Minggu, 27 April 2014

*CRAZY* Part 5

Haloo readers and CiGi, Welcome to Blog My Princess Brigitta Cynthia ;)

Selamat malamm semuanyaahhh, heyyoo adm mau ngelanjutin lagi nih cerbung CRAZY yang tinggal 2 part lagi, emmm mau di share sekaligus apa enggak yah?? hmm 1 aja deh yah, episode terakhirnya ntar aja, ntar kalo de share sekaligus gkk seruu dong hahaha... Oke oke yukk ahh capcussssssss..... 


Cast :
- Gigi Chibi
- Bisma Smash
- Member Chibi & Smash
- Other
“ya udah.. sekarang.. nyokap lo suka apa?” tanya Bisma

“mm.. dia suka musik klasik sama barang2 antik gitu” jawabku

“a! Gue tau tempatnya” ujar Bisma mengacungkan jarinya. Aku tersenyum lebar

“eh, tapi diluar hujan. Lo kan belum sembuh dari flu lo itu!” sambung Bisma

“udah.. ga apa2! Ya udah yuk.. lagian kita kan pake mobil” kataku sambil menariknya keluar dari toko tersebut

Setelah keluar, kami menuju toko yg Bisma maksud. Hujan semakin deras, sangat deras. Sampai2 kaca depan mobil tak dapat memperlihatkan jalan yg ada di depan karena banyaknya air di kaca. Kami memutuskan untuk berteduh di depan ruko yg sepi. Sialnya, aku tak membawa jaket ataupun pakaian tebal.

“nih pake” kata Bisma mengulurkan jaketnya

“lo gimana?” kataku bimbang

“Gigi.. lo lupa? Gue ini cowok! Lagian liat, lo udah menggigil gitu.. udah pake aja” kata Bisma. Aku pun menurut

“kalo kaya gini, kapan terangnya? Masih jauh ga sih toko nya?” tanyaku

“mm.. nggak sih. tuh di sana” kata Bisma menunjukkan toko yg ada di kanan jalan sekitar 50 meter dari ruko. Aku masih dapat melihatnya walaupun sudah sedikit rabun karena hujan yg memang sangat deras.

Aku menarik nafas dan bergegas lari menuju toko itu, tak peduli hujan masih deras, hujan semakin deras, atau apapun itu. Entah mengapa aku ingin sekali mendapatkan benda yg Mama suka. Walau memang kadang2 ia membuatku naik darah, tapi dia tetap Ibuku. Ya, ibuku. Walaupun aku tak pernah menunjukkan sikap bahwa dia ibuku begitupun sebaliknya. Entah sampai kapan ini terjadi

“GIGI!!! LO MAU KEMANA???” pekik Bisma. Suara nya pecah diantara derasnya hujan

“gue mau ke toko itu!!! Mau sampe kapan kita matung di situ???!! Ayo!!!!” pekikku. Bisma berlari menyusulku

“lo...,,, kenapa sih lo selalu ga mikir dulu kalo bertindak?? Mau bikin gue jantungan??!! Kalo lo sakit gimana? Ini deres banget Gi.. udah di sana dulu aja..” bujuk Bisma

“nggak.. Bis! Udah ga ada waktu lagi! Lo apaan sih??! kalo emang ga mau nganter ya udah pulang aja sana!!” kataku

“bukan gitu! Ah.. lo.. hhh.. okey! Ini bukan masalah mau atau ga mau! Tapi kalo lo sakit, yg repot siapa? Gue khawatir sama lo Gi??” kata Bisma sedikit berteriak. Aku diam sejenak, lalu kembali berjalan menuju toko. Bisma mengikutiku dari belakang. Setelah memasuki toko, aku bersyukur pemilik toko itu cukup baik karena membiarkan kami masuk dengan keadaan basah kuyup serta membasahi lantai. Untung saja kita tidak diusir..

“musik klasik dan barang antik? Mm.. gimana kalo musicbox aja?” kata Bisma

“boleh tuh.. ide bagus” aku memandang berkeliling. Pandanganku tertuju pada sebuah kotak musik klasik dengan sedikit ukiran diluar berwarna cokelat.

“kayaknya itu bagus deh Bis” kataku menunjuk kotak musik tersebut. Aku mengambil dan membukanya. Setelah dibuka, terdapat boneka kecil bermain biola yg berputar seiring dengan irama lagu.

“iya, ini aja” kata Bisma

“saya ambil ini ya, Pak” kataku kepada pemilik toko

BISMA POV

Sore ini Gigi memintaku untuk menjemputnya. Aku tak tahu apa yg akan dilakukan gadis itu. Sepertinya ibu nya punya acara nanti malam. Setelah ia menelfon, aku segera ke rumahnya. Rindu ini sudah tak terbendung lagi. Ingin sekali aku melihat wajahnya, mendengar ocehannya dan makian nya. Aku telah berada di depan rumahnya, ku panggil namanya. Belum sempat aku mengetuk pintu, ia sudah membukakan nya untukku. Pintu itu terbuka, rindu ini menguap begitu saja ketika aku melihat wajahnya.. setelah berbasa-basi, aku segera mengantarnya. Dan lagi lagi gadis ini belum memberitahu kemana dia akan pergi. Aneh bukan? Sepanjang perjalanan, aku terus bertanya kemana kita akan pergi. Tapi gadis ini hanya melihat keluar jendela dan mengamati setiap bangunan yg kita lewati dengan wajah serius.

“jadi kita mau kemana?” entah keberapa kali aku menanyakan nya

“hhh.. kita mau cari kado” akhirnya gadis itu menyerah juga. Tapi.. apa katanya tadi? Kado? Sudah sekitar 4 kali aku melihat toko pernak pernik yg cocok untuk kado sahabat atau teman wanita nya. Dan setelah berdebat panjang lebar, kami telah sampai toko yg aku maksud. Aku yakin dia pasti senang dengan pilihanku kali ini. Tapi kenapa wajahnya kusut sekali?

“Bisma!! Kenapa lo ngajak gue kesini??!! Lo kira gue mau kasih kado emak2 umur 17 tahun? Gila ini isinya mana pink pink semua!!” apa yg dia bicarakan?

“lhah? Emang mau ngado siapa?” kataku tak mengerti

“nyokap gue odong!!” penyakit galaknya mulai kambuh lagi. Apa? Apa yg barusan ia katakan. Untuk ibunya? Kukira dia akan membelikan nya untuk teman atau sahabat wanita sebayanya. Ia terus bergumam tidak jelas dan memaki-maki ku. Hhh..

“haha.. ya udah! Trus lo mau cari kado yg kaya gimana?” tanyaku

“belom tau!” kata Gigi. astaga.. jadi untuk apa sedari tadi kita berkeliling jika tidak tau apa yg akan dibeli?

“aduh.. jadi dari tadi kita keliling kota lo ga tau mau ngasih kado nyokap lo apa? Gigi.. Gigi..” dia hanya tersenyum geli dan menggaruk kepalanya

“ya udah.. sekarang.. nyokap lo suka apa?” tanya ku

“mm.. dia suka musik klasik sama barang2 antik gitu”jawabnya. Mm.. sepertinya aku tahu tempat yg cocok.

Sore ini hujan sangat deras. Jadi terpaksa aku dan Gigi berteduh di ruko yg berjarak sekitar 50 meter dari toko. Gadis itu menggigil, bibirnya bergetar serta, wajahnya yg mulai memucat. Sepertinya dia kedinginan. Aku mengenakan nya jaket yg kurasa cukup untuk menghangatkan badan nya. Cukup lama kami di sana. Sampai Gigi berlari menuju toko. Ada apa dengan gadis itu? Dia masih flu, dan sekarang dia ingin sakitnya lebih parah?? Aku tak mengerti dengan jalan pikiran nya. Disatu waktu dia sangat tidak menginginkan ibunya, tapi kenapa dia sampai seperti ini, rela sakit dan hujan2an demi mencari kado untuk ibunya. Tapi aku senang, setidaknya dia masih menganggapnya ‘Mama’ dan walaupun hubungan nya dengan ibu nya sangat buruk tetapi dia masih memikirkan ibunya.
Aku menyusulnya dan mengomeli nya. Apa dia tak tau betapa khawatirnya aku? Setelah sampai ditoko, terdengar suara bel tanda seseorang telah membuka pintu toko. Ya, kami sudah berada di dalam. Aku berpikir keras, kira2 benda apa yg cocok jika ibunya menyukai 2 hal yg berbeda. Aa! Sepertinya kotak musik menarik. Aku mengemukakan ideku pada Gigi. dia sangat antusias dan memangdang berkeliling. Lalu ia menunjuk sebuah kotak muusik klasik berwarna cokelat dengan ukiran di permukaan. Tampak antik dan elegan. Setelah membayarnya kami memutuskan untuk pulang.

#‎Mobil

“liat nih ulah lo. Mobil gue jadi basah semua kan?! Lo sih dibilangin ngeyel!” ujarku menatap Bisma yg memangdang lurus ke jalan

“astaga.. jadi lo lebih milih mobil daripada pacar? Lagian tadi kalo kita masih di ruko itu, kita ga bakal pulang bawa kado!” kataku

“hhhh...” Bisma mendesah keras

“hhatchhiii...” aku bersin lagi. Bisma menoleh cepat ke arahku dan memandangku dengan kerutan di keningnya

“tuh kan.. lo masih flu, nanti malah tambah parah! Lain kali kalo dibilangin tuh di dengerin! Pasang tu kuping!” kata Bisma ketus

“iihh.. orang sakit malah diomelin!” dengusku kesal. Sekitar 15 menit barulah sampai di depan rumahku

“makasih buat hari ini udah mau temenin gue..” kataku. Bisma hanya tersenyum. Aku menatapnya lekat-lekat. Matanya yg bulat dan memancarkan ketulusan yg bisa membuatku tenggelam dalam pandangan nya. Bisma menatap lurus mataku, ia memiringkan kepalanya. Melihat seluruh sudut wajahku. Ooh Tuhan!! Tolong jangan menatapku seperti itu, dia sudah membuatku menggigil.

“lo pucet banget Gi” katanya membuyarkan lamunanku

Tunggu.. aku baru sadar. Aku memang menggigil sekarang, aku kedinginan tapi badanku terasa panas. Nafasku mulai berat dan mataku juga memanas...

“gue ga apa2 kok. Oh iya, Bis. Lo dateng ya ke acara ulang tahun nyokap” kataku

“hah? tapi...”

“tenang aja. gue jamin lo aman kalo lo masih deket2 sama gue” kataku

“mm.. ya udah deh. Acaranya jam berapa?” tanya Bisma

“jam 8” jawabku

“wah.. sekarang udah jam 18.15 nih.. siap2 dulu ah.. mau ketemu calon mertua. Haha..” ujar Bisma girang

“haha.. ya udah, gue masuk dulu ya..” kataku keluar dari mobil
Ah.. ada apa ini? Tadi itu gempa atau apa? Tubuhku terasa diguncang dan pandanganku menjadi berputar sesekali kepala ini terasa berat.. aku berpegangan pada pintu mobil Bisma untuk menjaga keseimbangan, perlahan kulepaskan peganganku. Mobil Bisma mulai melaju dan perlahan hilang dari pandanganku.

Aku bergegas masuk rumah dan bersiap2. Mama sudah ada dirumah, aku dibawa ke meja rias nya dan seorang penata rambut, hair do, dan desainer pribadi Mama telah berada di sana. Huftt.. ini lebih baik dari pada harus ke salon. Mereka memulai pekerjaan nya masing2. Seorang menyiapkan dress yg akan ku kenakan, dan yg lain mempermak habis penampilanku. Rambutku yg sudai mulai memanjang pun dipangkas menjadi lebih pendek dan rapih. Riasan yg menempel di wajahku saat ini, aku bersyukur tidak terlalu tebal, melihat artis2 itu seperti menghabiskan 2 kerdus bedak sekali pakai, dan tebalnya make up mereka sampai 5 cm! Oh no!! Aku bergidik ngeri membayangkan jika aku harus berdandan seperti itu. Sepertinya fashion stylish Mama ku sudah paham dengan apa yg kumau. Dan hasilnya... aku berdiri di depan cermin, its not bad.. gumamku

“oh iya Bisma! Aku harus menelfon nya sekarang” ujarku sambil mengambil ponselku yg ada di meja rias

“Hallo?” kataku serak

“gimana? Udah cantik belom? Tunggu kenapa suara lo?” kata Bisma diujung sana

“nggak papa tenggorokan gatel.. cantik ga cantik itu ga penting. Yg penting lo malem ini dateng” kataku duduk di tepi ranjang

“iya iya, ini udah di jalan” ujar Bisma

“iya udah, ati2 lo ntar nabrak haha” ujarku

“ih doa nya jelek banget sih” dengusnya

“Gigi!!” pekik Mama

“hehe.. udah dulu deh, ini nyokap udah treak2 nih. Daahh..” setelah aku menutup telepon, aku segera turun dan menemui Mama dan tamu tamunya. Sepertinya acara sudah dimulai

“Gigi, kamu udah ngajak Reza kan?” kata Mama

“nggak..” jawabku ringan

“Gigi... kenapa enggak? Tau gitu Mama bilang langsung aja sama dia” kata nya menyesal

“tunggu. Ada apa dengan suaramu?” kata Mama heran

“hhhh...lagian kenapa sih harus Reza?” kataku mengalihkan pembicaraan dan tak menghiraukan ucapan nya

“aduh.. Mama ga punya banyak waktu buat bahas itu. Tamu Mama udah banyak, kamu di sini dulu jangan kemana2. Mama mau sapa mereka” katanya berlalu begitu saja. Aku menatap punggungnya yg mulai menjauh. Semoga Cherly dan Papa juga datang

“hhhh..” aku mendesah keras

Ponselku bergetar. Ada Sms masuk. Oh ternyata Bisma

“Gi, gue udah ada di depan rumah lo” via Sms

“tunggu di situ, gue keluar” balsku

Setelah itu aku keluar dan memandang berkeliling. Terlihat pria berjas hitam. Pakaian nya rapi dengan kacamata yg melekat di wajahnya. Ya, itu Bisma. Aku melambaikan tanganku, ia melirikku dan tersenyum. Aku menghampirinya

“Hai Bis!” sapaku

“ini lo, Gi?” katanya dengan mata terbelalak. Dan memandangku dari ujung kaki ke ujung kepala

“ya iya lah.. siapa lagi? Kenapas sih? segitunya liatin gue?” kataku heran

“asli! Pacar gue malem ini cantik banget!” katanya mencubit Pipiku

“ ya udah.. masuk yuk!” ajakku

“Gi.. kado nya udah lo kasih?” tanya Bisma. Kado itu? Aku sedikit ragu, apa dia akan menerimanya dan mengucapkan suatu kalimat yg bisa membuatku tersenyum? Atau..

“belum” jawabku

“nanti aja deh.. kalo acaranya udah selesai” sambungku. Aku menarik lengan Bisma dan mendekapnya.

“Cieehh.. udah kaya putri pake acara di gandeng segala” kata Bisma

“biarin.. malam ini gue putri nya” jawabku
S
K
I
P
Sepertinya aku sudah merusak mood Mama. Dia kesal karena aku tidak mengajak Reza melainkan Bisma. Aku telah menggenggam tas kertas berisikan kado yg kubeli. Tapi kepalaku terasa sangat berat. Lengan Bisma masih ku dekap. Dia menyentuh pundak ku. kehangatannya menjalar ke seluruh tubuhku. Terasa nyaman, selalu nyaman bila di dekatnya. Aku menyandarkan kepalaku yg sedikit pusing di pundak Bisma. oh iya, Cherly datang tapi tidak dengan Papa. tapi dengan pacar barunya. ada apa dengan nya? dia mau menggagalkan rencanaku?

“ gue rasa ini momen yg tepat buat ngasih kado itu. Tamu2 nya sebagian udah pulang, dan nyokap lo juga lagi ga sibuk” kata Bisma tiba2. aku menatapnya dengan lengan berkerut.

“biar gue temenin” Aku mendongak melihat wajah tampan nya dan tersenyum kecil. Aku mengangguk.

“Mah..” panggilku

“ada apa lagi??!” katanya dengan nada ketus

“Mama kenapa sih? mama ga suka aku ngajak Bisma?” tanyaku.

Mama masih bungkam

“apa aku ga pantes milih orang yg aku sayang? Apa aku ga pantes di sayang dengan cara yg layak? Apa aku nggak berhak dapet semua itu??”ujarku memekik. Tamu2 yg masih ada di sana menatapku heran

“Gi..” kata Bisma menyentuh pundakku

“biarin Bis.. biar dia tau apa aja yg berhak di dapet seorang anak. Biar dia tau kalo selama ini gue udah kehilangan cinta dan kasih sayang nya. Bahkan gue udah ga inget kapan terakhir kalinya dia ngomong ‘sayang’ ke gue.. biar dia tahu Bis...” ujarku dengan isakan tangis. Mama menatap lurus mataku, matanya sudah tertutup air mata yg sebentar lagi akan mengalir keluar. Kepalaku terasa sangat pusing. Aku memandang Mama setelah itu menunduk. Badanku terasa lemas dan aku ambruk ke lantai

“Gigi!!?” pekik Bisma dan Mama. Aku masih bisa mendengarnya dengan jelas. Dan setelah itu.. semuanya menjadi gelap

***

“Tante lihat apa yg udah tante lakuin?”

“apa? Dia pingsan sendiri? Tau apa kamu!!” bentak Mama Gigi

“semua..semuanya.. saya tau semuanya tentang Gigi, tentang Gigi yg selalu tertekan, tentang Gigi yg selalu tante pojokin, tentang Gigi yg ga pernah dapet kasih sayang yg sepenuhnya dari keluarganya, dan tentang Gigi yg ga pernah bebas memilih takdirnya. tante pikir dia pingsan gara2 apa? Setelah semua yg tante lakuin sama Gigi, dia masih sempet, masih peduli, dan masih mau hujan2an demi cari kado buat tante! Tapi apa balasan tante?! Apa ga bisa tante kasih sedikit kebebasan buat Gigi?”

“ap..apa??” ujar Mama Gigi menutup mulutnya dengan sebelah tangan

“ini.. ini barang yg Gigi perjuangin buat dapetin itu. Dan itu semua, Cuma buat tante...”
Bisma lalu menggendong tubuh mungil Gigi, kejadian ini menyedot perhatian semua tamu termasuk Cherly. Cherly berlari kecil dengan kewalahan karena memakai higheels yg cukup tinggi.

“ada apa? Gigi... Gigi kenapa? Kenapa..?” kata Cherly cemas sampai kata2 nya jadi berantakan

“sebaiknya kita bawa aja ke rumah kamu. Disini suasana nya lagi ga stabil”

“hah? oke oke” jawab Cherly

***

Aku membuka mataku. Pandanganku masih agak sedikit kabur. Putih.. aku melihat langit2 kamar yg tak asing bagiku. Ini.. ini langit2 kamarku dulu, di rumah Papa..

“Bisma? Papa? Cherly?” gumamku memandang berkeliling dan mendapati semua ada di sini kecuali.... aku baru ingat kejadian itu. Aku mencoba bangkit

“Gigi.. kamu jangan banyak bergerak dulu” kata Papa cemas

“Gigi ga papa pah..” aku bersandar di sandaran ranjang

“Pah.. bisa tinggalin kita berdua?” kataku memandang Bisma yg tersenyum hangat. Papa dan Cherly mengangguk dan keluar dari kamar
Kini.. tinggal kami berdua

“Bis... gue mau ngomong sesuatu” kataku lemah

“hmm?” kata Bisma mengangkat kedua alisnya

“sebenernya.. aku.. aku dijodohin sama Reza” jelasku

“ap..apa?? tapi...” perubahan ekspresi Bisma membuatku cemas. Dia.. apa dia marah?

“gue tahu gue salah.. seharusnya gue jujur dari awal..” kataku. Bisma masih bungkam. Memandang lurus mataku. Dia membuka mulutnya, seperti akan mengatakan sesuatu. Tapi disaat itu juga ponselku berdering

“Hallo, Za?” ujarku. Bisma tercekat.

“sorry, Gi. lebih baik lo selesain perjodohan lo itu. Kalo lo mau, terima aja.. gue pergi” kata Bisma. Kenapa dia? Dia melangkah pergi

“Bisma!!” pekikku

“sorry, Za. Nanti aja telfon nya” setelah menutup telfon, aku segera mengejar Bisma tapi, untuk berdiri saja membutuhkan tenaga ekstra. Tapi, aku tak mau kehilangan Bisma.. aku berusaha keras untuk menjangkau tangan nya, tapi.. tak bisa.. justru aku malah tersungkur di lantai, kepalaku masih pusing. Badanku juga masih lemah.

“Bismaa!! Jangan pergi!!” air mata ku mengalir keluar.. isak ku mulai tak terbendung.. sampai aku harus membungkam mulutku dengan sebelah tangan supaya tak lepas kendali dan menjerit sekeras keras nya. Papa melihatku ambruk ke lantai dan segera mendekatiku.

“Gigi? kamu kenapa? Kenapa kamu di sini? Bisma mana?” tanya Papa

“Bis.. hiks.. Bisma...per..gi.. Pah...hikss..” isakku semakin tak terkendali. Aku tak tau apakan Papa bisa memahami kata2ku yg tak jelas

“Gigi...” panggil seorang wanita. Ia sudah berdiri di hadapanku. Aku mendongak ke atas melihat wajah perempuan itu

“Ma.. Mama? Ngapain Mama di sini? Udah puas? Udah puas buat Gigi kaya gini?” kini kata2ku mengalir lancar dari mulutku

“Maafin Mama, nak. Selama ini, mama terlalu egois. Mama tau kamu hal yg paling penting di dunia ini. Alasan Mama masih berhubungan dengan Papa adalah kamu.. anak2 Mama. Maafin Mama nak..” ujar Mama butiran bening jatuh dari matanya

“hikss... hiikks...” aku tak tahu lagi harus berkata apa? Aku juga tak bisa berkata apa2.. aku sudah di luar kendali.. aku tak bisa bicara dalam tangisku ini. Mama memelukku..

“Mama sudah membatalkan perjodohan itu. Sekarang Mama tau mana yg terbaik buat kamu. Yaitu pilihan kamu. Bahkan, yg buat Mama sadar adalah Bisma. Setelah kamu pingsan, Bisma bicara semua.. semuanya..” kata Mama

“terlambat.. semua sudah terlambat.. Bisma sudah pergi.. hikss.. pergi..” ujarku. Mama menunduk.. kenapa? Apa jika aku ingin mendapatkan cinta dari Mama harus ada cinta lain yg aku korbankan? Kenapa? Kenapa tak keduanya bisa kudapatkan?
S
K
I
P
“Gi.. kamu udah baikan, sayang?” tanya Papa yg baru saja masuk
Aku tak menjawab, sejak tengah malam aku hanya duduk di depan kaca jendela besar yg ada di kamarku. Kaca itu menghadap ke halaman depan. Ya, sejak kejadian itu aku tak bisa tidur, entah mengapa air mata ini tak mau berhenti.

“Gigi..” panggil Papa sekali lagi, ia berdiri di hadapanku. Aku memandang lurus ke halaman depan namun pandanganku kosong

“Kamu semalem ga tidur?” tanya Papa setelah melihat kacaunya wajahku

“mata kamu sembab.. bahkan cenderung bengkak. Udah dong, Gi.. jangan nangis terus” ujar Papa menyentuh kedua pundakku

“serahin semua sama Tuhan. Kita hanya perlu urus bagian kita, dan biar Tuhan yg ngurusin bagian-Nya” ujar Papa lalu mengecup keningku

“kalo udah sehat.. berangkat sekolah gih..” kata Papa
Mungkin Papa benar, aku harus berangkat sekolah untuk melupakan segala masalah ini. Dengan banyaknya kegiatan mungkin aku akan melupakan semuanya. Aku segera mandi dan bersiap-siap. Walau dengan setengah hati, aku berangkat sendiri karena Papa harus berangkat lebih awal. Hari ini aku sedang tidak ingin naik kendaraan umum ataupun naik sepeda. Aku memutuskan untuk berjalan kaki. Dengan langkah gontai aku menyusuri jalan menuju sekolah..

“Gigi!!!” pekik seseorang dari belakang. Aku menoleh dan mendapati Reza tengah berlari mendekatiku. Aku menghela nafas panjang

“Gi.. kemaren gue telfon ko nggak di angk.....”

“astaga Gigi?? lo kenapa? Lo sekarang mirip panda tau ga? Kantong mata lo gede banget!!” ujar Reza. Aku hanya membalasnya dengan senyum kecut

“oh iya. Semalem kok lo bisa pingsan sih? cewek kya lo bisa pingsan juga yak?” kata Reza. Aku tak menjawab karena aku sedang tak ingin membicarakannya. Aku meneruskan langkahku dan menghiraukan kata2 Reza tadi

“Gi.. lo kenapa sih?” pekiknya dari belakang

BISMA POV

“Bentar yah..” ujar Christy mengeluarkan ponselnya yg berdering dari saku seragam. Dia berjalan menjauhiku setelah dirasanya cukup bebas untuk berbicara dengan seseorang di telfon, ia menempelkan ponsel di telinganya. Walaupun aku tak bisa mnedengarnya dengan jelas, tapi suara

“iya.... nanti pulang sekolah udah harus beres...iya.... kaya yg kemaren gue bilang.... urusan itu belakangan” itu samar2 ku dengar

“kenapa Chris?” tanyaku

“anu.. tugas fisika.. dibawa temen gue”jelas Christy. Aku mengangguk pelan

“Bis..” panggilnya pelan

“hmm?” gumamku mengangkat kedua alis

“lo udah mutusin buat ninggalin Gigi?” tanya Christy dengan hati2. Demi apa jangan bicarakan hal itu. Mendengar namanya saja sudah membuat hatiku serasa di belah

“Chris.. Please jangan ngomongin itu dulu” pintaku

“tapi Bis, gue juga butuh kejelasan” desak Christy. Akupun menyerah dan menjawab pertanyaan nya

“kayaknya gue belum siap buat kehilangan dia” kataku lemah

“kenapa Bis? Dia.. dia udah berkhianat! Dia udah bohongin lo!”

“iya gue tau.. tapi.. berat buat gue ninggalin dia..” jelasku

“lo itu terlalu naif, Bi! Jelas2 dia udah nyakitin lo. Tapi lo masih aja mikirin dia” kata Christy

“gue, Chris..gue yg lebih sering nyakitin dia”

“kalo lo minta gue kesini Cuma buat ngomongin ini.. mending gue pergi sekarang” ujarku lalu pergi meninggalkannya

“sorry Chris..” gumamku

Setelah itu aku memutuskan untuk pulang ke apartemen. Menengangkan diri sejenak. Bel pintu berbunyi. Aku membuka pintu dan betapa terkejutnya aku.. siapa yg datang? Mama Gigi? kenapa.. bagaimana bisa dia disini?

“apa bisa tante masuk sebentar?” katanya datar. Aku mundur satu langkah dan mempersilahkan ia masuk

“dari mana tante dapet alamat apartemen saya?” tanyaku hati2

“dari hp Gigi. ternyata alamatnya belum dihapus.. jadi tante cari alamat itu dan akhirnya sampai di sini” katanya

“jadi.. ada apa tante ke sini?” tanyaku

“dia benar2 kacau beberapa hari ini. Kurang tidur, ga mau keluar dari kamar selain waktu sekolah, nafsu makan hilang, dan setiap hari hanya melamun”

Aku masih bungkam

“tolong maafin Gigi, Bis.. tante ga sanggup liat Gigi kayak gini. Sebelumnya tante ga pernah liat Gigi sampae kaya gitu”

“tante ga pernah liat Gigi kaya gitu karena memang tante ga pernah peduli sama Gigi! iya kan?!” potongku

“okey.. tante tau tante salah. Tante yg buat semua perjodohan ini. Tapi sebelum tante tau kamu bawa pengaruh besar sama Gigi, kamu juga yg udah buat tante sadar betapa berharganya Gigi di mata tante..” katanya. Aku memalingkan wajah

“lagi pula Gigi yg ngomong sendiri kan? Gigi udah jujur walaupun waktu nya ga tepat, tapi itu lebih baik daripada kamu mendengarnya dari mulut orang lain! Jadi tolong.. jangan siksa Gigi dengan cara ini..”

“ sebaiknya tante pulang sekarang.. tolong fikirin lagi kata2 tante! Permisi” kata Mama Gigi dan berlalu begitu saja. Aku.. aku ingin menghirup udara segar di luar. Mungkin pulang ke rumah
Aku benar2 bimbang.. aku juga bingung kenapa Gigi tidak bisa jujur dari awal. Sebegitu tidak pentingkah aku? Sebegitu tidak dibutuhkan kah aku? Kenapa?

Bisma Pov End

#‎Pulang Sekolah

“Gi, lo ga apa2? Mau gue anter?” tanya Reza

“nggak, nggak perlu. Gue.. gue bisa pulang sendiri” kataku

“jangan sok belaga kuat deh, Gi! gue udah tau apa yg terjadi! Sesekali lo juga perlu bantuan! Sesekali lo juga harus bilang ‘tolong’! ga semua bisa lo kerjain sendiri, ga semua bisa lo tanggung sendiri” ujar Reza dengan intonasi tinggi. Aku membatu, tak kuduga ia akan berkata seprti itu

“okey.. gue tau lo ga dalam keadaan baik hari ini, makanya gue takut terjadi apa2 sama lo! Please.. biarin gue pulang bareng sama lo” kata Reza yg sekarang terdengar lebih tenang

“peduli apa lo sama gue?? Ini hidup gue!! Gue yg nentuin! Mau minta tolong atau nggak, itu urusan gue!! Dan lo.. lo udah terlalu jauh masuk ke kehidupan gue!! Dan sifat lo yg suka ikut campur itu sama sekali ga bantu!!” kataku penuh emosi. Reza terpaku mendengar semua ucapanku. Apa ini terlalu kejam?

“sorry.. tapi kali ini, gue bener2 pengen sendiri..” kataku lemas. Reza meninggalkanku tanpa berkata apa2

Aku berjalan.. masih tetap berjalan.. langkahku membawaku ke taman.. taman tempat kita sering bertemu, menghabiskan waktu bersama.. dan tempat Bisma mengobati luka ku yg ia buat sendiri, tempat dia menjelaskan semua yg terjadi, tempat hujan mengguyurku dan akhirnya membawaku ke apartemen nya, dan semua kenangan itu terukir jelas di benakku.. aku tak tau harus berbuat apa? Aku tak tau apa yg harus kulakukan agar Bisma mau memaafkanku.. aku..rindu padanya..

“Heii!! Itu orangnya!!” teriak seorang laki2 kepada teman2nya yg berjarak 10 meter dariku. Ia berteriak begitu sambil menunjuk ke arahku, dan saat itu kutau bahwa yg ia maksud adalah aku.
Oh God!! Ada apa lagi ini!! Ia membawa 5 orang teman nya dan mulai berjalan mendekatiku. Mereka seumuran denganku. Mereka masih mengenakan seragam putih abu2 nya dan setelah ku tahu, logo seragam sekolahnya sama dengan seragam sekolahku. Itu artinya, mereka satu sekolah denganku. Lalu? Apa yg mereka inginkan?

“ngapain liat2?” tanyaku sinis

“mungkin ngeliatin lo aja belum cukup bales rasa sakit Christy karena cowoknya lo rebutt!!” kata salah satu diantara mereka

“goblokk!! Kenapa lo omongin!!” teman di sampingnya menoyor kepala nya

“tapi gue ga rela Princess Christy gue sakit ati..” katanya dramatis

“oh.. jadi kalian suruhan Christy?” tanyaku menyelidik

“bukan urusan lo.. yg lo perlu tau ini!!”

“BUAKKHH” sebuah pukulan mendarat di pipi kananku. Perih sekali

“Heh!! Pengecut!! Beraninya keroyokan!! Kalo berani, 1 lawan 1!! Dasar bau!!” entah kenapa kata2 itu melecut begitu saja dari mulutku

“okey..” salah satu di antar mereka maju. Heh.. sangat bisa di tebak dia akan menyerang dagu bagian kiriku. Entah refleks atau memang gerakanku sangat cepat, aku berhasil menangkisnya dan melayangkan pukulan balik yg cukup kuat di perut dan hidungnya. Cairan merah kental keluar dari hidungnya, dia tergeletak lemah di tanah

“hebat juga lo..” kata yg lain dan maju dia mengangkat tangan nya mencoba menamparku. Sebelum dia melakukannya kutarik nafas dan melemparkan kepalan tanganku ke wajahnya! Yeah! Pukulan itu tepat mengenai mata kanan nyasedetik sebelum dia berhasil menamparku. Ia menyernyit kesakitan. Teman2 nya shock dengan mulut menganga dan bisa kudengar salah satu dari mereka bergumam "oh my God..." sambil menutup mulutnya tak percaya. Mereka segera sadar.

“kalo kaya gini caranya.. kita ga bakal menang cuy!” kata salah seorang

“iya.. ah keroyok aja! masa kalah sama cewek..”

“HIIAAA!!!!” pekiknya. Aku memasang kuda2. Mereka ber empat lari menyerbuku

Aku berjongkok, dan karena gerakanku yg tiba2 2 orang tersandung tubuhku. Dan tulang keringnya membentur keningku dan membuatku terjungkal ke belakang dan itu sakitnya bukan main.
2 orang lagi menyerbu ke arahku. satu dari depan dan satu dari belakang. orang di depan menyerang ke arahku dan berusaha menendangku,aku menutup telingaku dengan kedua tanganku.

+BUAKKKHHH!!!!!!+

aku langsung menghentakkan kakiku sekuat tenaga ke 'mutiara hidupnya'. dia langsung memegang 'mutiara'nya sambil mengerang kesakitan. orang dari belakang mengunci gerakanku dengan memitingku dengan lengannya. sekuat2nya aku, tak mungkin aku lebih kuat dari cowok berbadan besar ini. Mereka segera bangkit dan langsung menyerbu ke arahku lalu memegang kakiku sampai aku tak bisa menggerakkan kakiku bahkan 1 inci-pun. mereka menekan kepalaku di tanah, dan pipiku sakitnya bukan main saat kerikil menekan masuk ke pipiku. aku sudah tak bisa bergerak dibuat mereka. aku kehabisan stamina karena melawan 5 orang ini
mereka sadar aku sudah melemah, dan mereka memaksaku untuk berdiri dengan satu orang masih memitingku dari belakang untuk berjaga2 supaya aku tidak kabur.

"a- apa mau kalian...?" tanyaku sambil berusaha mengatur nafasku.

“bentar.. apa mau kami? Kami mau seret lo ke hadapan Christy dan kasih lo pelajaran! Pukulin lo mati2an sampe dia puas!!”

“monyet lo!!”

“Berisik!!” ujarnya menamparku sekeras mungkin. Pipi ku terasa panas dan telingaku berdengung akibat tamparan mautnya. Bahkan, Mama ku tak pernah menampar sekencang ini.. dia.. berani beraninya...

“dasar!! Emang kalian anjing Christy sampe mau di suruh2 kaya gitu??”

“lebih baik lo diem ato mau gue tampar lagi!!” aku tau dia sungguh2. Aku merapatkan mulutku

Aku mendongak, aku melihat Bisma berjalan ke arahku. Dia tampak terkejut dengan apa yg ia liat. Dia mnatap 6 orang ini dan kembali menatapku dengan tatapan dingin.. bahkan dapat membekukan suasana saat ini. Setelah itu ia membalikkan badan nya seakan tak peduli? Hah? apa2an ini? Bahkan kita belum putus hubungan, tapi dia sudah tega membiarkan pacarnya di siksa oleh segerombolan 6 gorila ini.. sebegitu benci nya kah dia terhadapku sampai2 tega membiarkan aku mati di tangan mereka? hatiku sakit sekali melihatnya mengacuhkanku di saat dimana hanya dia yang bisa menyelamatkanku.. ini rasa sakit yang paling menyakitkan dari segala rasa sakit... rasa dikhianati....... dikhianati oleh orang yang paling kita cintai.....”nggak, Gi.. lo ga boleh nyerah, ini kesmpatan lo buat dapetin Bisma lagi. Emang seharusnya Bisma bersikap kaya gitu karena emang lo yg khianatin dia duluan”

“BISMAAAA!!!!” teriakku berharap dia mengalihkan perhatian nya padaku. Tetapi Bisma tetap meninggalkanku yg disekap oleh 6 curut ini

Sakit sekali melihat sikap Bisma yg tak mempedulikanku. Padahal dari sisi manapun semua orang tau bahwa posisi ku sekarang ini antara hidup dan mati(?)

“hei!! Diem!!” kata salah seorang dari 6 siluman ini

“BISMAA!! HEY!!” pekikku. Mataku memanas dan bisa kurasakan air mata mengalir deras di pipi ku. Salah satu di antara mereka membekapku. Dengan sekuat tenaga kubuka rahangku dan menggigit tangannya. Ia menjerit kesakitan dan melepas tangan nya

“DASAR PSIKOPAT BODOH!! GUE CINTA SAMA LO!! KALO EMANG LO MAU GUE MATI, GA GINI CARANYA!! OTAK LO PASTI UDAH SEGEDE KACANG POLONG SAMPE ADA CEWEK SEKARAT YANG DIKEROYOK 6 CURUT INI, DAN LO GA LIAT? GA LIAT APA PURA2 GA LIAT???!! DASAR KEPALA KOSONG!!!” pekikku sekuat tenaga. Bisma tersentak ia berhenti, lalu berbalik badan dan berjalan cepat ke arahku

“mau ngapain lo? Ga usah sok pahlawan deh!!” ujar salah seorang

“gue Cuma ga suka aja ada cewek dikeroyok sama banci banci kaya lo lo pada” ujar Bisma melayangkan pukulan ke salah satu diantara mereka

“sialan!” dengusnya

Dengan sekejab Bisma bisa menghabisi mereka. Wow! Dia keren sekali.. Bisma membantuku bangkit. Sial! Seragamku sudah tak layak pakai lagi, noda dan debu semua menempel di wajah maupun seragamku. Kakiku sedikit pincang karena sedikit tendangan dari mereka. Wajahku mungkin sekarang sudah tak karuan bentuknya. Pipiku yang tadi menempel di tanah dan mencium kerikil2 yang ada di tanah masih terasa perih sampai sekarang. Darah di ujung bibirku terasa asin saat aku membasahi bibirku dengan air liur. Bisma menempelkan telapak tangan nya di pipiku, dengan hati2 ia membersihkan debu dan tanah yg ada di wajahku, setelah bersih...

“plakk!!” ia menepuk pipiku terkesan menampar, tapi tidak dengan tenaga, pelan..

“kenapa lo biarin mereka ngeroyok lo? Mana jurus menghindar dan seribu langkah lo?? Dodol!” ujarnya

“hah?” guamku tak percaya. Kenapa dia bicara seperti itu disaat seperti ini? Tapi aku senang, dia sudah kembali

“karena gue ga ngerasa harus menghindar dari mereka, karena gue ga ngerasa harus kabur dari mereka. Masalah ini harus diselesakan, dan menghindar bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini!” kataku mantap

“hhhhh.. lo.. dasar keras kepala! Cepet naik” kata Bisma mengusap rambutku dan akhirnya jongkok

“mau ngapain?”

“lo ga mungkin bisa pulang jalan kaki kan? Biar gue gendong!” katanya. Setelah ragu sejenak, aku pun naik ke punggungnya dan melingkarkan tanganku di lehernya

“pantes enteng, pasti selama gue tinggal lo ga mau makan” ujar Bisma

“kata siapa?” ujarku mengelak

“nyokap lo” katanya ringan

“maksud lo?” tanyaku. Apa dia sudah bertemu dengan Mama

“nggak, tapi bener kan?”

“hhh.. makan ga makan itu urusan gue! Itu kan juga keuntungan lo kalo ada apa2, lo bisa gendong gue dengan gampang tanpa harus keberatan” kataku
S
K
I
P
Pagi harinya..

“Gigi..” suara lembut itu membangunkanku. Semalam aku pulang tanpa ada yg tahu. Papa masih di kantor, dan Cherly sudah tidur. Ya, aku masih di rumah Papa. Mama tidak di sini, dia dirumah menemani Oma. Mungkin seminggu sekali dia akan ke sini dan aku.. akan menetap di sini.. Lagi

“eeuunghhh...” erangku

“udah pagi, Nak. Ayo bangun” katanya masih dengan intonasi yg sama. Aku menegakkan tubuh dan duduk bersila memeluk guling

“lhoh.. muka kamu kenapa? Kamu berantem lagi? Papa pikir kamu udah tobat. Gigi.. papa tau ini berat, tapi jangan melampiaskan semua dengan berantem dong sayang..” ujar Papa. Hh..

“Papa.. aku nggak papa. Ini Cuma masalah kecil, ga usah di besar2in, lagian ini semua ga seperti yg Papa pikir.ini semua ga ada hubungan nya sama masalah ini. Aku sama Bisma udah baik2 aja kok” jelasku

“hhh.. ya udah deh, mandi dulu gih. Cherly udah masak nasi goreng tuh di bawah” kata Papa. Aku membalasnya dengan senyuman. Lalu ia menghilang di balik pintu kamarku. Aku bergegas mandi. Setelah itu aku turun dan sarapan bersama

“dasar badung!! Kerjaan berantem mulu! Ga sadar apa tuh muka udah kaya kaleng penyok!” ujar Cherly. Astaga! Apa mulutnya itu tak bisa diam?

“ih.. berisik lo! Nasi goreng apaan nih? Asin banget! Lo mau buat gue hipertensi??” kataku

“mentang2 udah baikan gitu ya.. lupain kakak nya” ujar Cherly. Oke aku menyerah, aku menutup mulutku rapat2

“sudah.. cepet makan. Keburu siang. Gi, kamu mau Papa anter?” tanya Papa

“nggak,Pah. Gigi di jemput Bisma”

“oh.. ya udah, Papa berangkat dulu” kata Papa mencecup keningku dan Cherly lalu berlalu pergi

“kayaknya ada yg lagi bahagia nih..” ujar Cherly

"apaan sih.. kenapa? Ga suka liat gue seneng?”

“haha.. becanda kali. gue rasa idup lo udah ga ada beban lagi deh.. Mama udah berubah, Bisma di tangan lo, Papa dan gue tentunya sayang sama lo, belum lagi temen2 lo yg pastinya selalu dukung lo. Jadi iri gue” kata Cherly

“nggak gitu juga kali, Cher. Kita kan belum tau apa yg bakal terjadi nanti. Kita ga bakal pernah tau. Cuma waktu yg akan ngejawab semua. Kalo semua itu berhak jadi milik gue, ya pasti mereka ga akan pergi, tapi kalo emang nggak, ya kita harus terima” jawabku

“gila lo udah kaya psikolog” ujar Cherly

“oh iya, nanti malem Mama dateng ke rumah buat makan malam bareng” lanjutnya lalu menyuapkan sesendok nasi goreng buatan nya. Aku mengangguk pelan. Tak lama, suara deru motor terdengar dari luar, klakson nya berbunyi. Lalu muncul sesosok bayangan tampan yg berdiri di depan pintu depan

“gue berangkat dulu ya..” kataku lalu berlari menuju pintu depan. Cherly tersenyum

###

“besok malem ada acara?” tanya Bisma. Walau suara nya tak jelas karena suara mesin yg bising

“mm.. nggak, emang kenapa?” tanyaku mendekap punggungnya
“candle light dinner yuk” kata Bisma setengah bertriak, takut jika aku tak mendengarnya

“Apa?” pekikku walaupun aku mendengarnya dengan jelas, tapi seorang Bisma tak mungkin mengajakku makan malam dengan lilin2 dan bunga mawar di atas meja. Mustahil..

Bisma tak menyaut, aku tahu dia adalah orang yg tidak suka mengulang perkataan nya. Jadi, kutunggu dia sampai bertanya lagi, baru aku akan memastikan nya

“nanti siang gue jemput. Lo ga ada tambahan pelajaran kan?” tanya Bisma setelah sampai di gerbang sekolahku. Aku mengangguk pelan.

“Anak manis.. haha..” ujar Bisma terkekeh pelan dan mengacak rambutku

“dasar..” gumamku. Motornya melesat pergi, aku memandanginya sampai bayangan nya tak terlihat lagi. Aku berbalik dan mendapati Reza sudah ada di hadapanku. Aku terpekik pelan

“Reza?! Ngagetin aja!” desahku sambil menepuk lengan nya

“udah baikan sama Bisma?” tanya Reza, kali ini raut wajahnya serius

“he eh..” jawabku

“gue.. gue boleh ngomong sesuatu nggak?” kata Reza menatap dalam mataku. Aku melirik jam tangan yg melingkar di pergelangan tanganku. Sudah jam 7

“ngomong apa?” tanyaku

“TTTETTTTETTTTETTTT” bel berdering, aku menarik tangan Reza untuk segera masuk ke dalam kelas. Membiarkan Reza mengubur dalam2 kata yg akan disamaikan nya.

“hhh..” Reza mendesah

#‎Kantin

“Steff, akhir2 ini lo ngerasa ga Reza berubah?” tanyaku kepada Steffy yang akan melahap bakso nya

“berubah gimana maksud lo?” kata Steffy

“ya berubah.. dulu dia sering ngomel2, ngejekin gue, judes sama gue, tapi sekarang dia lebih pendiam, baik, dan... aneh, Steff, semua itu aneh” kataku mencoba menjelaskan

“bukan nya bagus ya, Gi kalo Reza baik sama lo?” kata Steffy mengunyah pelan
“lo ga takut gitu dengan perubahan drastis nya..”

“apa yg musti ditakutin sih, Gi. toh, dia mau baik, jahat, ngomel2, itu urusan dia. Ya mungkin karena udah akrab kali sama lo, jadi dia ga judes2 amat, tapi pada dasarnya dia itu emang baik kok” jawab Steffy

“oh iya, perjodohan itu batal, Steff” kataku

“hah? kok bisa?”

“ntar deh gue ceritain”

“tuh.. orang nya dateng” kata Steffy melirik melewati bahuku. Aku menengok kebelakang. Reza melambaikan tangan nya sambil tersenyum. Steffy mengangkat kedua alisnya, aku hanya membalas dengan mengangkat bahu.

“hai, Gi. hai, Steff” sapanya hangat

“boleh minta waktunya sebentar, Gi” ujar Reza lalu mengalihkan pandangan nya pada Steffy. Steffy gelagapan lalu berkata

“gue ke toilet dulu ya..” yayaya.. aku tau dia tidak akan ke toilet, melainkan mencari alasan supaya kami bisa berduaan SAJA.

“Gi..” panggilnya

“hmm?” kataku mengangkat kedua alis

“gue.. gue ga mau basa basi. Yg jelas gue tau reaksi apa yg bakal terjadi sama lo saat gue bilang ini. Mungkin, marah, benci, atau...”

“aduh.. kata nya ga mau basa basi. Ini namanya apa kalo bukan basa basi” kataku gemas

“mm.. gu-gue.. sayang sama lo. Lebih sayang dari pada rasa sayang seorang teman, lebih dari sayang seorang sahabat, gue CINTA sama lo”

“Ap-apa????” kataku memekik. Dia sudah gila? Apa dia sadar telah mengatakan itu? Apa aku yg salah dengar?

“tapi gue sadar, Gi.. lo pasti lebih milih Bisma. Gue ga menuntut balesan cinta kok. Tapi gue udah lega bilang ini ke elo” kata Reza.

Mataku memanas.. reza.. reza yg selama ini jutek, judes, dan jail berubah jadi baik, jadi semua ini gara2 dia suka dengan ku? Badanku lemas. Yg tadinya aku lapar, sekarang menatap semakuk bakso yg ada di hadapanku selera makanku hilang. Mungkin sudah kenyang dengan mendengar pengakuan Reza tadi. Tapi ini sama sekali bukan pengakuan yg menyenangkan. Pengakuan yg menyakitkan. Menyakitkan saat kutahu aku tak bisa mencintainya, menyakitkan saat ku tahu aku tak bisa membalasnya, dan menyakitkan saat kutahu dialah orang yg selalu ada untukku. Tapi apa balasan ku untuknya? Tapi perasaan ini tak bisa di paksa kan.. aku.. tak bisa mencintainya

“lo ga perlu jawab, karna gue udah tau jawaban nya. Tenang aja, gue ga bakal usik hubungan lo sama Bisma. Lo bahagia, gue bahagia. Itu aja udah cukup”

Deg.. dan menyakitkan saat kutahu dia bahagia melihatku bahagia walau ku tahu itu pahit baginya. Reza tersenyum kecut lalu pergi meninggalkanku. Pikiranku hampa, masih teringat ucapan nya.

“Heiii!!!” pekik Steffy. Aku bahkan tak mendengarnya berteriak

“Gi..! lo ga apa2 kan? Reza tadi ngomong apa?” tanya Steffy

“Reza nembak gue, Steff"

____bersambung____

Wah wah REZA nembak Gigi?? Kira kira ceceh ku ini nerima gk yah?? kalo dia nerima teruss gimana dengan mamang Bisma?? hehehe Penasaran kan???



Oiahhh jangan lupa Kasi saran yah.

Kalau gk bisa diblog ini, kasi saran lewat twitter aja yah,
Caranya sukup mention SARAN kamu ke @PrincessCigi *
Okeee  see you babayyyyy….

Sekian dan terima kasih


Tidak ada komentar: