau di dekat hutan, juga gadis yg sangat menarik dan sampai saat ini ia tak tahu siapa dia.

“woy! Pagi2 udah perang aja sama waktu! Dasar..” ujar Rangga
Mata Bisma terpaku melihat seorang gadis dengan jaket tebal menutupi kepala dan rambutnya, celana panjang dan sepatu sneakers hitam dan tas dengan warna yg sama. Ia mengayuh sepeda dengan santai. Kulit putihnya hampir tak terlihat akibat jaket tebal yg menutupi seluruh tubuhnya. Suasana dingin kembali muncul, gadis itu meliriknya sekilas lalu kembali memfokuskan pandangan nya ke depan, Bisma tak dapat melepaskan matanya dari gadis tersebut. Gadis yg sama dengan gadis misterius di danau setiap senja. Kenapa ia baru terlihat sekarang? Kemana dia selama ini? Bisma masih menatap gadis itu sampai bayangan nya menghilang ditelan tebalnya kabut pagi.
“Bisma!! Lo kenapa sih?” ujar Rangga menepuk pundak Bisma
“tadi.......” ujarnya menggantung, Rangga menatapnya dengan kening berkerut
“cantik!” entah mengapa kata2 itu yg keluar dari mulutnya tanpa diprogram. Ia pun tak menyangka akan mengatakan hal itu.
“cantik? Cewek se dingin itu, lo bilang cantik?” ujar Rangga
“lo kenal sama dia?” tanya Bisma. Rangga menggeleng
“nggak sih, gue Cuma denger dari temen2, dia itu dingin, aneh, cuek, dan misterius! Tapi banyak juga yg suka sih sama dia. Katanya style nya keren, putih, manis, dan mata nya indah” jelas Rangga
“eh, lo dari tadi ngomongin dia? Tapi sama sekali belum nyebut namanya?” desah Bisma
“oh iya, namanya Gigi” jawabnya. “ah! udah, ayo berangkat! Jadi ngerumpi disini?” ujar Rangga
Bisma duduk di kantin, Rangga duduk dihadapannya. Lalu, seorang wanita berhambur ke arah mereka. Perempuan cantik, feminin, dan ceria. Rambut yg dicat kuning keemasan menambah kesan manis. Ia selalu berbicara layaknya puteri solo, sangat formal. Dan kadang2, Rangga menanggapinya dengan bahasa yg sama. Seperti berbicara dengan seorang pejabat.
“hai.. selamat siang..!” pekiknya sambil duduk di samping Rangga
“hai, Steffy! Ceria seperti biasa!” ujar Bisma juga dengan suara ringan nan ceria.
“wow! Sepatu baru, tunggu, tas, baju, dan... rambutmu! Ada apa denganmu?! Kau sangat cantik hari ini!” kagum Rangga
“haha.. ini semua dari Bibi ku yg baru saja pulang dari Texas! Bagaimana? Bagus tidak?........................” dan bla bla bla. Kata2 Steffy itu tak terdengar lagi oleh Bisma setelah ia melihat wanita itu LAGI. Gigi, ia melewatinya dengan langkah lebar. Angin berhembus meniup helaian rambutnya. Baru pertama kali ia melihat wajahnya sedekat ini, tanpa penutup kepala, tanpa pohon2 menghalanginya, tanpa dia yg menghindar. Mata gelapnya menatap mata Bisma, tapi ia segera mengalihkan nya kepada wanita berambut hitam lurus, kulitnya sama dengan nya putih pucat dan tubuh sedikit gempal. Laki2 yg bersamanya, rambut pirang, kulit yg sama, mata yg sama, dan mungkin mereka sama. Apa ini? Ia bertanya tanya dalam hati
“Bis!” panggil Rangga. Rangga mengikuti arah bola mata Bisma yg menatap ketiga orang di sudut kantin
“mereka saudara. Gigi, dan cewek yg itu, Ryn. dan yg cowok, Rafael” tukas Rangga
“dari mana lo tau semua itu?” ujar Bisma
“semua orang tau, Bisma. Mereka keluarga aneh, misterius! Tak seorangpun pernah melihat senyuman mereka!” sambung Steffy
“oh ya? Apa lagi yg kalian tau dari mereka?” tanya Bisma semakin penasaran
“mereka tak pernah terlihat selain di sekolahan. Selalu memakai pakaian tebal menutup badan mereka, dan mereka sama2 memiliki tatapan yg tajam” jelas Steffy. Rangga mengangguk setuju
“kenapa tiba2 kau bertanya tentang mereka? Kau sudah menjadi fans nya? Haha.. mereka hebat sekali, bisa mempengaruhimu dengan sekali tatapan!” kata Steffy
“apaan sih?! udah, habis ini olahraga. Ganti baju yuk!” kata Bisma pada akhirnya
***
Pada suatu senja di danau
“SEORANG PRIA BERHASIL MENARIK PERHATIANNYA”
“Gigi.. mau kemana?” tanya Ryn melihat adik nya keluar rumah dengan headset menempel ditelinganya. i-Pod putih tergenggam ditangan nya
“ke danau. Bosen dirumah terus! Mau ikut?” ujar Gigi. Ryn menggeleng kuat

“mau nyiapin makan malam nanti. Papa bakal dateng” kata Ryn lalu masuk ke dapur. Rafael duduk di depan tv dengan cemilan di atas meja kecil dihadapan nya. Gigi tersenyum kecil, lalu berjalan santai menuju danau di ujung hutan. Rumah mereka berada di tengah hutan, namun rumah mereka sama sekali tidak terlantar. Bahkan, bergaya modern minimalis yg sangat apik. Interior dan eksteriornya benar2 diluar dari kesan kuno. Cat hitam putih menambah kesan minimalis dan modern. Lapangan luas dan jalan setapak menuju ujung hutan tertata rapi. Taman bunga di seberang sungai yg dialiri air bening, harum bunga semerbak menemani perjalanan Gigi menuju danau. Ia menyusuri jalan setapak yg mengarah ke ujung hutan
Kini Gigi telah sampai di tepi hutan. Ia bersiap melompat menyeberangi sungai untuk ke danau. Mendarat mulus di perbatasan hutan yg dibatasi oleh sungai dengan air mengalir deras. Ia menepis debu yg ada di bahunya, lalu menali tali sepatunya yg lepas. Ia kembali memakai headset, berjalan menegakkan badan lalu berjalan ke danau.
Danau itu dikelilingi oleh pohon2 besar dan tua. Akar besarnya mencuak ke permukaan. Ia selalu duduk sana. Memejamkan mata, bersandar di pohon dan duduk di akar besar, menikmati udara segar yg benar2 segar, menikmati musik yg mengalun dari i-Pod nya. Sampai, ada seseorang yg mengusiknya. Ia mendapati seorang Pria sedang memperhatikan nya. Ia terlonjak, dan berdiri. Ia baru sadar laki2 itu memperhatikannya selagia ia mendengarkan musik sampil mengatupkan matanya. Ia segera berlari secepat mungkin, tak peduli pohon2 yg dilaluinya rusak karena mungkin ia berlari terlalu cepat.
“siapa dia? Kenapa bisa ada di sini?” gumam Gigi. tempat itu adalah tempat favoritnya. Dan jarang sekali ia bertemu dengan seseorang selain dari golongan nya di sini.
“dari mana dia tau tempat ini?” ujar Gigi yg kini telah sampai di teras rumahnya. Pria tampan dengan mata terang dan tatapan nya yg hangat, lembut dan bahagia. Ia sudah lama tak mendapat tatapan seperti itu selain dari Ayahnya. Ayahnya, Laki-laki dengan tubuh jangkung, kulit dan mata yg sama dengan dirinya itu memang selalu dapat menghangatkan suasana. Walaupun Ayahnya bergaris wajah keras dan dingin, tetap baginya ia adalah orang yang paling berharga dalam hidupnya, setelah ibunya yg sudah tiada.
“Gigi?! ngapain disitu? Cepet masuk!!” ujar Rafael mendapati Gigi berdiri mematung di teras rumah

“i-iya” jawabnya gugup
S
K
I
P
Makan malam tiba. Keluarga ini menikmati hidangan makan malam dengan santai. Walaupun suasana dingin menyelimuti malam itu, namun kehangatan yg mereka ciptakan tetap terasa.
“setelah Papa pikir2, sepertinya kita akan pindah dari sini..” ujar Ayah Gigi tiba2. Ketiga bersaudara ini tersedak bersamaan
“pindah? Kenapa, Pa?” tanya Gigi
“iya, bukan nya tempat ini cocok banget buat kita. Teduh, nggak banyak sinar matahari, dan nggak akan ada orang yg tahu tentang............... koloni kita” imbuh Rafael. Sekarang perhatian tertuju pada Ryn. Ayahnya memandangnya seakan minta pendapat.
“ya.. aku sih udah nyaman, Pa di sini. Ngomong2 kenapa sih kita harus pindah dari sini?” tanya Ryn yg akhirnya angkat bicara
“Annabelle ada di sini” ujarnya lemas
“haah???? Dari mana dia tau kita ada di sini?” tanya Gigi
“Gigi, dia tak sebodoh itu. Kamu pikir selama ini dia menghilang untuk apa? Mencari kita, dan jika dia tahu kita ada di sini, habislah kita” ujar Ayah mereka
“ya sudah, kalian lanjutin aja. Papa ada urusan yg harus diselesaikan. Jangan lupa matiin semua lampu sebelum tidur. Dan Gigi... jangan main2 sama mereka” ujar Ayah mereka dan akhirnya melesat keluar rumah.
“main2?mereka? Mereka siapa?” tanya Gigi kepada kedua kakak nya. Ryn dan Rafael bergidik



Pagi datang, namun rumah mereka masih gelap. Korden2 tebal tak satupun ada yg terbuka. Gigi dan kedua kakaknya bersiap untuk menjalani aktivitas mereka. Gigi mengenakan jaket tebal yg menutupi setengah tubuhnya, kepalanya tertutup oleh topi jaket, celana jeans dan sepatu sneakers. Ryn memakai gaun di atas lutut dan stocking membalut kakinya, juga jaket tebal menutupi lengannya. Begitu juga Rafael, jaket tebal mungkin sudah menjadi cirikhas penampilan mereka. Semua tubuh mereka tertutup kecuali wajah dan telapak tangan.

“gue berangkat duluan!” pekik Gigi lalu mengayuh sepeda gunungnya.
terus mengayuh. Kenapa? Mengapa perasaan nya jadi seperti ini? Setiap ia menatap matanya dalam2, mengapa tak ada petunjuk atau bisikan apapun? Padahal setiap ia melakukan hal yg sama dengan orang lain, ia bisa membaca pikiran lewat bisikan2 aneh di telinganya. Tapi dia? Gigi tak bisa menembus pikiran pria itu. Ia tak bisa menebak apa yg ada di otaknya. Dan satu lagi yg membuatnya heran. Setiap ia berada di sekitarnya, terdengar bunyi lonceng yg menenangkan.. Ia tak tau apa yg terjadi.
S
K
I
P
"Gigi.. Lo tadi lewat kompleks rumah sebelah?" Ryn datang dan menyambar makanan Gigi lalu duduk disampingnya. Gigi menatapnya sinis, lalu mengangguk lemah
"kan kita udh pernah bilang, jangan pernah ke situ, jangan pernah kenal sama org situ, jangan menarik perhatian org2, kepala sih! Mau dibilangin 400 kali juga ga bakal tuh masuk kuping lo!" ujar Rafael. Lagi2 Gigi mendesah. Lalu ia tercekat, ia mendengar dentingan lonceng yg menenangkan itu terdengar lagi. Ia menoleh, pria itu berada diantara kedua teman nya. Gigi tahu mereka sedang membicarakan dirinya dan kedua saudaranya ini. Lalu mereka beranjak pergi. Teman wanitanya menoleh dan menatap Gigi dalam, Gigi mendapat bisikan bahwa gadis tersebut masih bergumam tentang diri nya

***

“oh iya, cewek itu nggak satu kelas ya sama kita?” tanya Bisma
“nggak, denger kabar sih dia bakal pindah kelas. Tapi nggak tahu pindah ke kelas mana” jawab Rangga ringan

“lagian lo kenapa jadi kepo gitu kalo nyangkut tuh orang sih?” kata Rangga kesal. Bisma tak menjawab
Kenapa perasaan nya tak karuan begini? Kenapa ia berharap gadis itu akan pindah ke kelasnya? Kenapa ia berharap bisa lebih dekat dengan nya? Dan kenapa dia berharap bisa tahu semua tentang dirinya?
“baik anak2, ini Gigi mulai sekarang dia akan belajar di kelas ini” ujar Pak guru. Gigi diam, tak menyunggingkan seulas senyum sedikitpun, dia hanya memandang kami..... datar
“kenapa dia pindah di kelas ini Pak?” tanya salah seorang murid
“kalian tahu kan image kelas ini seperti apa? Bapak ibu guru banyak yang mengeluh jika mengajar di kelas kalian. Bapak percaya, Gigi akan membawa banyak perubahan” jawab Pak Guru. Lalu semua siswa mengangguk paham.
“Gigi, sekarang ganti baju kamu. Pelajaran olahraga akan segera dimulai” kata Pak Guru. Gadis itu menurut
“chop!! Sprint Rangga!!! Sprint!!! Lari!! Cepat!! Bukan jalan!! Lari!! Sprint!!!” pekik Pak Guru gemas, melihat Rangga yang sudah tak berdaya yang hanya bisa setengah berlari
“Pak, capek! Lari 100 meter kalo 5 kali capek juga Pak!” protes Rangga yg sudah berada di samping Pak Guru
“hhhh.. kalo kamu masih mengeluh seperti ini, nilai praktek olahragamu bapak pastikan dibawah 50!!” ancam Pak Guru
“et..et... nggak Pak! Saya tarik deh omongan saya!” kata Rangga
“baik, sekarang kamu Bisma. Lakukan yg sama!” ujar Pak Guru. Bisma mengambil ancang2, entah kenapa sekarang ini ia sangat berkonsentrasi. Ia mengangkat kakinya dan badan nya condong ke depan, ia mulai berlari. Bisma melesat!! Kurang dari 1 menit ia sudah kembali ke tempat semula. Semua orang tercengang. Steffy, Rangga, Pak Guru, bahkan Gigi. Bisma sendiri juga tak menyangka secepat itu ia berlari. Tadi, badan nya terasa ringan dan bagaikan terbang. Berlari kencang 500 meter hanya terasa berlari 5 meter saja. Entah mengapa semua jadi seperti ini. Pak Guru segera tersadar
“sudah, istirahat dulu! Jam olah raga 5 menit lagi akan habis. Lebih baik kalian segera ganti baju!” ujar Pak Guru masih dengan wajah pucat
“Bis... lo keren!!!” ujar Rangga menepuk pundak Bisma
“Awesome Bisma!!” Steffy menghampiri nya. Bisma melirik ke arah Gigi. Bisma tahu Gigi sedang memperhatikan nya. Bisma juga ingin diperhatikan, apa ini? Kenapa?

***

Astaga!! Apa dia... dia.. seperti Gigi? sejenisnya? Atau......? Gigi masih tak mengerti. Bisma berlari secepat dirinya, bahkan lebih cepat. Seperti Vampir, seperti golongan Gigi yg selalu berlari bagai hembusan angin. Tapi itu tidak mungkin. Kulit Bisma tak bersinar dan berkilauan ketika terkena sinar matahari, matanya tidak segelap vampir seperti Gigi, dia juga tak sedingin Gigi. Gigi terus berfikir, melamun sepanjang pelajaran. Entah mengapa ia tak bisa melupakan kejadian tadi. Kejadian yg membuat dirinya bingung..
“Gigi??” ujar perempuan dengan suara lembut disampingnya
“ya?” jawab Gigi dengan mata runcingnya. Nampak gadis tersebut agak ketakutan
“Christy..” ujarnya dengan senyum ramahnya. Gigi tersenyum masam dan mengalihkan pandangan kepada buku tebal di hadapan nya
“kelas ini emang payah! Anak2 nya susah di atur, nggak bisa diem!” ujarnya lebih kepada dirinya sendiri
“lo ketua kelas nya?” tanya Gigi. christy tersenyum, dalam hatinya ia bersyukur gadis dingin sepertinya bisa diajak bicara juga
“gue nggak bisu, jelas aja bisa diajak bicara” ujar Gigi. Christy tercekat, bagaimana Gigi bisa tahu apa yg ia pikirkan?

“udah, nggak usah dipikirin!” kata Gigi. sekali lagi, Christy menahan nafas
“lo paranormal? Bisa baca pikiran orang?” tanya Christy. Gigi tak menjawab

“hhhhhhh.....” Christy mendesah
“bukan, cuma gue kesel aja denger suara bising mereka, nggak nyaman. Emang sih, banyak yang mau digiring, tapi satu anak aja bikin rusuh semua pasti kebawa rusuh deh. jadi Cuma ada beberapa anak biang masalah disini. Harusnya mereka yg pindah kelas, bukan lo yg kesini..” kata Christy
“jadi lo nggak suka gue disini?” tanya Gigi tajam
“bukan, maksudnya. Harusnya mereka yg pindah kelas, jadi lo nggak usah susah2 berusaha adaptasi di kelas yang baru” jelas Christy

Gigi tersenyum kecut “i know.. nggak seharusnya gue disini”
Christy menatap Gigi aneh
“oh iya, jangan mikir macem2 di hadapan gue” kata Gigi ketus. christy memiringkan kepalanya, lebih baik ia diam daripada gadis yg ada di sampingnya ini mengobrak abrik seluruh isi otaknya

***

Hari sudah senja, seperti biasa, kini Bisma telah berada di danau. Tapi sekarang ia datang bukan untuk menikmati apa yg ingin ia rasakan pada hari sebelum ini. Sekarang perasaan nya panik, khawatir, tapi ia tak tahu. Panik akan apa? Khawatir akan apa? Rindu? Ingin bertemu seseorang? Ya, gadis itu, kenapa sudah tak terlihat lagi? Bisma berjalan mondar-mandir di antara pohon2 besar.
“sampai kapan kau biarkan rindu itu datang? Lalu sampai kapan juga kau akan mendiamkan rindu ini?” suara muncul diantara pohon2 besar tersebut
“siapa?” pekik Bisma sambil menyentuh sebuah pohon yg ada di sampingnya
“aku...” “huuuuaaaaaaaaaaa” Bisma terpekik. Pohon? Bisa berbicara?
“bukan aku yg bisa bicara. Tapi kau lah yg membuatku bisa berbicara denganmu...” pohon besar itu berceloteh
“t-ta-tapi gimana bisa? Gu-gue nggak punya ilmu apa2!” ujar Bisma terbata-bata
“membuatku seperti ini tak memerlukan ilmu apa2. Cukup menjadi dirimu konsentrasi dan........ tenang” ujar pohon tersebut
“tenang? Sekarang ini gue nggak tenang” ujar Bisma
“justru itu... tenang lah jika kau ingin membuat semua pohon di hutan ini bicara padamu! Jadi dirimu, konsentrasi dan... tenang” mulut pohon tersebut mengatup dan kembali seperti semula
“gu-gue mimpi????!!” Bisma menepuk pipinya
“nggak! Gue nggak mimpi!! Tapi.. itu..tadi...?” Bisma bergumam tak jelas. Ia memejamkan mata dan menghirup udara segar. Terdengar suara semak2, ah bukan! Dedaunan, daun yg tertiup angin. Lalu Bisma membuka mata
“hhmm.. jauh lebih baik!” ujar Bisma. Bisma berbalik badan dan seorang wanita berambut merah telah berada di hadapan nya

***


Gigi berjalan menuju danau, dan lagi2 ia melihat pria itu. Astaga! Siapa namanya? Ya, Bisma! Pohon itu? Ia membuatnya hidup. Gigi benar2 heran, manusia seperti apa Bisma itu? Ia tak pernah melihat nya seperti itu sebelumnya. Gigi segera sadar dan akan berbalik badan, tetapi tidak jika Annabelle tak datang dan berdiri di belakang Bisma. Hah? Annabelle? Disini? Bisma dalam bahaya! Ia harus menyelamatkan nya
Gigi berlari secepat mungkin ke arah Bisma. Ia tahu, tak seharusnya ia menunjukkan identitasnya di depan manusia. Tapi ini darurat, menyangkut Annabelle dan nyawa seseorang. Gigi mencengkeram bahu Annabelle dan menghempaskan nya ke tanah. Annabelle memekik pelan
“dasar anak bau kencur.. jangan ikut campur urusanku!” kata Annabelle memandang Gigi dengan ujung mata nya. Gadis seangkatan kakak nya ini telah lama menjadi musuh keluarga mereka. Gadis dengan rambut merah, kulit pucat dan mata merah ini entah mengapa selalu mengusik kehidupan mereka.
“ini temen gue! Kawanan gue disini banyak, jadi lebih baik lo pergi sekarang!” ujar Gigi. Dengan wajah sinisnya, ia pergi meninggalkan mereka berdua
“Gi, lo......” ujar Bisma menggantung
“jangan pikir gue jahat karena main hajar cewek yg nggak salah apa2!” kata Gigi keras

“bukan, tapi tadi lo.. kenapa, eh maksud gue gimana bisa lo lari secepet itu?” tanya Bisma
Mungkin ini saatnya Gigi menunjukkan identitas sebenarnya. Lagipula, Bisma juga sudah melihat semuanya.
“lo sering denger cerita tentang vampir?” tanya Gigi kepada Bisma yg duduk di atas akar besar. Bisma mengangguk
“sering denger cerita kalo vampir kena sinar matahari dia bakal kesakitan? Pernah denger tentang vampir yg bisa baca pikiran orang? Pernah denger vampir yg bisa lari secepat angin?..............” ujar Gigi
“ya, gue tau semua itu. Karena semua cerita itu Cuma ada di film” kata Bisma
“gue bisa buktiin kalo semua cerita itu bener” kata Gigi. lalu Gigi melepas jaket yg ia pakai. Lalu ia berjalan ke arah cahaya matahari yg menembus hutan diantara celah dedaunan. Wajahnya menengadah dan tangan nya direbahkan. Dan saat itu juga, kulitnya bersinar. Sangat terang seperti bohlam di tengah sebuah ruangan yg gelap. Kulitnya benar2 bersinar!

***

Bisma membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Tak percaya dengan apa yg ia lihat? Gigi.. mata Bisma masih terbelalak. Gigi mengenakan kembali jaketnya dan menengadahkan tangan nya
“gimana?” seakan Gigi akan bicara seperti itu, tapi Bisma tak dapat mendengarnya. Bisma juga tak bisa berujar. Ia lalu duduk kembali di atas akar
“kenapa?” tanya Bisma menatap sayu mata Gigi. Gigi menatapnya dengan alis berkerut
“kenapa lo nunjukin semua itu? Kenapa lo nunjukin hal yg bisa aja buat gue jauhin lo” kata Bisma
“gue tau, tapi lo bicara kayak gitu bukan karena takut jadi mangsa gue kan?” ujar Gigi tenang
“kenapa lo bisa mikir kayak gitu? Gue yakin lo nggak akan isep darah orang sembarangan. Gue juga tau lo baik dan....... punya hati!” kata Bisma
“Sorry gue harus pergi” ujar Gigi setelah mendengar sesuatu. Apa? Gigi melangkahkan kaki
“Gi..” panggil Bisma pelan
“hhmm?” jawabnya
“lo vampir tercantik yg pernah gue liat!” kata Bisma
“Isabella Swan? Dia cantik banget, Bis! Lo ngejek gue?” ujar Gigi lalu tersenyum. Gigi tersenyum! Seorang Gigi tersenyum!! Entah mengapa Bisma senang melihat senyuman itu, senyum termanis yg pernah ia tunjukkan
“hey! Bella Cuma peran! Bukan vampir beneran” ujar Bisma terkekeh pelan. Sekali lagi, Gigi tersenyum dan dalam hitungan detik, menghilang di balik pepohonan
Bisma kini tengah duduk di ruang tengah menatap layar tv. Namun, acara berita yg tengah menampilkan tayangan kebakaran rumah mengapa bisa membuatnya tersenyum? Bisma memang menatap layar tv, tapi ia sama sekali tidak memfokuskan nya kepada berita yg ditayangkan. Lalu apa yg sedang ia pikirkan? Gigi? ya, bayangan gadis manis itu masih terbayang di benaknya. Pertama kali bertemu dengan nya sedekat itu, pertama kali berbicara dengan nya, dan pertama kali melihatnya tersenyum dan mungkin ia orang yg pertama kali melihatnya tersenyum selain keluarganya. Ia sangat bahagia!

***

"Gigi..! gue sama lo ya? Udah nggak ada pasangan lagi nih” ujar Christy berhamburan ke arah Gigi, setelah mendengar tugas kelompok biologi nya.
“udah, lo sendirian aja” jawab Gigi dingin
“iiih.. nggak boleh Gigi, harus berdua ini mah!” kata Christy sambil menjejakkan kakinya
“tetep nggak! Udah, lo cari yg lain aja!” ujar Gigi cuek sambil membaca sebuah buku. Jawaban itu membuat Christy cemberut, bibir bawahnya sedikit maju dan mengerutkan keningnya.
“Gigi.. ayo dong! Yg lain udah punya temen, tinggal gue sama lo aja” kata Christy
“siapa bilang gue belum punya kelompok?” kata Gigi yg kini memandang Christy
“hah? jadi lo udah punya kelompok? Terus gue sama siapa dong? Bisa dihukum kalo nggak nemu kelompok! Aa.. Gigi, sama gue aja yah? Yah yah” rayu Christy
“belom” Christy memandang aneh Gigi “ okey kalo lo ngerjain semua bagian2 gue” kata Gigi pada akhirnya
“hah?” Christy heran
“kalo nggak mau ya udah” kata Gigi mengangkat bahunya lalu kembali membaca buku nya
“eh iya deh.. iya gue bakal kerjain semuanya” kata Christy. “kalo gini caranya, buat apa kerja kelompok?” kata Christy dalam hati
“kalo emang nggak mau ya nggak usah!!” kata Gigi agak keras. Yak, Christy hampir lupa, Gigi bisa membaca pikiran nya

“eng-enggak kok, gue mau” kata Christy gelagapan
S
K
I
P
“Gi, belajar kelompok nya di rumah lo ya, rumah gue lagi sibuk nih” kata Christy
“nggak, dirumah lo aja” jawab Gigi acuh tak acuh
“tapi, Gi...” Tatapan tajam dari mata runcing Gigi membuat Christy segera membungkam mulutnya, ia tak mau di telan hidup2 oleh Gigi. Bisma datang, ia mendengar percakapan panas mereka
“hai..hai.. ada apa nih?” ujarnya
“eh, ini gue eh, kita mau belajar kelompok tugas biologi itu” kata Christy kacau
“gue boleh ikut? Gue juga belom dapet kelompok” kata Bisma. Gigi menoleh cepat ke arahnya, lalu melempar pandangan ke Christy
“lo boong? Kemaren lo bilang Cuma lo yg belum dapet kelompok. Tau gitu, lo sama dia aja! ngapain ngajak gue?” ujar Gigi berdiri dan melangkah pergi. Bisma menatapnya heran, sementara Christy hanya bergidik
“udah, sabar aja.. gue tau Gigi orang baik. Cuma dia belum nunjukkin itu aja ke elo” kata Bisma menepuk bahu Christy. Christy hanya tersenyum simpul. Entah mengapa, Christy tau itu. Tau bahwa Gigi adalah orang yg baik, tau bahwa suatu saat Gigi akan menjadi sahabat baiknya, dan tahu bahwa ia akan menjadi tangan kanan Gigi. perasaan ingin tahu itu selalu muncul. Mengapa Gigi selalu bersikap seperti itu? Bagaimana bisa ia dapat membaca pikiran nya? Entah apa yg membuatnya bertanya2
“ke gue? Berarti dia pernah baik in lo dong..” ujar Christy menyelidik
“hah? ehm.. ya gitu deh” kata Bisma tersipu, masih teringat senyum manis Gigi
“ih resek lo, nggak mau kasih tau nih?” kata Christy mengacungkan jarinya. Bersiap untuk menggelitik Bisma dengan jari mungilnya
“eh, eh.. hahaha..geli, Christ! Udah ah..” tawa Bisma. Christy hanya tersenyum melihat temannya ini tertawa karenanya


***

Sarafnya menegang, ia belum sepenuhnnya meninggalkan kelas. Ia masih berdiri terpaku di pintu kelas. Melihat adegan yg membuatnya gelisah. Sebenarnya tak ada alasan untuk nya seperti ini, tak ada alasan ia untuk cemburu. Apa? Cemburu? Ada apa dengan nya? Gigi berdiri dengan mencengkeram kalung nya. Kalung dengan liontin bulan bulat penuh dengan permata hitam yg menghiasinya, sangat indah. Tapi apa yg membuatnya seperti ini? Ia berbalik badan dan membiarkan kaki nya melangkah, dengan lunglai, kepala tertunduk, dan bahu yg nampak tak bersemangat ia tetap berjalan. Entah kemana langkah kakinya akan terhenti, namun yg pasti sekarang ini ada kaki mungil seorang gadis menghentikan langkahnya. Ia mendongak dan mendapati Christy tengah tersenyum hangat di hadapannya.
“ngapain lo disini?” tanya Gigi membuang muka
“Gigi... ini sekolah, dan gue belum pulang” ujar Christy menengadahkan salah satu tangan nya. Gigi memandang berkeliling dan ia baru menyadari, sedari tadi ia hanya berkutat di sekolahan dan belum keluar dari gerbang besi itu.
“pulang bareng yuk.. ke rumah gue” kata Christy. Gigi menyernyit dan menaikkan sebelah alisnya
“ngapain ke rumah lo?” tanya Gigi
“Gigi lo nggak inget? Baru aja lo bilang belajar kelompok di rumah gue” Christy benar2 membulatkan matanya
“kan gue udah bilang. Lo sama B i s m a aja. lebih enak kan? Bisa becanda, bisa ketawa2 kaya lo tadi di kelas. Bahagia banget lo!” ujar Gigi lalu segera berlalu
“hah?” gumam Christy mengerutkan keningnya. Ia masih tidak mengerti apa maksud Gigi
“Gigi! jadi lo tadi liat........?” ujar Christy menggantung. Ia berlari mengejar Gigi danberjalan di belakangnya. Gigi tak menjawab, pandangannya lurus ke depan
“oh.. jadi lo cemburu ya.. haha, cie cie” Christy berusaa mencairkan suasana. Mungkin ini cara dan kesempatan terbaik untuk bisa dekat dengan Gigi
“Hah? eh! Nggak! Berdasarkan apa lo bilang kayak gitu?!” ujar Gigi gelagapan. Ia menghentikan langkahnya lalu menatap tajam mata Christy
“Gigi.. walaupun gue nggak bisa baca pikiran kaya lo, tapi seenggaknya gue tau ciri2 cewek yg cemburu, jatuh cinta, atau patah hati” kata Christy tersenyum simpul. Gigi mendesah keras dan melanjutkan langkahnya. Entah perkataan Christy tadi benar ada nya, atau hanya sekelebat rasa sementara.
“Gi, coba lo tebak, enak mana beras impor atau beras lokal?” tanya Christy. Gigi menatapnya
“iihh.. curang! Nggak boleh liat mata gue, ntar lo tau jawaban nya” kata Christy, lalu membuang wajahnya. Gigi terkekeh pelan
“karena rasa patriotisme gue tinggi. Jadi, beras lokal aja deh” jawab Gigi
“aaa!! Kena! Gigi doyan nya beras! Ih, Gigi jorok....” kata Christy. Sekarang, Christy tau bagaimana membuat Gigi nyaman bersamannya. Melemparkan lelucon kecil, disertai dengan ekspresi gila. Sepanjang jalan mereka terus berbincang. Gigi merasakan kehangatan dari pandangan Christy. Cara bicaranya mengingatkan nya kepada ibunya. Suaranya lembut, halus, dan menenangkan. Mungkinkah dia bisa dipercaya? Karena Gigi sudah muak menyimpan semua ini di depan orang teman2 dekat dengan nya
“Christ?” panggil Gigi
“hmm?” Christy menoleh cepat, alisnya yg indah terangkat
“gue harap, lo bisa nerima kenyataan ini. Gue harap, lo juga nggak akan ninggalin gue, nggak akan ngerubah sikap lo ke gue. Tetaplah seperti ini” kata Gigi. Christy hanya bengong mendengarnya
“lo ngomong apaan sih Gi..”
“gue.. gue ini seorang makhluk berdarah dingin, seorang vampir yg udah hidup lebih dari 1500 tahun” ujar Gigi menatap mata Christy lekat2

wahhhhh kira kira cipoo bakal ngasih tau kekici gk yah siapa dia sebenernya???
penasaran??
sama saya juga hahahaha
keep stay new post okkayyy ;)
jangan lupa followw >> @PrincessCigi see you babayyyy

Tidak ada komentar: