Kamis, 08 Mei 2014

SAMPAI MENUTUP MATA

Okee nextt CERPEN keDua, kali ini CerPen nya sedihhh u,u
Penasarann?? yukk ahh Capcussssss

Cast :
-Brigitta Cynthia
-Rafael Landry Tanubrata
-Mama Gigi

Genre : SAD

***

Semilir angin terus berhembus, hawa dingin kian menusuk tulang. Ombak terus bergulungan ke tepi pantai. Pasir putih, kerang dan suara deru ombak memberikan rasa nyaman. Sementara sinar surya perlahan mulai tenggelam, kedua insan yang asyik bersendau gurau merasa ingin tetap disini, hanyut akan suasana.
“Raf.. aku pusing..” keluh Gigi kepada Rafa, sahabatnya. Sembari memegang bagian kepalanya.
“kenapa? Kamu belum makan?”
Gigi hanya menganggukan kepalanya
“yaudah, makan dulu yuk”
Dan lagi, Gigi hanya bisa menganggukkan kepalanya.
“mau makan apa?” tawar Rafa
“terserah deh” jawab Gigi tertunduk
“masih pusing?”
“iya” jawab Gigi pelan
“kenapa gak bilang daritadi sih Gi, kamu kan jadi sakit gini” ujar Rafa khawatir
“udah ah, makan aja yuk, keburu laper banget” jawab Gigi mengalihkan pembicaraan
“hemm.. Gigi.. gigi” Rafa menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Raf.. kok perut aku sakit ya”
“ye.. kamu pasti kebanyakan makan” ledek Rafa
“ih, enggak kok.. tuh Cuma sedikit” Gigi membela diri
“haha, bercanda GIgi” Rafa mencubit hidung Gigi
“aw..”
“duh, lebay deh.. baru juga dicubit kaya gitu..”
Gigi memanyunkan bibirnya
“gak usah manyun-manyun, nanti kamu makin jelek”
“Rafaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……” teriak Gigi
Sekejap seisi Restaurant memandang kearah Gigi dan Rafa
“sssttt.. jangan teriak-teriak” telunjuk Rafa menenpel di bibir Gigi
“iya-iya” jawab Gigi sedikit kesal

***
Seberkas cahaya masuk melalui ventilasi udara, menyilaukan mata. Dering jam weker terus berbunyi tak berhenti.
“Pagi ma.. “ sapa GIgi saat sarapan
“pagi juga sayang..”
“ma.. kenapa ya, Gigi sering ngerasa pusing”
“mungkin kamu telat makan Gi..” jawab mama Gigi sembari mengoleskan selai pada roti
“mungkin..” ujar Gigi membolak-balikkan sendok dan garpu makannya
“yaudah, nanti kita ke dokter ya..”
Gigi menganggukkan kepala dan menyantap sarapannya

***
“jadi, anak saya sakit apa dok?” Tanya mama Gigi usai pemeriksaan
“tidak parah, hanya sering telat makan. Jadi diagnose menunjukkan bahwa anak anda sakit magh bu, jangan telat makan lagi ya, ini resepnya” ujar dokter member resep obat yang simaksud
“terimakasih dok”
“sama-sama bu”
“tuh kan Gi, kamu telat makan”
“iya-iya” jawab Gigi malas
“ini obat, kamu minum setelah makan, jangan sampe telat makan. Hindari makanan yang pedas-pedas, “ nasihat mama Gigi
Gigi hanya menganggukkan kepalanya.

***
“hey GI, temenin gue yuk ke supermarket?” ujar Rafa di ambang pintu rumah Gigi
“ngapain?”
“makan.. “
“yaelah, Cuma mau makan aja pake di supermarket segala”
“iya lah GI, gue kan gak bisa makan tanpa minuman bersoda, maka nya…”
“stop, ya gue tau. Gak usah dilanjutin” GigI memotong pembicaraan Rafa
“elah, ini anak. Yaudah buruan”
Iye-iye, gue siap-siap bentar napa”
Rafa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sahabat nya yang satu ini tak pernah berubah sifatnya.
“Raf, makan yukk.. laper….” Ajak Gigi
“iya deh, makan..”
“tapi lo yang bayarin ya?”
“hah? Iya aja deh” ujar Rafa pasrah
“nah gitu dong, sahabat yang baik harus seperti itu” kata GIgi dengan tersenyum puas
“iya lah, gue kan sayang sama lo, makanya lo mau apa aja pasti gue turutin”
“hah sayang?” Gigi terkejut
“em.. eng.. maksudnya sayang sebagai sahabat lah GI” Rafa membela diri
“oh ya ya.. buruan gih, gue laper tau”
“iye bawel!”
Sebenarnya apa yang dikatakan Rafa adalah benar. Ia memang menyayangi Gigi, namun bukan sebagai sahabat, melainkan lebih dari itu. Ya, anda bisa menyimpulkan sendiri apa yang dimaksud dengan rasa sayang Rafa terhadap Gigi.
“sshhh.. hah… sshh..ahhh” desah Gigi
“eh gi, nape lo”
“pe.. sshh.. deesss”
“hahahaha” Rafa tertawa geli melihat Gigi yang sedang dilanda (?) kepedasan.
Gigi meneguk jus jeruk yang ada dimejanya.
“eh Raf, gue kaya gini malah lo ketawain”
“haha, abis lucu sih muka lo” ledek Rafa
“ishh.. apaan sih” Gigi memalingkan wajahnya kesamping
“Raf.. perut gue sakit nih” sambung Gigi
“mungkin lu kepedesan”
“ya tuhan… Rafa…. Gue emang kepedesan.. lama-lama gue makan juga lo” ancam Gigi
“ih, segitunya”
“bodok ah, cepetan pulang.. “ Gigi menarik lengan Rafa dengan paksa
“iya-iya kita pulang”

***
“ma, Gigi pusing lagi”
“kamu pasti telat makan, atau lupa minum obat?”
“Gigi kemarin lupa minum obat terus makan yang pedas-pedas
“ya ampun Gigi………. Udah berapa kali mama bilang, kamu harus minum obat, jangan telat makan, jangan sampe makan makanan yang pedas-pedas. Masih aja di langgar. Sekarang rasain sendiri akibatnya.”
“yah mama, kan Gigi baru sekali gak minum obat”
“obat itu penting Gigi, kamu mau sakitnya makin parah?”
Gigi menggelengkan kepalanya
“makanya, obat itu harus diminum terus, dengerin apa kata mama”
“iya ma..” ujar Gigi tertunduk pasrah
Tanpa ada perkataan lagi, mama Gigi pergi meninggalkan Gigi sendirian di ruang keluarga.
“hallo Rafa?”
“iya hallo Gi, “
“gue hari ini gak masuk sekolah, tolong izinin ya”
“yah, napa Gi.. ah gak seru lo..”
“gak seru apaan, gue lagi pusing banget nih” keluh Gigi
“pusing napa?”
“kagak tau deh. Yang jelas gue pusing. Izinin yah, “
“iya deh iya, “
“thanks Raf “ Ujar Gigi mengakhiri pembicaraanya di ponsel

***
Mentari pagi menyambut awalnya hari ini. Jam weker terus berdering membangunkan si empunya jam.
“hhhooaamm.. “ samar-samar Gigi membuka matanya yang sipit nan kecil itu. Masih terlalu remang-remang bagi matanya untuk menembus bayangan yang dipantulkan oleh cahaya mentari. Kepalanya terasa begitu berat. Entah apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini. Ia meraba tempat tidurnya, mencari ponsel. Dengan penglihatan yang masih remang-remang, ia mengetik nama “Rafa” di daftar kontak nya lalu memanggilnya.
“hallo Raf” suara Gigi terdengar sedikit berat
“ya, kenapa Gi?”
“izinin gue lagi ya”
“eh? Lo gak masuk udah 3 hari Gi, sekarang mau minta izin lagi?”
“aduh Raf, gue bener-bener pusing. Sekarang aja gue gak bisa liat, masih remang-remang”
“lo sakit apa sih Gi?”
“gue juga gak tau Raf, udah deh lo izinin aja. “
Tanpa ada perkataan terakhir, Gigi langsung mengakhiri pembicaraannya dengan Rafa.
“ini anak kebiasaan deh” keluh Rafa kesal.
“Gigi.. Gigi.. bangun sayang.. udah siang.. kamu gak sekolah?” panggil mama nya dari depan kamarnya
“……”
“Gi, gigi….”
Tergolek lemas tubuh mungil di tempat tidur. Gigi lemah tak berdaya, tak mampu menjawab panggilan dari mamanya.
“gi, gigi.. kamu kenapa nak? Bangun lah!”
“……”
Tetap tak ada jawaban.

***
“dok, katanya anak saya sakit magh. Tapi kenapa bisa sampai seperti ini dok?”
“hmm.. gejala menunjukkan bahwa Gigi memang hanya sakit magh bu”
“tapi ini diluar logika dok”
“kami akan berusaha mendiagnosa lebih dalam bu”
“baiklah…” Ujar mama Gigi pasrah.
“Tante gimana keadaan Gigi?” Tanya Rafa dengan nafas tersengal-sengal karena berlari-lari ingin cepat bertemu dengan Gigi
“belum jelas Raf, katanya sakit magh. Tapi kenapa sampai seperti ini”
Rafa sangat cemas dengan keadaan sahabatnya satu ini. Dia benar-benar khawatir. Tiba-tiba dokter keluar dari ruangannya dengan membawa secarik kertas.
“maaf bu, hasil menunjukkan bahwa Gigi mengidap penyakit tipes.”
“……………”
Semua terdiam, mereka hanya bisa menghembuskan nafas panjang.setelah itu Dokter berlalu meninggalkan mereka berdua.
2 bulan kemudian………
“Gi, bisa ketemu sekarang di danau?” isi pesan Rafa kepada Gigi
“Bisa” balas Gigi singkat
Tak seperti biasanya, hari ini Gigi terlihat begitu cantik dengan dress putih dibawah lututnya.
“hey Gi, lo kesambet apaan pake dress?” ledek Rafa yang sedari tadi memperhatikan penampilan Gigi.
Gigi hanya tersenyum kecil.
“udah lama raf nunggunya?’
“enggak juga sih. Eh gi, tapi lo cantik kalo kaya gini” puji Rafa
“bisa aja lo Raf”
“bener, bikin gue makin sayang sama lo”
“apaan sih lo, oh ya lo ngajak gue kesini ngapain?”
“itu dia Gi, sayang” pandangan Rafa berubah kea rah danau yang menjuru luas.
“maksud lo?” Gigi mengernyitkan dahinya. Pandangan nya mulai kabur lagi, ia telah merasa sakit di kepala, namun ia tahan.
“ya gue.. gue sayang sama lo Gi”
“gu..e ju..ga sayang sama lo Ra..ff” suara Gigi terdengar berat
“lo kenapa Gigi?”
“Raf.. sakit raf.. sakit!” Gigi memegang kepalanya kuat-kuat
“Gi, lo kenapa!”
“…………..”
Gigi tak menjawab, perlahan darah segar keluar dari hidung mungilnya.
“GIGI!”
***
“gimana kondisi Gigi dok?” Tanya Mama Gigi berurai air mata
“iya bagaimana dok?” sambung Rafa
“Maaf, anak anda mengidap leukemia stadium 4”
“APA?” sahut Rafa dan mama Gigi berbarengan
“gak mungkin dok, kemarin Dokter Sony bilang Gigi cuma sakit magh” protes mama Gigi
“maaf sebelumnya, tetapi dokter Sony adalah dokter baru, mungkin ia belum mengerti tentang penyakit itu” jawab Dokter Rehan
Tanpa meminta izin dari dokter, Rafa langsung masuk ke ruang dimana Gigi di periksa. Tubuhnya terbaring lemas, matanya sayu, wajahnya pucat pasi.
“Gi, lo harus bangun gi.. kalo sayang sama gue lo harus bangun sekarang!”
“Gi, kenapa lo diem aja? Jawab Gi, jawab! Gue tau lo juga sayang kan Gi”
Percuma, tak akan ada jawaban dari Gigi, nyawanya bagai telur diujung tanduk. Detak jantung nya hampir tak terbaca di monitor. Sedang Rafa, ia hanya bisa berurai air mata.
“tuuuuuuuuuuuutttttttttttttttttttttt”
Gerak detak jantung nya tak terbaca lagi, nadinya tak berdenyut.
“GIGI! LO JAHAT! JAHAT BANGET!”
“………………………..”
Gigi tak bergeming, ia telah tidur dengan nyenyak.
“Rafa, ini ada titipan surat dari Gigi” ujar Mama Gigi menyerahkan surat
Dibukanya secarik kertas itu, surat itu berbunyi :
Dear Rafa,
Saat ku tulis surat ini, tangan ku gemetar.
Ku beranikan diri untuk mengungkapkan semua perasaan ku padamu
Rafa, andai kau tahu. Aku menyayangimu lebih dari yang kau tahu
Meskipun mungkin saat kau baca surat ini, aku telah tidur dengan nyenyak dan tak akan terbangun lagi.
Rafa, apa yang dikatakan orang itu benar.
Sahabat jadi cinta, seperti yang kurasakan saat ini.
Rasa sayang ini terus tumbuh berkembang di dalam hati
Aku tak bernyali untuk mengungkapkan semua ini padamu
Ku pendam rasa ini sejak kita dini hingga sekarang
Sampai menutup mata.
Rasa ini tak pernah berkurang sedikit pun.
Alangkah senangnya hatiku apabila kau juga merasakan apa yang kurasakan
Tapi apa daya apabila kau menyayangiku setelah ku tak ada di dunia ini.
Terlalu berbelit-belit surat ini, pada intinya
Aku menyayangimu sampai menutup mata.

Gigi

Setelah membaca untaian kata demi kata dari surat itu, Rafa menumpahkan semua air mata nya.
“Gue sayang banget sama lo Gi, sayanngg banget…. Bahkan sampai maut memisahkan kita. Gue tetep sayang. Just for you, I’ll give you all my heart. Just for you..

                                                           TAMAT


Karya : MEME


*Gimana Twibies cerpennya??? Bagus gk?
Kasi saran yah???
Kalau gk bisa diblog ini, kasi saran lewat twitter aja yah,
Caranya sukup mention SARAN kamu ke @PrincessCigi
Okeee next CerBung KeTiga ;)

Tidak ada komentar: